Malamnya, Felix sibuk main games diponsel miliknya sambil tubuhnya menyender pada sofa. Changbin sendiri asyik pada layar televisi yang menyala, menampilkan sebuah pertandingan sepak bola.
Keduanya sama-sama asyik dalam aktivitasnya masing-masing, lupa bahwa ini sudah memasuki jam makan malam. Sampai kamar mereka diketok dari luar.
Changbin melirik pada laki-laki berkaos putih yang sedang asyik dengan ponselnya di sofa, kemudian beranjak dari kasurnya dan berjalan untuk membukakan pintu.
Seorang pramusaji datang membawa hidangan makan malam yang telah Changbin pesan sore tadi. Felix yang melihat langsung menghentikan aktivitas bermain ponselnya.
Setelah pramusaji keluar, Changbin membuka penutup sajinya.
"Makan dulu, main ponselnya nanti lagi," kata Changbin meletakkan lauk di piring miliknya.
Felix mengangguk, lalu mendekat ke arah Changbin. Laki-laki yang lebih muda itu mengambil lauk dan juga sayuran yang menurutnya suka.
Tak ada suara apapun kecuali televisi yang menyala dan juga bunyi kecapan makanan yang sedikit terdengar.
"Lo mau tetep disini?" tanya Changbin.
"Maksudnya?"
"Gue habis ini mau keluar,"
Kening Felix mengerut, "Kemana?"
"Kemana aja,"
"Ya udah."
Selesai makan malam, Changbin dan Felix keluar sejenak dengan tujuan mau liat-liat Sydney kalau malam gimana, kata Changbin gitu.
Changbin sendiri gak tau mau pergi kemana karena dia gak begitu tau Sydney.
"Mau kemana sih emangnya?" tanya Felix karena daritadi jalan-jalan gak tau arah.
"Kemana aja,"
Felix mendengus kesal, "Mau liat Sydney kalau malam gimana, 'kan? Mending ke Sydney Opera House aja, pemandangannya bagus kalau malam."
"Terserah lo," kata Changbin. "Lo tau jalannya?"
Felix mengangguk, "Aku udah 20 tahun─ ah, kurangin 5 tahun di korea jadinya 15 tahun tinggal disini. Ya kali gak tau?"
"Eh, tapi kalau mau keliling Sydney mending besok pagi aja?"
Kening Changbin berkerut membuat Felix cepat-cepat menggelengkan kepalanya.
Jarak hotel menuju Sydney Opera House tak begitu jauh, lagi pula Felix tau jalan menuju kesana. Jadi hanya dengan beberapa menit saja mereka sudah sampai disana dengan berjalan kaki.
Sydney Opera House selalu ramai. Mereka berjalan menaiki banyaknya anak tangga, berjalan mengelilingi Sydney Opera House sembari melihat betapa indahnya Sydney saat malam hari.
Lampu-lampu kota menyala dengan sangat cantik, ditambah pantulan cahayanya dari sungai. Angin malam menerpa mereka berdua, kaos putih tipis yang dibalut dengan jaket abu-abu masih membuat Felix merasa kedinginan, ia bahkan sampai memeluk dirinya sendiri.
Changbin sendiri hanya mengenakan kaos hitam pendek dan juga celana panjang. Rasa dingin ada, namun ia mampu menahannya.
"Dingin?" tanya Changbin karena Felix tak henti-hentinya gelisah.
Felix mengangguk.
Changbin sendiri tak tau harus berbuat apa karena dirinya juga merasa kedinginan.
Persetan dengan rasa dingin, Changbin menikmati pemandangan malam di Sydney ini, berjalan mengelilingi Sydney Opera House.
Felix tak berbohong tentang keindahannya. Rasanya Changbin ingin sekali disini semalaman menikmati indahnya pemandangan ini. Lampu-lampu yang menyala ditambah bintang yang bertebaran di langit dan juga bulan yang menyinari.
Felix menoleh pada Changbin yang kini tersenyum simpul sembari matanya menatap ke arah lampu-lampu kota yang terlihat dari kejauhan.
Di dekat Harbour Bridge, terpasang beberapa lampion yang terpasang berwarna-warni. Beberapa kendaraan yang berlalu lalang di atas sana.
"Bagus, 'kan?"
Changbin menoleh dengan senyuman yang sudah hilang, kemudian mengangguk.
"Kalau mau liat-liat Sydney mending besok pagi aja, fyi aja, sih."
Changbin hanya mengangguki ucapan Felix, lalu kembali menikmati angin malam yang menerpanya. Antara sejuk dan dingin, hanya ia yang merasakan.
Makin malam, justru tempat ini makin ramai dikunjungi.
Felix berkali-kali menguap karena mengantuk, kemudian memejamkan matanya sembari kepalanya bertumpu pada tangan kanannya.
Laki-laki yang lebih tua menoleh, memandang wajah Felix yang tengah memejamkan matanya. Rambut blonde yang tertiup angin sedikit menutupi wajahnya.
"Lo ngantuk?" tanya Changbin.
Felix membuka matanya yang kini sudah terlihat sayu, kemudian mengangguk mantap.
Changbin menggandeng tangan Felix, "Ayo."
"Kemana?"
"Balik."
Felix mengangguk, mengikuti arah langkah Changbin.
***
Sebelum ke hotel, mereka mampir dulu ke mini market buat cari cemilan untuk di kamar. Setelah membeli beberapa cemilan, mereka langsung ke hotel.
Felix langsung mengganti pakaiannya menjadi piyama berwarna navy, sedangkan Changbin hanya menggunakan kaos putih tanpa lengan.
Yang lebih muda memakan onigiri yang tadi ia beli di mini market. Mulutnya sibuk mengunyah sedangkan matanya juga sibuk menatap ponsel.
Changbin sendiri menonton film di televisi dan juga memakan prigless miliknya.
"Lo kalo udah ngantuk langsung tidur aja," kata Changbin.
Felix ngangguk, onigiri di tangannya ia habiskan. Kemudian naik ke atas ranjang samping Changbin yang duduk di sana.
Selimut berwarna cream ia tarik sampai dada, hanya bagian leher dan kepalanya saja yang terlihat.
Changbin yang mengerti situasi langsung mematikan lampu, mengganti dengan lampu tidur kecil di sudut atap.
"Makasih," kata Felix.
Changbin mengangguk, kemudian kembali fokus menonton film.
**
hi hello!
im sorry for late update, i lost my idea to wrote this story 😭 but thanks to everyone who have to wait this story 🧡btw, happy reading!🌻
KAMU SEDANG MEMBACA
breathing fire ─ changlix
Fanfic(n.) Felix hate at people who is rude, but exception for Seo Changbin. ─yaoi, bxb, gay story.