23. Yang Sebenarnya Terjadi

154 36 9
                                    

Dua orang berlawanan jenis yang memiliki beda usia satu setengah tahun berjalan mengelilingi seisi mal. Sudah lumayan lama mereka tidak bertemu, jadi pantas saja jika mereka saling merindukan waktu-waktu yang bisa dihabiskan bersama.

Rendy dan Nasya hanya berkeliling sejak tiga puluh menit yang lalu. Tanpa tujuan yang jelas sepasang saudara kandung itu masih menikmati ketidakjelasaan aktivitas yang mereka lakukan.

"Kak," panggil cewek berambut panjang sepunggung itu. Rendy menoleh.

"Kenapa?"

"Liat deh itu orang yang pacaran, alay banget. Cowoknya cium-cium puncak kepala ceweknya mulu, yang cewek meluk mulu gak mau dilepas. Bukannya keliatan romantis malah keliatan norak banget," ujar Nasya setengah jijik.

"Mana?"

"Yang itu," kata Nasya sambil menunjuk orang yang dimaksud dengan dagu. "Emang pacaran di Jakarta gitu ya, Kak?" tanya cewek itu penasaran.

"Ya enggak lha, itu sih dia aja."

"Emang kalo di Jakarta kayak gimana orang pacaran?"

"Kalo aku rangkul kamu kayak gini juga kita dikira pacaran," jawab Rendy ringan. Seringan tangannya yang sudah berada di bahu cewek itu.

"Emang iya?" tanya Nasya sambil tersenyum menahan tawa. Rendy hanya mengangguk cepat sambil cengengesan.

Rendy masih belum melepas rangkulannya pada cewek itu. Cowok itu mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru mal tersebut. Dari setiap banyak hal yang ia lihat ada satu yang menyita perhatiannya. Seorang cewek yang ia kenal sedang berdiri mematung sambil menatap dirinya. Kini dirinya ikut mematung. Nasya jadi ikut terdiam. Ia melirik sekilas pada Rendy kemudian menoleh pada fokus pandangan kakaknya itu.

Namun cewek itu tidak sendirian, ia bersama cowok berperawakan tinggi yang ia yakini jika itu adalah kakak dari cewek itu. Karena cewek itu pernah bercerita tentang kakak laki-lakinya yanh berkuliah di luar negeri bahkan menunjukan fotonya sekaligus.

Sepertinya cewek itu menyadari jika dirinya juga menatap lurus ke arahnya. Dengan cepat cewek itu langsung mengubah pandangannya dan terlihat berbicara dengan cowok yang berada di dekatnya. Cewek itu menarik kakaknya untuk pergi menjauh. Rendy menyadari itu. Ia langsung melepas tangannya dari bahu Nasya.

"Elina!"

Bahkan orang yang ia panggil pura-pura tidak mendengar, yang menoleh malah kakaknya. Dan Rendy juga melihat saat Elina berusaha menyuruh kakaknya itu untuk tidak menoleh ke belakang dan berjalan menuju eskalator turun. Entah apa yang salah sebenarnya. Kenapa Elina seperti itu, Rendy juga tidak tahu.

"Tadi siapa?" tanya cewek di sebelah Rendy sambil menggandeng bahkan terlihat seperti memeluk sebelah lengan Rendy.

"Lepas dulu, Sya," kata Rendy lembut sambil melepas kedua tangan adiknya dari lengannya.

"Kan biar keliatan kayak orang pacaran, Kak."

"Nasya,"

"Eh? Iya-iya, Kak, ini dilepas." Mereka masih berdiam diri ditempat. Nasya melirik wajah Rendy. "Kenapa, Kak?" tanya cewek itu langsung.

"Hah?"

"Oh, aku tau! Pasti yang tadi pacar Kak Rendy kan? Pacar Kakak selingkuh sama cowok yang tinggi itu ya?" kata Nasya sok tahu.

"Bukan, itu Kakaknya," jawab Rendy seadanya.

"Oh kakaknya, terus kenapa dia dipanggil malah pergi?"

"Kakak juga gak tau kenapa dia malah pergi, Sya," jawab Rendy lagi.

"Atau jangan-jangan dia liat pas Kak Rendy rangkul aku lagi, trus di cemburu. Makanya dia langsung pergi," Nasya menarik kesimpulan.

[✔] AbstrakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang