Chapter 6 (Keraguan dan Kesedihan)

37 9 0
                                    


Pikiranku terpenjara oleh kata-kata  wanita itu, tiba-tiba timbul keraguan dalam benakku mengenai mama dan aku membenci diriku sendiri setiap aku memikirkan itu.

"Mengapa Terlambat, Daria" Tanya mama sambil menarikku kedalam apartemen, usai suara bell pintu berhenti . Terdengar nada penuh kekhawatiran dalam suaranya. Aku terdiam sesaat dan memandang wajah mama yang sangat sendu, kemudian melangkah ke sofa untuk duduk.

"Aku yakin sosok ini adalah mama kandungku, aku bisa merasakan setiap detik, nafasnya adalah untukku" Ucapanku dalam hati membawaku pada kejadian ditahun-tahun sebelumnya, ketika aku masih kecil hingga sekarang.

Suatu hari saat usiaku 4 tahun aku hampir terjatuh dari lantai 2, namun mama dengan cepat menggapaiku, hingga telapak tangannya tertancap paku . Kemudian saat menjelang ulang tahunku yang ke 10, mama menyelamatkanku ketika aku hampir tertabrak mobil, dia jatuh berguling ke seberang jalan sambil memelukku dan membiarkan kepalanya terbentur trotoar untuk melindungiku. Dia mengancam siapapun yang berani menyentuh dan mencelakaiku. sebelum dia jatuh pingsan karena kehabisan darah. Dia memaksa dan memohon  kepada dokter dan staff rumah sakit untuk mengikat aku ke badannya selama dia pingsan hingga siuman serta melarang siapapun untuk menjenguknya.

Dia pernah koma saat menyelamatkanku dari segerombolan pemuda yang ingin memperkosaku, melawan 7 orang pemuda seorang diri dan membiarkan dirinya menjadi tameng saat salah satu dari mereka berusaha menusukku, kemudian aku menjerit histeris saat melihat tubuh mama bersimbah darah karena tusukan benda tajam. Aku semakin histeris dan terisak, melihatnya mengabaikan rasa sakit dan tetap memaksa kokoh berdiri dengan menggenggam tanganku, meskipun darah mengucur semakin deras dan dengan kondisi sekarat masih mampu mengancam mereka untuk tidak mendekatiku. Beruntung Polisi datang tepat pada waktunya, kemudian dia terjerembab pingsan karena kekurangan darah dan luka yang terlalu parah, usiaku 15 tahun ketika peristiwa itu terjadi.

seminggu sebelum hari ulang tahunku yang ke 5  aku terserang demam yang sangat tinggi, mobil kami rusak dan saluran telepon yang kurang baik karena musim dingin. Ketakutan dan panik mama berusaha menggendongku dan berlari sejauh 2 kilometer tanpa jaket dan membalutku dengan selimut yang sangat tebal, beberapa kali dia jatuh terjerembab saat berlari menuju rumah sakit terdekat. Kejadian itu menyebabkan 2 jari kaki kirinya harus diamputasi karena beku. Entah sudah berapa banyak bekas luka dan sayatan ditubuhnya, hanya untuk melindungiku. Sejak itu aku sering mengatakan kepadanya bahwa dia adalah super mom and super woman.

Hatiku semakin sedih mengingatnya lalu aku menangis tersedu dan memeluk mama dengan sangat erat "Mamaaaaaaaaa, aku menyanyangimu ma, aku yakin kau adalah mamaku jiwa dan raga"

Mama terdiam membisu mendengar kata-kataku, kemudian airmatanya berlinang dan mencium keningku.

"Kamu adalah anakku" , ucap mama lirih dan menyampaikan rasa penyesalannya  tidak bisa menyelamatkan teleskopku, karena hanya akulah satu-satunya yang bisa membuka pintu kamar depan.

"Sekarang pergilah tidur hari sudah malam" pinta mama dan akupun mengangguk sambil mengusap air mata dipipiku. Aku melangkah kekamar dan terdiam beberapa saat ketika melihat kunci kamarku kembali tertancap dengan erat di pintu.

"Kamu kembali lagi setelah aku meninggalkanmu di atas rumah lebah, semoga para lebah itu baik-baik saja" kataku dalam hati. Sebelum aku masuk kamar, aku menoleh kebelakang dan mama masih berdiri disana menatapku dengan lekat seolah mengatakan, semua baik-baik saja.

Mama aku bisa merasakan besarnya beban mama mengasuhku dan bagaimana beratnya menyimpan rahasia besar itu hanya untuk melindungku.

Beranda Apartemen 3Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang