Part 06

113 5 0
                                    

Subuh masih tak beranjak. Hawa dingin masih menempel pekat di udaranya. Puluhan bayangan hitam masih berkelebatan di jalanan manusia maupun di atap gedung-gedung pencakar langit.

"Sial!" runtuk seorang pemuda kemudian menonjok pintu jendela kaca sebuah apartemen hingga membuat jendela itu pecah.

Berjam-jam yang lalu ia pergi dari kastilnya membawa puluhan bawahannya menuju sebuah tempat yang pasti menjadi tujuan sandera mereka sebelumnya. Tapi hasilnya nihil, sandera mereka sudah tak ada di sana.

"Bagaimana ini, Bos?" tanya salah seorang bawahannya.

"Kita ikuti kemana 'mereka' pergi."

"'Mereka'?"

"Ya, aku yakin Jane tidak akan pergi sendiri. Ia pasti bersama Lucas. Syukur-syukur kalau mereka besama Lisa, gadis ingusan yang merupakan harta berharga Klan Noc," jawabnya dengan seringai di bibirnya.

"Kemana kita harus pergi?"

"Bodoh! Pakai instingmu, kau serigala bukan, sih?! Cari kemana mereka pergi! Kalian pasti sudah sangat mengenal aroma tubuh Jane, kan?"

"B-baik, Bos," jawab bawahannya dengan gugup. "Semuanya, ayo kita pergi!"

"Tidak semua," sanggah Leon.

"Sebagian ikut bersamaku. Jangan banyak bertanya," sergah Leon sebelum bawahannya bertanya macam-macam.

"Heh, kalian pikir kalian begitu pintar?" gumamnya kemudian.

* * *

Beberapa hari kemudian...

"Luke, berapa lama lagi kita akan sampai?" tanya Lisa dengan lemah dan tangan menyangga pada tubuh Lucas.

"Ck, sebentar lagi."

"Istitahat... kumohon..." pinta Lisa dengan memelas.

"Sebentar lagi kita sampai, Lisa. Paling beberapa jam lagi kalau kita masih berjalan. Syukur-syukur kau mau kuajak berlari, pasti akan lebih singkat."

"Kau tak lihat lututku sudah keriting begini?!"

Bruk! Akhirnya Lisa pun jatuh terduduk. Nafasnya tercekat karena kelelahan dan air mata mulai mengalir dari kedua matanya.

"Hey, kau kenapa? Kenapa menangis?"

"Huhuhu... Aku mau pulang, Mom. Jemput aku di sini... Hiks..." isak Lisa dengan kedua telapak tangan menutupi mukanya hingga kalimatnya tidak dapat terdengar dengan jelas.

"Lisa, jangan buat aku kesal! Sebentar lagi kita sampai. Benar-benar sebentar lagi, jangan merengek seperti itu!" bentak Lucas yang membuat Lisa terdiam.

"Kau..." desis Lisa. "Jahat! Kalau aku tahu akan begini jadinya, aku tidak akan ikut denganmu!"

"Terserah apa katamu. Kau belum tahu apa-apa, anak kecil. Jangan hanya bisa menyalahkanku. Kita benar-benar sudah sangat dekat dengan pintu Eladora! Kau... benar-benar merepotkanku!" Lucas pun membalikkan tubuhnya hingga membelakangi Lisa.

"Ya sudah, aku pulang!" seru Lisa kemudian memutar tubuhnya. Kini mereka saling memunggungi.

Lucas membalikkan tubuhnya dengan diiringi dengusan.

"Ha, yang benar saja. Kau ingin pulang? Silakan, kupastikan kau mati di jalan. Kau tidak tahu bagaimana hidup di alam."

"SIAL!" Lisa membalikkan tubuhnya lagi. "Sialan kau! Beraninya kau—"

"Memang benar, kan? Untuk menempuh kemari kita butuh berhari-hari, itu denganku. Apa kau sanggup kembali sendiri? Kau tahu jalan? Kau tahu bagaimana memperoleh makanan? Kau tahu bagaimana cara mempertahankan diri dari musuh? Apalagi – taruhan – sekarang kau sedang diincar oleh klan Wolv. Untuk dijadikan sandera, tentu saja."

L[KN]IGHT - Ksatria CahayaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang