11.30 bibirku menyebut angka jam analog dinding diatas meja kamarku, bersamaan dengan suara derit roda korden yang tersapu angin malam.
BRUAKKKKKKKKKKK
Aku langsung terbangun duduk hingga novel yang kupegang terlepas dan terlempar menampar dinding, rasa takut mulai menghampiriku. Aku segera merangkak cepat ke sisi bawah tempat tidur, hingga jatuh terguling. Aku berusaha menggapai ponsel diatas meja kamar, dan berusaha keluar kamar secepat mungkin. Tiba-Tiba aku menyadari sesuatu..
"Tut tut tunggu, bukankah pintu kamar tadi terkunci dan bagaimana mungkin kunci itu bisa menempel di lubang kunci, jelas- jelas aku gantung ditempat kunci, AAAAAAAAAAA mamaaaa aku takuttt" pekikku dalam hati penuh ketakutan.
Air mataku mulai keluar, aku berusaha menghubungi mama dengan menekan nomor teleponnya bersamaan dengan suara pintu kamar yang berdecit-decit. Aku tidak berani menoleh kebelakang, segera aku tutup semua pintu lain dan jendela sambil terus berusaha menghubungi mama.
Aku berlari menuju sofa, kuraih selimut yang terlipat rapi diatas meja dengan kasar lalu kututup wajahku dengan selimut. serapat mungkin aku menutup mata dan memaksa diriku sendiri untuk tidur secepat mungkin. Samar-samar aku lihat merek selimut di bagian ujungnya, tertulis LIFE TRADE MARK, MADE IN GERMANY, 1911.
Pikiranku sangat kacau, diantara ketakutan dan penuh kebingungan, jantungku berdegup tidak teratur, nafasku memburu membuat tubuhku memproduksi keringat dingin semakin banyak. Kepalaku terasa pening, kemudian......aku tidak teringat apapun.
KRINGGGGGGGGGGGGG
Suara dering alarm memaksaku untuk bangun, aku berusaha membuka mata dan mengingat yang kejadian semalam. Kulihat sekelilingku dan aku mulai menyadari AKU TIDUR DI KAMARKU!!!!!!!.
"Bagaimana mungkin!!!!".
Bukankah semalam aku bersembunyi dibawah selimut diatas sofa hingga ketiduran". Penuh tanda tanya dalam benakku, lalu aku menyeruak keluar mencari mama, kulihat dia sedang menyiapkan sarapan sambil menyapaku.
"Selamat pagi, Daria?, kamu kenapa?". Tanya mama, seperti melihat sesuatu yang aneh dalam diriku.
"Mama pulang jam berapa semalam?", tanyaku dengan terburu buru.
"Jam 1, dan mama menemukan semua jendela dan pintu terbuka, kamu lupa menutupnya?, mama juga lihat kamu tertidur pulas dan pintu beranda dikamarmu terbuka lebar, tapi mama lihat teleskopmu menghadap kebawah". ujar mama sambil menyodorkan sepiring roti panggang dan orange Juice.
Mimpikah aku semalam, pikiranku berkecamuk dengan kerumitan prasangka yang benar-benar tidak bisa aku buktikan dan jelaskan. Aku memutuskan untuk diam dan melangkahkan kaki kekamar, saat melewati sofa mataku terbelalak melihat selimut tua yang tergeletak diatasnya, seperti bekas dipakai semalam.
Tiba-tiba suara mama menyadarkanku dari keterpakuanku.
"Mama lupa melipat selimut ini, beberapa hari yang lalu pemilik apartemen memberikannya, karena sudah tidak terpakai, meskipun tua tapi masih terlihat cantik khan?".
Aku hanya diam terpaku beberapa saat sambil melihat mama melipat selimut. Ku putuskan untuk kembali kedalam kamar dan terpaku diam beberapa saat sambil berusaha mencari jawaban atas kejadian semalam. Aku melangkah keberanda dan kulihat teleskopku tetap mengarah kokoh ke atas langit, kuraba perlahan lalu ku temukan noda hitam memanjang seperti genggaman tangan, namun samar. Kucoba untuk meletakan mata di tempat fokus teleskop dengan gemetar, namun aku tidak menemukan sesuatu yang aneh.
Saat aku berbalik untuk masuk kedalam kamar, aku merasa ada yang aneh dengan pintu geser kamarku.
"Apakah memang aku tidak menyadarinya, seingatku warna kaca geser ini bening terang, mengapa sekarang jadi sedikit buram?". Penuh pertanyaan dalam benakku.
"AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA, Mamamaaaaaaaaaaaaaaa" aku berteriak saat pandanganku mengarah ke atas dinding pintu kamar dan melihat bangkai sesuatu menancap di atas dinding pintu kamarku. Segerombolan lalat hitam besar menyeruak kedalam, mengerumuni bangkai itu setelah suara jeritanku menggema didalam apartemen.
KAMU SEDANG MEMBACA
Beranda Apartemen 3
Horror"AAAAKHHHH". Tanganku gemetar, jantungku berdegup kencang, sesaat setelah tubuhku terjerembab di pojok beranda, tidak percaya dengan sosok yang baru saja kulihat. Kuberanikan diri menuju teleskop untuk melihat kembali makhluk mengerikan yang beberap...