Saat Bersama

18 3 0
                                    

Hampir sebulan lebih Zero dan Sonya sudah semakin dekat. Di waktu senggang, Zero akan menyempatkan diri ke toko buku atau perpustakaan.

Ibunya yang posesif pun mengerti hobi anak semata wayangnya itu. Seperti biasa Zero pun tak segan pergi sendiri. Sonya pun akan langsung menemui Zero sepulang sekolah dan pulang ke rumah di waktu senja.

"Kamu nggak pernah main sama temanmu selain aku ya?"
Sonya iseng-iseng bertanya karena penasaran dengan Zero yang selalu pergi bersamanya.

"Malas aja main sama mereka. Hobi kita nggak sama mungkin. Trus, kamu, kamu kenapa nggak pernah ke toko buku atau perpustakaan sama teman kamu?"

Zero memandang Sonya yang kelihatan bete.

"Hummmmm teman-teman aku tuh dulu hobinya sama dengan aku,  suka baca. Tapi semenjak mereka punya artis idola, setiap hari tak ada waktu yang tidak mereka habiskan untuk bahas si Zero itu."

Zero kaget karena namanya tiba-tiba disebut.

"Oh... Emangnya apa sih yang mereka bahas?"
Zero asal tanya untuk menghilangkan rasa terkejutnya.

"Apa lagi coba,  dari hobinya,  warna kesukaannya,  makanan kesukaannya,bagaimana kerennya,  gagahnya, bahkan mantan pacar serta gebetan si Zero itu mereka akan cari tahu.

Di buku, kaos,  tas,  gantungan kunci, bahkan sendal mereka akan ada nama atau gambar si Zero itu."
Sonya nyerocos tak menentu.

Zero hampir terbahak membayangkan wajahnya ada di sendal. Dia pun tersenyum ke arah Sonya yang tampak kesal.

"Kamu saja ketawa,  kan lucu,  membahas orang yang sama sekali tidak mengenal kita.
Trus gara-gara si Zero tuh,  teman-teman aku udah malas belajar,  bikin PR jarang bahkan ketika ulangan, mereka takkan berhenti membahas si Zero.

Baru-baru saja,  teman aku si Monic begadang sampai larut gara-gara ke talk show karena si Zero live di sana.  Di kelas dia ketiduran karena ngantuk,  bahkan gak sempat bikin PR. Ya sasarannya PR aku yang dicontek. Gila kan, si Zero tuh bawa pengaruh negative banget sama teman-teman aku. "

Sonya menggelengkan kepalanya sambil menatap pemandangan di bawah balkon perpustakaan, sedangkan Zero terdiam dan menyadari kalau ternyata ketenarannya juga membawa dampak negativ bagi penggemarnya.

"Eh, aku haus nih,  kita cari ice crem yuk," ajak Sonya.

"Ayuk,"

Zero mengekori Sonya yang menuju ke arah penjual ice cream.
Penjual ice cream memperhatikan Zero yang nampak memakai topi tanpa kaca mata.

"Mas... Artis ya?"

Penjual ice cream menatap Zero lekat-lekat.
Zero salah tingkah karena lupa memakai kaca mata.

"Oh,  tidak mas,  emang muka aku mirip artis kata orang.... Ehehheh" Zero pura-pura tertawa.

Sonya menyikut Zero dan memberikan satu ice cream rasa vanila padanya.

"Udah mas,  teman saya ini jangan dipuji terus, nanti besar kepala kayak balon trus lama-lama terbang deh."
Sonya dan penjual ice cream tertawa.

Zero dan Sonya pun berjalan menelusuri koridor gedung perpustakaan yang menuju sebuah gazebo.

Dengan santai keduanya menikmati ice cream dan menatap ke arah jalan yang hiruk pikuk.

"Kamu pernah travelling gak?"
Zero memecahkan keheningan mereka.

"Umm... Pernah terfikir sih,  tapi nanti liburan atau lulus sekolah." Sonya menjawab seadanya.

"Emang kamu mau ke mana kalau travelling."
Sonya balas bertanya.

The LoversTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang