Chapter 8

23.8K 3.8K 239
                                    


"Heh!" Tiba-tiba ada yang bersuara, buat gue merinding.

"Heh!" Suara itu datang lagi, gue masih enggan untuk nolehkan kepala.

Gimana enggak? Ini pas jam dua belas malam. Gue duduk sendirian di balkon rumah gue. Mama sama papa udah tidur, sedangkan gue masih setia dengan mata bengkak lihatin bintang.

Awalnya sih, niat gue menghibur diri dikala sedih enggak peduli besok mesti bangun pagi karna sekolah. Tapi, niatan gue berubah karna ada suara entah siapa malam-malam gini padahal yang gue tau enggak ada siapapun di sini.

"Woi!" Panggil seseorang itu lagi, terpaksa dengan bulu kuduk merinding, gue mencari sumber suara.

Ternyata gaes, si bule nyasar lagi berdiri di depan pintu balkon rumah nya. Untung gue enggak kaget lihat muka dia yang ngeselin itu, kan.

Anehnya, gue lupa kalau gue ini udah punya tetangga baru karna rumah sebelah udah ada yang tempatin.

Baru bibir gue mau ngeluarin kata-kata, si bule nyasar itu kebetulan ngomong lebih duluan dari gue.

"Eh buset! Itu mata udah kayak buah semangka!" Gue mendengus kesal, "ngapain aja lo?" Tanyanya.

"Apaansih! Ganggu kesendirian orang aja, deh!"

Bule nyasar itu langsung mencibir, "gayanya kesendirian. Paling lo gabut aja, tuh."

Gantian gue yang mencibir sekarang, "bisaan ngatain gue gabut. Lo tuh, yang gabut!"

"Dih! Gue mau tidur, kali!"

"Ya terus? Kenapa enggak tidur?"

"Mata gue enggak sengaja lihat saudara kunti di rumah sebelah. Ternyata cewek dekil yang gabut aja."

"Ini gue enggak gabut ya! Gue tuh lagi patah hati!"

"Heh!" Dia melempar gue dengan segumpal kertas putih entah darimana, "kayak ada aja yang demen sama lo, pake sakit hati segala!"

Gue enggak membalas ucapan dia, justru membalasnya dengan lemparan kertas yang dia lempar ke gue tadi.

Enggak perlu diberitahu gue sakit hati karna apa. Ya kalian tau sendiri lah ya, gimana bahagianya Jisung mau pergi kencan sama Lami pake bilang-bilang ke gue, sementara hati gue udah keretek-keretek aja denger nya.

Kebiasaan gue kalau lagi sakit hati ya gini. Sok ngelihatin bintang, merenung diam-diam setiap malam selesai nangis sepuasnya, padahal bintang pun enggak ada bahkan malam ini.

"Kata orang, kalau sakit hati minum kopi." Tiba-tiba si bule nyasar ngomong ke gue.

Gue pikir dia udah masuk lagi ke dalam rumahnya, secara, dia bilang tadi dia mau tidur. Taunya, dia sekarang duduk di kursi balkon nya sambil lihatin langit sama kayak gue tadi.

"Apa hubungan nya coba?" Gue mendesis pelan, dan ternyata si bule nyasar dengar.

"Ada" katanya, noleh ke arah gue, "nama lo siapa?"

Tiga detik gue diam, sampai gue menghela napas kasar. "Modus!" Tapi dia cuma diam.

Melihat keterdiaman nya itu, gue mau enggak mau sebutin nama gue buat perkenalan.

"Nama gue Ara, Jung Ara."

Dia ngangguk paham, lalu bilang "Gue Mark Lee, you can call me Mark of course"

Setelah perkenalan singkat dan mendadak dari si bule nyasar—Mark—alhasil dari kegabutan nya dan patah hatinya gue. Perlahan malam itu, kita jadi sedikit saling tahu dan mengakrabkan diri.

Mungkin, jadi temen?

***

BoyFRIEND | Jisung✔️ [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang