Chapter 8 (Percakapan)

22 6 0
                                    


Beberapa  jam Sebelum kepergian mama....

Beeeppppp, beeepppppp

Telepon seluler mama berbunyi, beberapa menit kemudian mama terlibat percakapan serius dengan seseorang didalam telepon

"Harus segera diberikan sebelum hari H, dan menggantinya dengan batu yang baru, jika tidak ia akan mudah diserang dengan para Pasukan bayangan sayap kiri" ujar mama dengan penuh kecemasan.

"Saya sangat memahami perasaan anda, saya pun berpikir hal yang sama namun kita tetap harus melangkah dengan hati-hati, saya akan mulai mengajarkan perlahan-lahan hal-hal yang harus dilakukan dan tidak dilakukan, dan saya berani memastikan dia selamat sampai anda kembali" jawab gadis itu penuh keyakinan."

Terima kasih, aku tidak tahu bagaimana harus membalasnya, cepat atau lambat aku harus menjelaskan semuanya kepada Daria", terdengar keparauan dalam suara mama.

Beberapa saat kemudian....

Tuuuuuuuuuttttttttt tutttttttttttt

Saluran telepon itu terputus. Tangan mama mengepal sambil memandangi tatto bergambar pedang dipergelangan tangan kirinya, ingatannya kembali beberapa dekade yang lalu saat dia memutuskan untuk bergabung dengan pasukan  elite kerajaan bayangan. Sungguh keputusan yang sangat sulit dan penuh kesedihan.

Tiba-tiba air matanya menetes...

"Nasi sudah menjadi bubur, aku harus tetap bertahan dan kuat, meskipun tanpamu sayang.....", 

Mama berucap lirih sambil memandangi cincin di jari manis kirinya kemudian menitikkan airmata.  Malam itu terlihat sekali mama berusaha menahan rasa kantuk dan lelah dengan mengusap-usap matanya dan memijit bahunya. Perlahan-lahan dia mulai memasukkan barang-barang ke dalam koper besar dengan gontai.

"Sebentar lagi dia datang", ucapnya sambil memandangi jendela kamarnya.

Beberapa menit kemudian, sebuah bayangan berkelebat samar dan cepat menuju kamar mama, perlahan-lahan semakin jelas berubah menjadi sosok pria tegap dan berwibawa dengan kain hitam yang menutupi sebagian wajahnya.

Mereka terlibat percakapan yang cukup serius, seperti percakapan dengan wanita itu.

"Daria, sepertinya sudah mulai mencari tahu tentang jati dirinya dan keterkaitan-keterkaitan peristiwa yang terjadi akhir-akhir ini?". Ucap pria itu.

"kita terlambat mengambil alih tempat ini, sepertinya mereka ingin mempersempit pergerakan kita dan mereka sudah memprediksi bahwa kita akan kembali kemari dengan Daria." 

Pria itu menambahkan sambil menatap pemandangan diluar jendela.

" Aku tidak tahu mengapa akhir-akhir ini kekuatanku melemah, aku sedikit kesulitan melihat dan mengidentifikasi penampakan mereka. hal itu semakin aku sadari ketika pertama kali aku memutuskan untuk pindah kemari dan bertemu wanita itu". Terdengar keputus asaan dalam suara mama, lalu dia menambahkan...

"Wanita itu sudah berhasil mengambil jiwa pemilik apartemen ini, disamping itu aku juga menyadari bahwa cepat atau lambat Daria akan mencari tahu dan aku sudah mempersiapkan diri dengan semua konsekuensinya!". 

Mama terlihat penuh keyakinan saat memberikan pernyataan itu.

"Bagaimana jika Daria tahu yang sebenarnya?" tanya pria itu penuh kekhawatiran.

"Entahlah, biarkan saja sang waktu yang menjawabnya, aku sudah sangat lelah"

Mama menjawab dengan helaan nafas yang panjang, kemudian matanya menerawang jauh keatas langit. Pria itu memeluk mama dengan erat lalu membisikkan sesuatu ketelinganya. Tidak  lama kemudian ia mengecup kening mama sebelum sosoknya sedikit demi sedikit berubah seperti asap hitam lalu menghilang.

Sementara itu diluar kamar, Daria berdiri terpaku dengan kejadian yang baru dilihatnya.

Beranda Apartemen 3Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang