Chapter 18

23.4K 3.6K 240
                                    


Gue paham betul apa kesimpulan yang bisa diambil dari perbincangan gue dengan Lami kemarin, intinya dia minta gue jauhin Guanlin.

Tapi gimana ya?

Gue mau aja, karna gue sendiri mikir gue enggak bakal bisa balas perasaan Guanlin. Jadi daripada cowok ganteng itu sakit hati karna gue, lebih baik emang gue jauhin dia mulai sekarang. Toh, Lami rela berubah jadi iblis hanya karna cowok itu kemarin.

Tapi ya gimana ya?

Bukan mau sok kecantikan,

Tapi Guanlin nya deketin gue terus.

Belum lagi ditambah dengan Jisung yang entah kenapa mepet terus sama gue, bahkan ada Lami pun dia engga sesenang itu kayak biasanya. Justru, mukanya datar-datar aja dan lebih senang kalau dia ngobrol nya sama gue.

Diam-diam gue mikir, ini ada apa?

Beberapa kalipun gue menangkap Lami menatap gue sinis biarpun dia lagi sama temen nya. Kayak nya tuh anak pinter banget jadi malaikat di depan orang-orang, sementara sama yang dia benci kayak gue contohnya dia sinis gitu.

Kayak mau diterkam.

"Hari ini pulang sama gue, ya. Rindu sama mama lo." Bilang Jisung menatap gue memohon.

Gue yang fokus sama jalan gue hanya mengabaikan dia. Toh, Jisung juga ngapain pake nanya sementara biasanya main ngajak aja.

"Eh! Enggak bisa!" Tiba-tiba Guanlin yang memang ada di sebelah gue juga menyela tidak setuju.

Kayaknya mulai lagi, nih.

"Hari ini kamu pulang sama aku ya, Ra." Gantian Guanlin yang menatap gue memohon.

"Dih! Kok lo ikut-ikut, sih?! Jelas-jelas gue duluan."

"Ya terus? Cuma karna lo ngajak Ara duluan, lo berhak ngelarang gue ngajak dia gitu?" Guanlin mulai nyolot, yorobeun.

"Emang lo siapa?!"

"Gue sahabat nya lah! Semua orang juga tau! Beda sama lo yang baru kenal pas SMA!"

"Emang kalau baru kenal pas SMA bukan berarti gue sahabatnya juga?!"

"Intinya siapa dulu yang kenal luar dalem!"

"Intinya siapa dulu yang punya rasa lebih!"

Haduh, puyeng pala gue.

"Kok lo main perasaan sih?!"

"Kenapa?! Enggak suka?!"

"Yaiyalah! Disini kan poin utamanya gue ngajak Ara duluan meskipun enggak ada perasaan sama sekali!"

Tunggu.

Ada suara kretek di hati.

Ini cuma gue yang ngerasa, atau emang baik Guanlin dan Jisung tiba-tiba diam saling pandang.

Gue berhenti berjalan, natap mereka bergantian sementara mereka udah bales tatapan gue dengan was-was.

Gue menangkap sangat maksud dari omongan Jisung baru tadi. Tapi, bukan berarti dia ngomong nya terang-terangan bahkan menarik perhatian beberapa siswa lain. Ini Jisung mau mengklarifikasi perasaan nya secara enggak langsung, ya?

Lagian, gue pun sadar diri.

"Bu-bukan gitu, Ra." Jisung gelagapan hendak memegang pundak gue tapi gue menghindar.

Mata dia udah gelisah aja natap gue.

Sekarang gantian Guanlin yang bersuara, "Ra, lo sama gue aja ya." Pinta nya lembut, gue pun menghela napas lelah.

"Kalian ngapain, sih? Daritadi?" Gue menatap mereka satu-persatu dengan kesal.

"Gue enggak bakal pulang sama salah satu dari kalian!" Putus gue, "karna gue bawa motor sendiri." Lirih gue setelahnya lalu pergi meninggalkan mereka berdua.

Samar-samar, gue mendengar suara Guanlin yang memarahi Jisung karna ucapan nya tadi.

Masa bodoh deh, gue enggak peduli.


***

"Jadi lo pulang sendiri nih?" Tanya Yuna, yang gue angguki.

"Iyalah! Emang motor gue mau dikemanain?"

Kita berdua lagi jalan bareng menuju parkiran. Baik Jisung ataupun Guanlin, enggak ada yang menghampiri gue sejak gue memarahi mereka tadi. Enggak bisa dibilang marah juga sih, intinya gue menolak mereka berdua tadi.

"Terus?" Tanya Yuna lagi, buat gue mengerut bingung.

"Apanya?"

Yuna berdecak, "soal Lami."

"Lo belum cerita kalian bahas apa? Lo sendiri yang bilang di chat, kalian ketemu berdua." Lanjutnya memperjelas dan gue cuma meringis pelan.

"Panjang intinya."

"Ya jelasin intinya aja."

"Udah gue bilang panjang masih aja nanya intinya."

"Dipersingkat." Jelas Yuna masih memaksa.

"Lo pulang sama siapa, deh?" Tanya gue mencoba mengalihkan, tapi seakan mengerti gue Yuna berdecak kesal dan justru menatap gue tajam.

Menelisik ke dalam mata gue, mencoba memaksa lewat tatapan nya.

"gue enggak mengalihkan." Gue menghela napas, "gue mau jelasin tapi enggak di sini."

"Terus?"

"Makanya gue tanya sama lo pulang sama siapa, kalau sama gue biar gue ceritain jelasnya di rumah lo." Yuna langsung tersenyum lebar dan merangkul bahu gue.

"Gitu, dong." Serunya bersemangat.

"Jadi?" Tanya gue, dan senyuman nya kian lebar.









"Udah pasti balik sama lo, lah! Kapan lagi quality time berdua!"




***

BoyFRIEND | Jisung✔️ [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang