THE DORM (Orphan)

201 10 0
                                    

"MWOYA?!!"

"Tidak punya rumah? Wae??!" Tanya J-Hope yang heboh.

"Ah, kalian sudah tahu berita kebakaran di daerah perbukitan A dan melalap rumah besar itu, kan? Itu rumahku." Jelas Ririn. Semua anggota Bangtan mematung.

"Lalu, apa kau ada yang terluka?" Tanya Jimin prihatin.

"Tidak ada, Jimin oppa. Saat itu aku sedang diluar. Rumahku dilalap habis tanpa sisa." Jelas Ririn. Mata Taehyung melihat tas besar dan segala instrumen yang Ririn bawa.

"Lalu.. Bagaimana bisa barang-barangmu itu selamat?" Tanya Taehyung.

"Oh ini? Aku baru saja membelinya tempo hari. Beberapa pakaian, gitar, biola dan pianika menggantikan piano kesayanganku. Ah, aku juga harus membeli rumah." Lagi, ketujuh laki-laki tampan itu terlihat cengo.

"Apa kau pemegang..." Tebak Suga. "Black card?"

"Iya." Yah, reaksi ketujuh lelaki itu masih sama, cengo. Mereka terlihat tidak berkedip dan mulut mereka sedikit menganga.

"Dia sama sepertimu, Min Yoongi hyung." kata RM yang masih agak syok dan dibalas anggukan oleh Suga.

"Apa kau sudah izin orang tuamu untuk menggunakannya?" Tanya Jungkook.

"Orang tua? Aku tidak punya orang tua."

"Malang sekali dia, Tuhan..." Batin Jin.

"Kenapa banyak sekali ujian hidupnya?" Batin RM.

"Yang tabah, ya, Ririn-ah..." Batin Suga.

"Aku akan berusaha menghiburmu, kita, kan teman..." Batin J-Hope.

"Dia seperti malaikat..." Batin Jimin, Taehyung dan Jungkook.

"Jadi, orang tuamu dimana?" Tanya Jin pelan.

"Orang tuaku sudah bercerai. Aku tinggal bersama eomma. Appa pergi dengan wanita lain, setelah itu eomma juga menikah, meninggalkanku di rumah besar itu dan memberiku kartu ini." Jelas Ririn. Tapi di matanya masih ada sesuatu.

Flashback on.

"Eomma!" Pekik seorang gadis kecil yang melihat eomma nya tersungkur. "Gwaenchanha, eomma?" Tanya gadis itu panik.

"Lari, Ririnie... Gwaenchanha, eomma tidak apa-apa." kata Wanita itu sambil mengelus pipi gadis itu yang ternyata Ririn.

"BERANINYA KAU MACAM-MACAM DENGANKU! DASAR, WANITA BR*NGS*K!" Lalu ada pria tinggi yang meraih kerah wanita lemah itu.

"APPA, BERHENTI! KAU MENYAKITI EOMMA!"

"LARI, RIRINIE!!" Pekik wanita itu sebelum pipinya kena pukul.

"ANDWAE! APPA, BERHENTI! APPAAAA!!"

"RIRINIE! RI, RIRIN~"
.
.
.

Ririn POV.

"Eomma, dimana Appa?" Tanyaku walau aku sudah pasti tahu jawabannya.
Appa adalah pria pemabuk dan senang membawa wanita norak pulang ke rumah. Eomma jelas melihatnya, tapi dia memilih diam. Appa jelek! Aku benci appa! Dan eomma, aku benci eomma yang bersikap pura-pura bahagia di hadapanku. Eomma, kau terlalu baik. Apa yang akan eomma sembunyikan dari memar di sudut bibirmu, eoh?

"Appa sedang sibuk. Tunggu saja, ya." Seperti biasa, eomma berbohong.

"Ne."

The Dorm ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang