Rose Pov
Jadi itu mengapa ia bertindak aneh sejak Seulgi mengatakan ia akan menyatakan cinta pada gadis itu dan alasan mengapa Lisa sama sekali tidak ingin membantunya ...
Dan kemudian aku merasa hatiku tersentak, walaupun aku tidak sepenuhnya yakin apakah itu karena sorot matanya yang begitu sedih atau karena ia benar-benar terlihat seperti seseorang. Ia sangat menawan, aku ingat ketika ia berbicara sore ini. Dan raut wajahnya yang tampak muram saat Seulgi memberitahu kami rencananya untuk menembak gadis itu ...
“Kelihatannya kau sangat menyukai gadis itu.” ucapku, menjatuhkan pandanganku ke bawah.
“Ya, aku sangat menyukainya.” Katanya, meletakkan tangannya di dalam saku.
“Apa Seulgi juga tahu kau sangat menyukai gadis itu?” tanyaku tidak tahan untuk tidak menanyakannya.
Lisa tertawa datar. “Sebenarnya dia dulu yang mengatakannya padaku.” Katanya.
“Tapi jika kau sangat menyukainya, kenapa kau tidak menyatakan perasaanmu?” Tanyaku hati-hati. Kemudian, pikiran lain memukulku lalau aku menatapnya. “Ya Tuhan! Apa kau ragu karena rumor yang menyebar tentang kita?” Kataku cemas. “Apakah begitu?”
“Tidak, bukan itu.” Kata Lisa, tertawa kecil.
“Oh, baguslah.” Aku menghela napas lega. “Karena aku pasti akan merasa tak enak.”
Dan itulah kebenarannya. Sebanyak apapun aku menyukai Lisa, aku ingin ia bahagia dengan siapa pun gadis yang di sukainya.
“Bolehkah aku menanyakan sesuatu?” Tanya Lisa, menatap ke arah matahari terbenam.
"Ya?"
“Aku hanya berpikir,” ia mulai bicara ketika aku melihat kerikil berbentuk hati di tanah dan mengangkatnya. “Bagaimana menurutmu tentang lelucon yang di katakan Jennie dan lainnya yang terus di lontarkan padaku?”
“Maksudmu 'Limario'?” tanyaku, menyeringai menggoda padanya.
“Bukan, bukan itu.” Katanya, tersenyum kecil. “Tentang ... hal lainnya. Kau tahu, ketika mereka berkata—” ia tergagap.
Aku mengerutkan kening padanya, benar-benar tak mengerti apa yang ia katakan. Lisa menggaruk-garuk kepalanya, ia mendesah pada akhirnya. “Bahwa aku menyukaimu ... dan semacamnya?”
Kenapa ia menanyaiku tentang hal ini? Pikirku. Ia mungkin bosan selalu digosipkan denganku.
"Oh, itu." Kataku, berusaha terdengar acuh tak acuh. "Kenapa?" Aku bertanya sambil memutar kerikil di telapak tanganku.
"W-Well, apa yang kau pikirkan tentang itu?" Ia bertanya dan kemudian ia berdeham.
"Tidak ada." Kataku, mengangkat bahu.
Lisa mengerutkan kening. "Apa maksudmu sebenarnya?" Tanyanya ingin tahu.