Rose Pov
Bus akhirnya tiba dan ponselku bergetar lagi di dalam saku, menyadarkanku kembali pada pikiranku. Seseorang menabrak bahuku. Orang itu adalah salah satu dari gadis-gadis yang terobsesi dengan Lisa sehingga aku menduga ia melakukanya dengan sengaja. Aku memeriksa panggilanku segera setelah aku mendudukan diri di bagian belakang, mengabaikan tatapan mematikan yang ditujukan padaku dari para gadis itu yang duduk hanya beberapa kursi dariku.
Rupanya, aku melewatkan dua panggilan dari bibiku. Aku mengirim pesan untuk memberitahunya aku sedang dalam perjalanan ke Serendipity. Beberapa menit kemudian, aku berjalan menuju toko tapi ketika aku sampai di sana, Junhoe mengatakan padaku bibi dan adikku telah pergi satu jam yang lalu.
Jika Bibi menemukan ibuku berada di rumah saat ini, akan menjadi keributan tentunya. Terutama jika ia menemukan ibuku mabuk.
Aku benar. Yeah, kecuali bagian yang mabuk karena Ibu sedang tidak mabuk sekarang. Tapi Bibi Seo dan ibu yang pasti dengan berdebat. Aku hanya di luar pintu depan ketika aku mendengar suara-suara teriakan mereka. Bibi Seo berteriak pada ibu yang sedang duduk di sofa. Ia memelototi jendela, jelas menghindari mata kakaknya. Bibi Seo menyinggung lagi tentang ayah, bahwa ia tidak akan pernah kembali, bahwa ia tidak baik. Aku setuju dengannya tentang itu. Tapi apa yang aku tidak suka sekarang adalah bibi berteriak pada ibu.
Bibi Seo berhenti ketika ia melihatku berdiri di dekat pintu. Saat itulah ia melampiaskan frustrasi ke arahku. Menanyaiku kemana saja aku pergi, mengapa aku tidak mengangkat panggilannya. Aku membiarkan ia memarahiku, lebih baik aku yang dimarahi olehnya daripada ibu. Tapi sepertinya ibu tidak bisa membiarkannya juga karena ia berdiri dari sofa dan berjalan ke arahku. Ia mengatakan padaku untuk pergi ke atas dan mandi.“Mereka akan bersamaku.“ Kata Bibi Seo. Ia tidak berteriak lagi tapi ia sangat bersikeras. “Cari pekerjaan. Karena jika tidak, aku akan membawa mereka.”
Ibu berbalik untuk melihat kakanya. "Kau takkan—"
“Oh, aku akan melakukannya!” Bibi Seo berpendapat. “Lihat dirimu! Kau tidak memiliki pekerjaan, kau terus-terusan dipecat. Kau tidak dapat mengurus mereka.” Ia berhenti dan ada keheningan. Aku bisa mendengar jantungku yang berdebar. “Ini yang terakhir kalinya.” Lanjut Bibi Seo. “Mencari pekerjaan dan pertahankan. Jika tidak, aku akan mengambil anak-anakmu untuk selamanya.” Ia berbalik dan menyambar tasnya di sofa dan kemudian ia melihat ibuku lagi. “Dan kau tahu aku bisa.”
Setetes air mata bergulir di pipi ibuku segera setelah kakaknya pergi. “Dia benar.”Katanya, berbalik menatapku. “Bibimu benar."
“Apa Ibu akan membiarkannya mengambil kita?” tanyaku, suaraku serak.
“Tidak....“ kata ibu, menggelengkan kepala dan kemudian ia menarikku ke dalam pelukannya. “Maafkan aku, Sayang.” Katanya di telingaku saat aku balas memeluknya. “Aku sangat menyesal.”