Part 05

127 4 1
                                    

The adventure is begin!

* * *

"Mau kemana kau malam-malam begini?" tanya Lisa ketika Lucas keluar dari kamarnya dengan pakaian bepergian yang—err tidak biasa. Lucas memakai jaket yang sangat tebal dan segala pakaian yang menjurus ke pendakian namun sedikit berbeda. Ia seperti orang yang ingin melakukan perjalanan jauh. Didukung dengan ransel besar yang melekat erat di punggungnya.

"Bukankah sudah kukatakan kemarin?" Ia balik bertanya sambil membungkuk mengancingkan ranselnya. Setelah itu ia kembali berdiri dan memandang Lisa dengan tatapan intens.

"Kau benar-benar mau menyusul Jane ke klan Wolv? Kau gila!" seru Lisa dengan tatapan tak percaya.

"Gila kenapa?! Aku hanya mengkhawatirkan adikku dan tak ingin sesuatu terjadi padanya! Ia sudah lebih dari satu minggu pergi, sekarang ia ada di tangan klan hitam yang berpotensi membunuhnya setiap saat, dan aku tak tahu bagaimana keadaannya! Aku tak bisa hanya diam di sini sementara dia ditawan di sana! Apakah ini yang kau maksud dengan gila?!"

"B-bukan begitu, hanya saja..."

"Apa?!" potong Lucas kasar.

"Apakah kau sudah mempersiapkan semuanya?"

"Apa yang perlu kusiapkan? Memangnya kau tahu apa yang harus disiapkan sebelum pertempuran, ha?" tanya Lucas sinis.

Lisa mendengus kesal. "Aku memang tak tahu, tapi aku juga tak ingin sesuatu terjadi padamu! Kalau kau tidak mempersiapkan dirimu, bagaimana kalau kau nanti kalah? Mau menjadi tawanan berdua dengan Jane dan menyusahkan orang lain lagi?"

"Aku sudah siap, kapanpun aku siap untuk Jane," tandas Lucas kemudian memanggul ranselnya lalu membuka jendela apartemen.

Dor dor dor dor dor!!!

Lucas menghentikan aktifitasnya ketika mendengar gedoran – bukan ketukan – keras di pintu apartemennya. Tamu itu idiot atau kampungan hingga tak tahu ada tombol bel besar di samping pintu apartemen?

Lisa beranjak dari tempatnya kemudian melihat siapa yang datang dari lensa di pintunya.

"JANE!" serunya terkejut kemudian buru-buru dibukanya pintu apartemen itu.

Lucas melompat cepat menuju pintu apartemen ketika Lisa meneriakkan nama adik sepupunya.

"Jane, apa yang terjadi padamu?!" tanya Lisa panik ketika melihat tubuh Jane sangat kotor dengan peluh membanjiri tubuhnya, rambutnya pun sangat berantakan. Apalagi nafasnya pun terdengar memburu.

Bruk!

Hampir saja tubuh Jane menyentuh lantai kalau saja tak ada tangan besar Lucas yang menahan pinggangnya kemudian menggendongnya ke sofa panjang di ruang tamu.

"Jane, kau tidak apa-apa? Apa yang terjadi padamu?" tanya Lucas sambil sesekali mencium dahi Jane dan mengusapkan telapak tangannya di pipi dan tangan Jane.

Lisa dan Aidan, yang entah sejak kapan sudah berdiri di sampingnya, hanya melihat kejadian itu dengan tatapan cemas.

"Lucas... a-aku s-sudah tidak k-kuat... t-tolong... k-kem-kembalikan i-ini ke t-tempat di-ma-na ibuku... b-berada..." kata Jane pelan dengan terbata-bata. Di tangannya tergenggam sebuah kalung berbandul intan sedang berwarna merah darah.

"Jane, kumohon bertahanlah sayang. Kumohon!" seru Lucas panik. Demi Tuhan, ini pertama kalinya Lisa melihat sorot kepanikan dan ketakutan yang luar biasa dari mata Lucas.

Jane menggeleng pelan. "T-terima ka-sih se-semuanya... ma—a—" belum selesai kalimatnya yang sudah jelas dimengerti meskipun tak terucap hingga selesai—maaf—kepala Jane terkulai lemas di lengan Lucas.

L[KN]IGHT - Ksatria CahayaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang