Chapter 6

24.5K 4K 431
                                    


"Mama ngapain masak banyak-banyak?" Gue menatap wanita yang muka nya enggak jauh beda dari muka gue, tapi dalam versi lebih tua.

Mama yang asik mengemas makanan di dalam rantang tersenyum, menoleh kearah gue singkat. "Kita kedatangan tetangga baru. Enggak disangka, tetangga sebelah ternyata temen akrab waktu mama SMA dulu."

Gue kontan menoleh ke arah jendela, dimana rumah milik tetangga yang mama maksudkan itu dulunya kosong sekarang ada tanda-tanda kehidupan nya. "Rumah itu, Ma?"

Mama berdehem mengiyakan, lalu menepuk pundak gue. Gue pun menoleh dan dihadapkan dengan dua renteng putih, rantang yang sebelumnya diisi mama banyak makanan. "Apa nih?" Gue menyerit heran.

Mama tersenyum penuh arti, "anterin gih. Mumpung masih pagi, pasti tante Lee belum masak."

Gue menggeleng cepat, mendorong tangan mama pelan yang menyodorkan gue dua rantang itu, "enggak, Ma!" Tolak gue mentah-mentah, "aku mau berangkat sekolah. Bukan mau anterin makanan."

Mama berdecak kesal, kembali menyodorkan rantangnya, "masih pagi! Sekolah kamu juga dekat!"

"Enggak mau!" Tolak gue lagi, mama auto melotot sama gue.

Gue yakin, sebentar lagi dia bakal ngeluarin senjata mautnya yang bikin gue mau enggak mau—

"Mau uang sakunya mama potong?"

—terima.

Gue berdecak, mengambil alih rantang yang ada ditangan mama, "Yaudah! Tapi uang sakunya tambahin lima ribu, ya!"

Mama mengangguk, lalu mendorong badan gue untuk cepat-cepat pergi keluar rumah. Berasa diusir gue, kalau gini caranya. Mana senyumnya senyum-senyum menuntut lagi. Enggak ikhlas banget.

Sebenarnya jarak dari rumah gue ke rumah tetangga enggak jauh. Malah deket banget karna pas sebelahan. Tapi, yang buat gue malas itu ya karna ketemu orang baru. Gue paling enggak bisa kalau disuruh ketemu orang baru karna bagi gue itu bakal canggung. Sama Jisung aja walau udah belasan tahun masih canggung.

Untungnya gerbang rumah tetangga gue ini engga ditutup. Alhasil, gue langsung masuk-masuk aja terus ketuk pintu nya tiga kali. Tapi enggak ada jawaban sama sekali.

Gue ketuk lagi tiga kali, enggak ada jawaban. Begitu seterusnya. Buat gue ragu, ini rumah bener-bener diisi sama tetangga kan? Tetangga dalam bentuk manusia kan? Bukan yang kayak bayangan gue kan?

Gue ketuk—ah, gedor rumahnya kali ini lebih dari tiga kali dengan seluruh tenaga gue. Gila aja! Pagi-pagi disuruh gedor rumah orang yang peka nya bikin tobat. Masa enggak denger-denger, sih? daritadi pintu nya diketuk, loh!

Sampai gue dengar suara teriakan dari dalam, gue berhenti menggedor pintu rumahnya.

"Wait for minute, Please! Oh My God! You can broke my door!!" Teriak cowok di dalam rumah ini sambil ngomel ngomel pakai aksen bule nya.

Gue tebak, yang tinggal disini modelan nya bule nyasar yang sedikit dikit ngomong pake bahasa Inggris. Kayak sekarang, dia ngomel ngomel bahkan setelah buka pintu.

Gue menatap dia diam-diam dengan rasa kagum, sementara dia menatap gue heran gitu. "Hallo? Siapa kamu?"

Gue mengerjap sebentar, lalu menyerahkan dua rantang yang ada ditangan gue. "Dari tetangga sebelah."

Dia awalnya kayak ragu mau nerima, tapi akhirnya nerima juga. Bertepatan itu, seseorang wanita dengan muka masih cantik hampir mirip mukanya dengan cowok itu, datang dari balik pintu.

"Who— ah! Kamu!" Wanita yang gue tebak tante Lee itu tersenyum lebar, mendorong badan cowok itu agar leluasa memegang pundak gue bergantian dengan kedua pipi gue.

"Enggak aunty sangka, kamu sudah sebesar ini! Seriously, muka kamu mirip mama kamu waktu SMA dulu!" Tante Lee grepe grepe muka gue enggak lupa cubit-cubit gemas. Gue cuma bisa senyum canggung.

"Oh jadi ini?" Cowok itu nunjuk gue dengan raut yang entah kenapa mengesalkan bagi gue, "anak temen mama yang kecil-kecil dekil dulu?"

Tante Lee langsung memukul cowok itu kenceng, bahkan cowok itu sampai mengaduh sakit. "Kamu ini! Dia itu dari dulu cantik! Kamu jangan mengada-ngada, deh!"

Gue menggeleng singkat, tersenyum ramah ke tante Lee. "Enggak apa tante—" gue lalu menatap cowok itu masih dengan senyum yang jauh dari kata ramah, "—dulu kayaknya aku memang dekil."

Cowok itu cuma mengerutkan keningnya, bersikap sok enggak ngerti apa-apa.

Sumpah! Gue bisa prediksikan, kalau cowok bule yang belum gue tau namanya ini jauh ngeselin dari yang namanya Park Jisung!

***

BoyFRIEND | Jisung✔️ [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang