Chapter 1 (kunci kehidupan)

170 13 0
                                    

Ku pegang kunci kamarku dengan erat usai pemilik apartemen menyerahkan kepadaku. Entah mengapa meskipun kami sudah menempati apartemen ini selama 2 minggu mereka terlambat memberikan kunci kamar depan. Kamar yang aku pilih karena dekat dengan beranda dan memiliki pemandangan kota yang jelas dari atas balkon, disamping itu terlihat sangat indah saat sunset dan sunrise.

"Kenapa kuncinya tidak langsung diberikan ma, jadi aku gak perlu tidur di sofa, untung empuk kalau enggak bisa remuk semua badanku", keluhku kepada mama.

"Yah, diterima saja, yang penting malam ini sofanya sudah tidak sengsara, karena kamu tidurnya kayak kuda" , mama meledekku sambil tersenyum.

"Hahahahha, tahu aja mama", aku tertawa mengingat diriku yang tidak bisa tidur cantik.

Kutatap lubang kunci didepanku, kulihat noktah merah kecil diatasnya, kuraba dan kulihat lebih dekat, kemudian perasaan aneh menyelimutiku dengan tiba-tiba.

" apa ini hanya perasaanku saja, mengapa lubang kunci ini lebih besar daripada kuncinya?" tanyaku dalam hati sambil mencoba memasukkan kunci.

"Ceklek, ceklek"
Pintu kamarku terbuka setelah dua kali aku putar.

" au, ah gelap, I don't care"
Kataku pada diri sendiri, rasa enggan untuk memikirkan mengenai lubang kunci dan kuncinya.

Jujur, kamar ini sangat nyaman meskipun kecil, dan beranda itu cukup untuk melakukan olahraga ringan dan aku teringat Sesuatu.

"Teleskopku"

Ku Ambil teleskop kesayanganku dan aku mencoba mencari spot yang Pas untuk memajangnya, dan aku temukan di pojok sebelah kanan beranda.

"Yah, sudut yang pas, tidak sabar berexplorasi dengan atap bumi Beserta perhiasannya", ucapku tidak sabar.

"Klenthing"
Aku terkejut dengan suara benda jatuh diatas lantai.

Kulihat kunci kamarku tergeletak diatas lantai, ku pungut benda itu dan berjalan menuju beranda, Kupandangi Kunci dalam genggamanku, dan kuamati lebih dalam.

"1911, hotel kehidupan" rasa aneh mulai menjalar dalam tubuhku, saat membaca tulisan di atas kepala kunci.

"Kunci yang aneh" ucapku dalam hati.

"Itu adalah Kunci kehidupan dan berdarah", aku menoleh ke belakang berusaha mencari sumber suara itu, namun hanya suara angin yang menggerakkan korden kamar.

"Daria, mama mau keluar, tolong tutup dan kunci semua pintu dan jendela kalau mama belum sampai rumah Tengah malam nanti, dan ini kunci Cadangannya", perintah mama menyadarkanku dari lamunan.

"Iya, ma" jawabku singkat.
Ku terima, 3 kunci dari mama, terlihat sinar keperakan terpancar dari kunci - kunci itu.

Dan .....
aku baru menyadari bahwa kunci kamarku sangat berbeda dengan kunci-kunci itu.

Beranda Apartemen 3Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang