Chapter 13

23.2K 4.1K 420
                                    

"Enggak Jisung." Gue menatap Jisung mengintimidasi, sedangkan Jisung hanya menatap gue dengan tatapan memohon nya.

"Ayolah, Ra.. sekali lagi, aja. Gue mau ajak Lami kencan." Jisung memegang tangan gue dengan kedua tangan nya.

Gue menepis, lantas mendelik, "kemarin bolos, bukan nya kencan?"

"Yaampun, Ra!" Jisung mengusap wajahnya kasar, menunjukkan rasa geram nya, "masih aja bahas soal bolos?! Gue udah kapok di hajar sama mama kemarin. Masih aja lo bahas itu! Khilaf, Ra! Khilaf!"

Gue cuma mengedikkan kedua bahu gue.

Gue balik lagi buka-buka novel gue, baca dengan seksama sambil sandaran di atas sofa ruang keluarga rumah Jisung. Dan Jisung, balik lagi merengek sama gue dengan muka melasnya yang dibuat-buat.

"Udah berapa kali gue bilang, Cung? Enggak." Gue menepis tangan nya entah keberapa kali. "Mama lo udah amanahin gue buat ngawas lo di rumah hari ini. Enggak ada namanya Lami atau pergi-pergi keluar, kecuali kalau sama gue."

"Yaudah!" Sungut Jisung, gue cuma melirik ke arah dia, "kita kencan bertiga!"

"Ha?"

Jisung berdecak, "katanya gue boleh pergi asal sama lo. Jadi, lo ikut aja pergi sama gue kencan bareng Lami."

Jisung udah senyum kegirangan, gue cuma menghela napas kasar. "Tapi lo lupa," bilang gue dan Jisung langsung mengerut heran. Kayak bilang—gue lupa apa?

"..emang harus ada gue, tapi enggak boleh ada Lami." Dan lalu Jisung membanting remote TV yang enggak berdosa itu. Dosa nya hanya karna dia ada di dekat Jisung duduk sekarang.

Jisung diam tapi mukanya enggak bersahabat sambil mendelik ke arah gue sinis. Gue cuma cuek bebek, pura-pura enggak tau dan milih lanjut baca buku novel. Masa bodoh dengan Jisung, amanah dari mama Jisung harus diutamakan. Dan juga, hati gue merdeka sedikit demi sedikit karna amanah dari mama Jisung ini.

Selang beberapa menit Jisung diam, tiba-tiba dia bangun berdiri buat gue kaget tapi cepet cepet nutupin nya.

"Awas aja lo, Ra!" Ancam Jisung, setelahnya dia pergi ke lantai atas. Mungkin, dia capek bujukan gue dan berakhir ngambek ke kamarnya.

Jisung kalau ngambek emang nyusahin. Tapi, belasan tahun kita kenal, gue enggak pernah sepanik itu buat bujukin dia yang ngambekkan. Soalnya, daripada gue yang butuh dia, lebih ke dia yang butuh gue.

Walau masalah cinta gue yang cinta dia daripada sebaliknya.

Baru aja jari gue membuka lembaran baru di buku novel, Jisung dengan rengekan nya teriak dari lantai dua.

"GUE MAU MAKAN, RA!"

Gue berdecak, "MAKAN YA MAKAN!" Balas gue teriak, dan setelah itu kedengaran barang jatuh entah apa yang baru aja dirusak sama Jisung.

"TANGGUNG JAWAB KEK ENGGAK BOLEHIN GUE KENCAN SAMA LAMI!"

"YAUDAH! BIASA AJA DONG! KOK NGEGAS!" Gue dengan malas-malasan bangun dari tiduran gue, berubah posisi jadi duduk bersandar.

"LO JUGA NGACA! INTINYA MASAKIN! GUE LAPER!"

Gue mendengus kesal, lalu menjatuhkan—membanting—novel yang ada di tangan gue dengan keras ke atas lantai sampai bunyinya kayak dentuman keras. Kedengaran banget pintu kamar Jisung dibuka, dan muka panik Jisung terpampang dipagar lantai dua.

Dia natap gue panik sekaligus enggak percaya, sedangkan gue natap dia sinis.

Kaget kan lo?

***

Suasana di meja makan enggak ada hangat-hangatnya, dan ruangan pun dalam keadaan hening cuma ada suara dentingan antara sendok dengan piring yang dibuat-buat Jisung.

Jisung asik lirik-lirik ke arah gue, sedangkan gue asik melanjutkan novel yang sebelumnya gue baca. Gue sengaja enggak makan, karna cuma Jisung aja yang merasa lapar sedangkan gue enggak.

Jisung makan dengan masakan gue yang seadanya, hanya nasi goreng dan telur mata sapi. Mau masakin yang lain tapi ribet, terus yang makan juga cuma dia. Kecuali gue juga.

"Lo rese' Ra! Udah sama kayak mama aja." Jisung tiba-tiba ngomong, buat gue mendongak.

"Maksud?"

Jisung berdecak, "ngapain sih? Pake larang larang gue sama Lami? Lo suka sama gue? Makanya kerjasama sama mama, biar dia bantuin lo, gitu?"

Gue menyerit. Ini maksud Jisung apa? Gue lagi dituduh atau gimana? Atau ucapan dia cuma gurauan aja? Tapi kenapa kesan nya kayak menuduh gue? Enggak mikir perasaan gue apa?

"Lo nuduh gue?" Tanya gue, menutup buku novel sedikit enggak santai.

Jisung mengedikkan bahunya, "bukan nuduh. Tapi lebih tepatnya memprediksi? Atau mempertanyakan? Soalnya tingkah lo aneh pas gue deket sama Lami. Jujur aja, gue mikir lo suka sama gue."

"Dan lo mikir, gue menghasut mama lo buat larang lo sama Lami?" Tanya gue mulai enggak santai, Jisung yang awalnya ragu-ragu jadi ngangguk.

Gue mendengus, bangkit dari duduk gue. Mata gue enggak lepas dari mata sipitnya, yang natap gue bingung karna tiba-tiba berdiri. "Maaf ya, kalau kesan nya gue kayak suka sama lo terus kelakuan nya busuk gitu pake ngehasut mama larang larang lo sama Lami."

Jisung diam, masih menatap gue.

"Sekarang gue bebasin lo pergi, terserah mau kemana. Kalau mama nanya, bilang aja Jisung anaknya ini malah nuduh gue macem-macem. Bikin gue tersinggung." Gue menekankan ucapan gue di akhir kalimat, buru-buru pergi dari ruang makan ke ruang tamu. Berniat mau pergi.

Masa bodoh sama Jisung yang diam di tempatnya. Ini gue udah sakit hati aja gitu dituduh yang macem-macem.


Gue suka, tapi gue ngotak.

***

BoyFRIEND | Jisung✔️ [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang