Kedua cewek ini baru saja memasuki kamar beberapa detik yang lalu. Belum ada pembicaraan apapun yang keluar dari mulut mereka. Bella menaruh tasnya yang berisi beberapa pasang baju di atas meja belajar dan ikut membanting tubuhnya di atas ranjang seperti si pemilik kamar.
Keduanya menghembuskan napas panjang disaat yang bersamaan. Entah mengapa itu bisa terjadi. Mereka menyadari hal itu. Oleh karena itu, keduanya menoleh dan saling bertukar pandangan. Menatap cukup lama sampai akhirnya mereka tertawa renyah sambil membuang pandangannya kembali.
"Lo sama Kak Vano kenapa sih?" tanya Bella yang sedang menatap langit-langit kamar. Elina kembali menoleh dan menatap Bella. "Tumben ribut," sambungnya lagi dengan heran.
Elina mengarahkan pandangannya dan ikut menatap lekat-lekat langit-langit kamarnya. Perlahan ia menghela napas. Rasa kesalnya kembali dengan cepat saat mendengar nama itu.
"Dia ngeselin banget sekarang, Bel, sumpah. Minta ditebas pankreasnya," ujar Elina dari lubuk hati.
"Ngeselin?"
"He'em, gue dibohongin sama dia, dua kali lagi. Gue kan lagi ada urusan, terus dia nyuruh-nyuruh gue pulang mulu. Alesan ini itu lah, eh, pas gue sampe rumah gak taunya dia bohongin gue. Kan ngeselin banget, orang lagi capek juga," Elina menyampaikan semua keluh kesahnya terhadap kakak laki-lakinya.
"Emang lo lagi ada urusan apaan? Sok sibuk banget lo," ucap Bella bermaksud bercanda.
"Ish, lo mah. Gue lagi di rumah Rendy lagi ada urus-" Elina memutus kalimatnya saat ia mengingat akan sesuatu. "Oh iya Bel gue lupa bilang ke lo. Ternyata cewek yang jalan sama Rendy di mal kemaren itu adeknya," kata Elina heboh sendiri. Ia yang sebelumnya merebahkan tubuhnya langsung bangun dan duduk di tengah-tengah ranjang.
"Demi apa?!" Bella tak kalah hebohnya dengan Elina. Ia juga langsung bangun dan duduk di samping Elina.
"Serius gue," kata Elina yakin.
"Lha, tapi sejak kapan dia punya adek? Gak pernah tau gue," ujar Bella mengherankan hal tersebut.
"Nah, ini yang pengen gue ceritain ke lo."
"Udah jangan bikin penasran deh, langsung aja apaan."
"Gak ngerti kenapa bisa pas kayak gini. Entah emang cuma kebetulan yang tertata dengan sangat rapi atau emang sebuah kenyataan yang memiliki keterkaitan. Aku juga tidak tahu ap-"
"Gak usah basa-basi mulu, nyet. Langsung aja ceritain ada apaan," sungut Bella.
"Iya-iya. Jadi gini, adeknya Rendy itu namanya Nasya. Dia emang gak tinggal bareng sama Rendy, dia di Bandung. Jadi wajar kalo kita gak pernah liat adeknya."
"Kenapa dia gak di Jakarta aja?"
"Ya mana gue tau, lagian pokok pembicaraannya bukan ke situ," kata Elina mulai emosi.
"Ya udah lanjut-lanjut."
Elina menarik napas dalam-dalam kemudian menghembuskannya perlahan. Ia mengontrol emosinya yang naik turun.
"Oke lanjut. Ada fakta yang baru gue tau pas ketemu sama dia. Kebetulan aneh yang pertama, ternyata dia satu sekolah sama Daniel dulu. Mereka sekolah di SMA yang sama."
"Serius? Kok bisa pas gitu sih?"
"Gue juga gak tau, Bel. Terus yang kedua, dia bilang Daniel itu tipe-tipe murid nakal sekaligus playboy kelewat batas. Cuma anehnya Daniel tuh gak ada tampang-tampang player sama sekali menurut gue. Orang ansos gitu anaknya, ngikutin gue mulu kemana-mana kayak bocah ilang yang gak punya temen."
"Kalo soal player sih gue udah tau,"
"Kok lo gak cerita-cerita ke gue kalo udah tau?!"
"Lupa, hehehe."
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔] Abstrak
Fanfiction#1 in godcouple 14.08.19 "Makanya minum susu biar tinggi, masa kalah sama gue? Gue yang gak punya susu aja bisa tinggi, masa lo yang punya susu gak tinggi-tinggi?" "FAK YU DANIL!!!!" ⚠ᴛʜɪs sᴛᴏʀʏ ɪs ᴄᴏᴍᴘʟᴇᴛᴇ⚠ #5 in godcouple 21.07.19 #3 in mimpiburuk...