MACCHIATO
Lisa tidak datang ke sekolah pada hari Jumat. Menurut Jennie dan lainnya, Lisa ada di agensinya untuk sebuah pertemuan penting, mungkin tentang debutnya yang sebentar lagi berlangsung. Aku menyadari Lisa telah menghabiskan banyak waktu di studio tari mereka. Kadang-kadang, setelah kegiatan teman belajar kami, ia akan pergi dan berlatih sebentar sebelum pulang. Ia agak pendiam kali ini, seolah-olah pikirannya sedang berkelana. Ia hanya akan bereaksi ketika Jennie dan lainya memergokinya sedang menyendiri, kemudian ia hanya akan melambaikan tangannya acuh pada mereka dan tertawa dengan tawa canggungnya.
“Apa kau menyukainya?” Joy bertanya ketika aku mengambil sekotak camilan yang sangat Lisa suka di toko hari Jumat sepulang sekolah.
Aku bahkan tidak menyadari ia sedang memperhatikanku. “Uh ... ya.” Kataku malu-malu, menempatkan bungkus itu ke dalam keranjang plastik yang menggantung di lenganku. “Ini sangat enak.”
Joy hanya menganggukan kepalanya dan melirik kios mie ramen. Aku berpikir untuk memberikan camilan ini pada Lisa sebelum tes pengganti pada hari Senin. Tapi aku tidak tahu bagaimana aku akan melakukannya karena ia tidak di sekolah hari ini. Aku memutar otak dan sebelum aku mulai berpikir lagi aku meletakkan bungkus camilan di atas meja, aku melirik ke belakang untuk memeriksa apakah Joy sedang melihatku tapi ia sibuk memperhatikan junk food baru yang ada di toko, jadi aku buru-buru membayar camilannya.
Beberapa menit kemudian, Joy dan aku bertemu dengan Jennie, Seulgi, Wendy dan Chahee di kafe pizza beberapa blok jauhnya dari sekolah. Mereka mengundang kami untuk perayaan kecil setelah grup mereka menang dalam semacam kontes popularitas di jurusan mereka. Kafe pizza ini baru buka beberapa hari yang lalu dan tampaknya sangat ramah dan menyenangkan ketika didalam ditambah pizzanya yang terlihat benar-benar lezat! Kafe ini pasti akan menjadi salah satu tempat favoritku mulai sekarang. Disana sedikit sesak ketika kami tiba, sebagian besar para siswa, yang sangat khas karena sekarang Jumat sore, untungnya kami dapat menemukan tempat duduk yang tepat.
Pesanan kami baru saja tiba ketika tiba-tiba aku punya ide untuk bertanya pada Chahee apa dia tahu alamat kantor agensi Lisa. Aku berpikir mungkin aku harus memberikannya setelah latihan atau semacamnya. Camilan telah kumasukkan kedalam ransel dan sebelum aku memulai berdebat dengan diriku sendiri, aku mengetuk ringan bahu Chahee, karena ia duduk di sampingku.
Chahee berpaling padaku dan mengangkat alisnya penasaran.
“Aku hanya ingin menanyakan sesuatu...” Aku memulai.
Dan kemudian pintu kafe terbuka. "Lisa!" Teriak Jennie, melambaikan tangannya ke udara. "Sebelah sini!"
Aku memutar kepalaku dan ia disana, Lisa sendirian berjalan menuju meja kami. Ia duduk di kursi di seberangku, ia tampak seperti dirinya. Mengenakan jaket diluar kemejanya, rambutnya berantakan menawan seperti biasa. Ia memberiku anggukan kecil yang kubalas dengan senyum kecil. Ia berbalik ke piring Seulgi dan menyambar pizzanya. Seulgi tampak terkejut, ia mencoba untuk mendapatkannya kembali, tapi Lisa sudah menggigit sepotong besar miliknya sehingga Seulgi menyerah.