Elina kembali dari toilet. Berjalan menghampiri Daniel yang sedang berdiri mematung dambil memegang sling bag miliknya. Daniel yang awalnya mengedarkan pandangannya ke seluruh arah, langsung menoleh saat mendengar langkah kaki yang terdengar mendekati dirinya.
"Udah?" tanya Daniel.
"Udah. Mana tas gue?" Elina mengulurkan tangan kanan, meminta tasnya kembali. Tanpa pikir panjang, Daniel langsung menyerahkan tas tersebut pada pemiliknya. "Makasih," ujarnya lagi. Daniel hanya mengangguk samar.
"Kita mau kemana sekarang?"
"Oh iya, gue lupa," ucap Elina sambil menepuk jidat.
"Lupa apa?" Daniel menaikkan sebelah alisnya.
"Rendy,"
"Rendy? Kenapa sama Rendy?"
"Gue ada janji sama dia hari ini, dia ngajak jalan. Kok gue bisa lupa sih? Padahal tadi pagi gue inget," ujar Elina kesal.
Oiya, gue lupa bilang ke dia lagi kalo Rendy gak jadi ngajak dia jalan. Mau alesan gimana dong?
Ia berjalan menuju eskalator, tapi langkahnya tertahan oleh Daniel yang memenggang lengannya. Elina terpaksa berbalik badan dan menatap Daniel kesal.
"Kenapa sih, Niel? Gue buru-buru, lagian tugas gue ke lo udah selesai. Mau ngapain lagi?" tanya Elina kesal.
"Rendy kemaren ke gue pas pulang sekolah. Trus minta bilangin kalo dia ada acara jadi gak bisa jalan sama lo, sori gue lupa bilangin," kata Daniel terus terang.
Tapi, Elina bukan tipe orang yang mudah mempercayai perkataan orang lain. Ia tidak akan percaya sampai ia melihatnya atau merasakannya sendiri.
"Bo'ong,"
"Beneran, gue gak bo'ong. Gue cuma lupa bilangin ke lo waktu itu,"
"Kenapa dia bilangnya ke elo? Kenapa gak langsung ngomong ke gue?"
"Soalnya lo lagi di toilet, dia nyamperin ke kelas pas ada gue doang di situ,"
"Ya kan bisa telpon atau chat gue. Kenapa gak bilang apa-apa ke gue?"
"Ya kalo soal itu mana gue tau,"
"Gue gak percaya sama lo," kata Elina cukup menyimpulkan. Dengan langkah terburu-buru ia berjalan dan menaiki anak tangga eskalator yang bergerak ke lantai dasar.
Melihat hal itu Daniel langsung berkacak pinggang sambil menghela napas kasar. Ia membuang pandangannya ke segala arah. Rasa kesal dan lelah sudah bercampur aduk tak karuan. Sejenak, Daniel menenangkan dirinya. Sampai akhirnya kakinya melangkah juga mengejar Elina.
Kakinya terus bergerak menuruni eskalator yang juga bergerak ke lantai dasar. Ia berlari menutu pintu utama mal tersebut. Elina sudah tak terlihat, hanya rintik-rintik air yang jatuh dari langit yang dapat dilihat oleh Daniel. Dengan terburu-buru, Daniel berlari menuju basemant untuk mengambil motornya.
🍁🍁🍁
Elina terus berlari tak peduli akan tubuhnya yang sudah basah kuyup karena kehujanan. Dengan napas yang terengah-engah, Elina berteduh pada sebuah halte bus dipinggir jalan besar. Tubuhnya mulai menggigil saat angin mulai bertiup ke arahnya.
Pikirannya mulai melayang kemana-mana. Ia sangat takut jika Rendy terlalu lama menunggunya. Ia takut Rendy marah padanya. Ia takut Rendy menunggunya sampai kehujanan. Ia takut pada semua kemungkinan buruk yang akan terjadi pada Rendy. Bagaimanapun dan seperti apapun itu wujudnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔] Abstrak
Fanfic#1 in godcouple 14.08.19 "Makanya minum susu biar tinggi, masa kalah sama gue? Gue yang gak punya susu aja bisa tinggi, masa lo yang punya susu gak tinggi-tinggi?" "FAK YU DANIL!!!!" ⚠ᴛʜɪs sᴛᴏʀʏ ɪs ᴄᴏᴍᴘʟᴇᴛᴇ⚠ #5 in godcouple 21.07.19 #3 in mimpiburuk...