28. Karma is Bitch

141 31 12
                                    

Waktu liburan Elina dipenuhi dengan rasa penasaran terhadap kejadian yang melibatkan satu nama yang ia kenal, Daniel. Rasanya benar-benar tidak menyenangkan saat ia harus memikirkan hal tersebut selama masa liburannya. Kenapa ia begitu penasaran? Ia sendiri juga tidak tahu apa jawaban yang tepat untuk menjawab pertanyaan tersebut.

Elina keluar dari mobil saat kendaraan roda empat itu berhenti tepat di depan gerbang gedung sekolahnya. Ia tidak mengucapkan apapun kepada orang yang rela bangun pagi untuk mengantarnya ke sekolah. Cowok tersebut kemudian membuka jendela mobil tersebut.

"Entar gue jemput gak?" tanya si pengemudi yang sedang berbaik hati.

"Gak usah. Gue balik sendiri aja," jawab Elina tidak semangat.

"Lo kenapa?"

"Gapapa, udah sana pulang. Mobilnya mau dipake Papa," kata Elina asal.

"Papa aja hari ini gak ke kantor," jawab Elvano.

"Emang iya? Gak tau, ah, yang penting lo pulang sekarang."

"Kenapa? Takut orang tau kalo kakak lo ganteng?"

Bola mata cewek itu membesar. Ia kemudian menatap cowok yang ada di dalam mobil tersebut seolah jijik.

"Najis! Geli banget," ujar cewek itu dengan sedikit penekanan. "Bodo amat lah, gue mau masuk. Jangan lupa bantuin bilang ke Papa, supaya gue gak ikut pindah, bhay!" sambungnya lagi.

"Kalo gue gak mau gimana?"

Elina sama sekali tidak menanggapi ocehan kakaknya. Ia hanya melambaikan tangannya dengan menarik kedua sudut bibirnya sehingga berhasil melengkung dengan sempurna sebelum akhirnya berbalik badan lalu berjalan memasuki area gedung tersebut.

Elvano mendengus. Berusaha untuk tidak peduli, cowok itu kemudian kembali menghidupkan mesin mobil yang ia kendarai kemudian melajukannya.

Elina berjalan melewati gerbang sambil melihat pergelangan tangan kirinya yang selalu ia lilitkan arloji putih kesayangannya. Sudah tidak terlalu pagi, tetapi ia belum terlambat. Bel masuk akan berbunyi sekitar sepuluh sampai lima belas menit lagi.

Hari ini terasa cukup berbeda dari hari-hari sebelumnya. Sejak setahun belakangan ini ia memang sangat bersemangat untuk pergi ke sekolah. Sama, hari ini juga demikian. Namun, mungkin kali ini alasannya sedikit berbeda.

Jika hari-hari sebelumnya ia semangat karena ingin curhat dengan Bella ataupun bertemu dengan Rendy, kali ini ia sama sekali tidak memikirkan hal tersebut. Hari ini hanya ada satu fokus di kepalanya. Ia ingin bertemu dengan Daniel.

Ia berjalan dengan sedikit lambat di tengah koridor yang semakin lama semakin padat. Pandangannya menyusuri sekeliling. Ia tidak menemukan orang yang ia cari. Mungkin belum datang.

Cewek itu terus berjalan hingga menaiki anak tangga. Ia masih terus mencari bahkan sampai ia sampai di kelas. Benar, sosok yang ia cari belum datang. Tidak terlihat tanda-tanda keberadaan Daniel di dalam kelas. Ia sedikit mengerucutkan bibirnya.

"Bel," panggil Elina pada cewek yang sibuk pacaran dengan Farel.

Ia tidak mengerti, bukankah sebelumnya mereka sedang bertengkar? Mengapa begitu mudah mereka berbaikkan? Sudah lah, tidak perlu dibahas. Cewek yang ia panggil kemudian menoleh. Yang sebelumnya berbicara dengan Bella pun ikut menoleh.

Elina berjalan menuju kursinya. Ia meletakan tasnya asal di atas meja. Cewek itu sama sekali tidak berniat untuk duduk. Ia masih berdiri di dekat Bella.

"Liat Daniel gak?" tanya cewek itu tanpa basa-basi.

"Belom dateng kayaknya," jawab Bella seadanya.

[✔] AbstrakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang