Mirabelle Dawson POV
Ini yang ku sebut tenang. Sendiri, melakukan hal yang ku sukai, tanpa pengganggu, dan terutama, tanpa HARRY FUCKIN' STYLES. Hari ini dia tidak muncul di hadapanku. Dan itu sungguh sebuah berita baik untukku karena akhirnya aku mendapatkan hidupku kembali normal untuk hari ini, setelah satu hari yang kacau kemarin.
Ini sudah sekitar satu jam setelah jam pulang sekolah, namun aku masih tinggal di sekolah untuk mendapatkan ketenanganku lebih lama lagi. Biasanya aku tinggal untuk tetap berada di perpustakaan atau di ruang musik. Tidak, aku bukan orang yang mencintai pelajaran, namun aku ke sana untuk menyendiri bersama novel-novelku. Dan ya, aku pecinta musik.
Kali ini aku memilih ruang musik sebagai tempat tujuanku. Ada sesuatu di dalam musik yang bisa membuatku meredakan marah atau mood burukku. Dia bisa membuatku melupakan masalahku sejenak. Aku mengambil sebuah gitar akustik, dan membawanya ke pangkuanku. Aku memutar aplikasi musik di ponselku, dan memasang earphone.
Aku memetik gitar sambil menyamakan hitungan detik dari musik di ponselku, dan mulai menyanyi.
Chest to chest
Nose to nose
Palm to palm
We were always just that close
Wrist to wrist
Toe to toe
Lips that felt just like the inside of the rose
So how come when i reach out my fingers
It feels like more than distance between us
Sontak aku berhenti menyanyi ketika suara tepuk tangan memenuhi gendang telingaku yang tertutup earphone. Kau bisa menyebutku peka. Atau berpendengaran bagus. Aku mendongak. Brengsek. Makhluk keriting itu! Aku memaki menggumam kata kotor.
"Wow, babe. Aku tidak tahu kau bisa main gitar dan bisa menyanyi." Senyumnya yang katanya bisa membuat para gadis terbius sejenak kembali muncul. Tapi bagiku senyum itu bukanlah apa-apa. Aku serius. Darimana manisnya? Cih.
"Mau apa kau?" Tanyaku langsung tanpa basa-basi. Memangnya penting berbasa-basi dengannya? Tidak.
"Come on, kita sudah tidur bersama, kita sudah berciuman, jangan sedingin ini."
"Kau baru saja menggangguku. Aku tadinya bersyukur sekali. Ku pikir bisa melewati satu hari tanpa gangguan darimu. Tapi aku salah. Cih."
Harry justru malah tertawa dan mengambil tempat duduk di sebelahku. "Lanjutkan. Aku ingin mendengarnya lagi."
"Tidak."
"Kenapa?"
"Aku tidak suka."
"Apa kau sadar kau begitu berbeda ketika kau bermain gitar dan menyanyi tadi?" Aku tersentak. Sadar tadi aku begitu menikmati musiknya. Mungkin ekspresi wajahku berubah. "Kau tersenyum, Belle."
"Begitu?" Tanyaku datar. Aku tak tahu harus bereaksi apa. Tapi sejujurnya aku sedikit terkejut. Sepertinya sudah lama aku tidak tersenyum.
Harry mengangkat kedua alisnya sebagai jawaban 'ya'. "Kau cantik jika tersenyum. Aku serius. Kau terlalu galak sepanjang waktu dan tidak membiarkan sisi lembutmu yang anggun dan cantik muncul."
Aku terkekeh sejenak. "Lihat, kau tertawa kecil. Jauh lebih cantik." Uh, brengsek. Apa dia tidak bisa berhenti berkomentar? Tapi ku akui bahwa tertawa terasa menyenangkan. Aku kembali terkenang masa dulu...
BẠN ĐANG ĐỌC
Damn It's Styles! (Slow Update)
FanfictionKetenangan hidupku terusik karena menjadi target challenge One Direction tahun ini. Mereka memilihku jadi target mereka. Brengsek. Dan kau tahu siapa yang dapat giliran tahun ini? Harry Styles! Damn It's Styles © 2014 by vinielln All Rights Reserved