Wattpad Original
Ada 3 bab gratis lagi

5 | Terima kasih dan Maaf

72.5K 7.5K 454
                                    

Argan mematung di tempat, menatap dirinya sendiri di cermin. Ia benar-benar baru menyadari apa yang baru saja terjadi, apa keputusan terbesar dalam hidup yang baru saja dipilihnya. Ia sudah mengucapkan janji di hadapan Tuhan, di hadapan orangtuanya dan Aundy, juga di hadapan semua orang yang datang dalam upacara pengikatan janji pernikahan.

Arganta Yudha sudah resmi menjadi suami Sashenka Aundy. Ia mengingat kalimat itu berkali-kali di dalam kepalanya.

Argan mengusap wajahnya dengan kedua tangan. Lalu membuka kancing jas putih tertutup yang tadi dikenakannya untuk acara akad nikah dan melirik jas hitam yang menggantung di dalam lemari yang sudah terbuka. Ia meraihnya, mengeluarkan jas hitam itu dan melemparkan dengan sembarang ke sofa.

Mama masuk ke ruangan dengan terburu, lalu memeluk Argan dengan sangat erat. "Makasih, Gan. Makasih," gumam Mama sembari menangis. "Maafin Mama."

Argan balas memeluk Mama. "Iya, Ma." Lalu mengusap punggungnya. "Udah, aku nggak apa-apa."

Mama menjauhkan wajahnya. "Jadi suami yang baik ya, Nak. Jadi suami yang bertanggung jawab."

Argan tersenyum tipis, lalu mengangguk dengan ragu. Entah kenapa, ia begitu terganggu mendengar permintaan itu.

"Untuk acara resepsi, Mama nggak bisa ikut karena Papa harus segera di bawa ke rumah sakit."

Argan mengangguk. "Iya, nggak apa-apa." Papa yang keadaannya sudah terlihat sangat lemah, memaksa untuk mengikuti acara akad nikah tadi. Setelah acara selesai, Papa memeluknya dengan sangat erat, dan saat itu pertama kalinya Argan melihatnya menangis. Beliau melakukan hal yang sama dengan Mama, mengucapkan kata terima kasih dan maaf berkali-kali.

"Mama pergi, ya."

"Siapa yang antar ke rumah sakit?" tanya Argan, sedikit khawatir.

"Pram yang antar," jawab Mama. Sebelum pergi, Mama memegang kedua sisi wajah Argan. "Papa akan baik-baik aja, kok." Mama menyusut air matanya yang ternyata belum kering, lalu memeluk Argan lagi. "Asal ... Argan, anak Mama ini, jadi anak yang baik, suami yang baik."

Ketika pelukan terlepas, Argan menarik dua tangan Mama, mengusapnya pelan. Saat Pram datang, Mama keluar dari ruangan. Bertepatan dengan kehadiran Janu dan Chandra, dua teman dekat Argan. Mereka adalah teman kuliah sekaligus partner bisnis membangun coffee shop bernama Blackbeans yang berada tidak jauh dari kampus—yang sering dibanggakan orangtuanya di depan calon besan setiap makan malam.

Suasana sendu dan haru tadi dengan cepat berganti karena gelak tawa Janu dan Chandra terdengar ketika memasuki ruangan. Janu berdecak berkali-kali, menghampiri Argan. Ia menjabat tangan Argan dan menepuk punggungnya berkali-kali yang selanjutnya diikuti oleh Chandra.

"Gue masih kayak nggak percaya aja, nih," gumam Janu.

"Jodoh nggak ada yang tahu, ya?" Chandra menggeleng. "Bisa karena kenal sendiri, bisa karena kakak sendiri kabur di acara pernikahannya, terus lo yang dipaksa nikah."

Lalu kedua temannya itu cekikikkan.

Sebelumnya, Argan memang mengundang kedua temannya itu di acara pernikahan Mahesa. Namun, ketika mengetahui Argan yang akan menjadi pengantin pria, kedua temannya itu begitu terkejut dan Argan menjelaskan semuanya.

"Benar," ujar Janu sembari menjentikkan jari. "Gue pikir, Chandra yang bakal nikah duluan. Secara dia udah macarin anak gadis orang lebih dari delapan tahun. Kalau kredit mobil, udah lunas dua kali itu."

"Sial." Chandra terkekeh sendiri. "Gue sama Salsha tuh santai."

"Santai, santai. Dipaksa kawin kayak Argan aja, baru tahu rasa lo."

Satu AtapTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang