10

621 28 2
                                    

an: helloo sorry ya jadi slow update gini u,u

chapter ini akan menghantarkan kita ke sebuah perkara kecil antara Harry dan Mirabelle. Mungkin begitu. Entahlah.

Enjoy!

--------

Mobil Harry berhenti sempurna di dalam garasi, berjajar dengan mobil lainnya. Tangannya baru saja memutar kunci, mematikan mesin mobilnya. "Ada yang ingin ku katakan." Ujarku sebelum kami turun. Aku tidak mau apa yang ingin ku katakan ini merusak makan malam kami. Jadi, aku berpikir untuk mengatakannya jika kami pulang nanti. Dan waktunya sekarang.

"Apa itu?" Tanyanya.

"Aku ingin pergi untuk tiga hari ke depan. Aku tidak mau pergi diam-diam karena bagaimana pun kau sudah menolongku, mengijinkanku tinggal di rumahmu, jadi ku pikir aku harus bepamitan. Sebenarnya aku mau pergi diam-diam, tapi sepertinya itu bukan pilihan yang cukup baik. Lagipula aku sudah berjanji untuk tidak bersikap dingin padamu," jelasku cukup panjang. "Aku tahu kepergianku bukan urusanmu sama sekali, hanya saja tidak terasa benar jika aku pergi tanpa kabar setelah kebaikanmu yang ku terima."

"Pertama, kepergianmu jelas urusanku. Kau tinggal bersamaku, jadi aku berhak tahu. Jika orang-orang bertanya keberadaanmu, aku tahu harus menjawab apa. Kedua, jangan selalu mengatakan 'kebaikanmu' atau 'menolongku' aku tidak melakukan apa-apa, Belle. Itu sudah kewajibanku membantumu."

"Please, Harry." Aku menjawab dengan nada dingin. "Aku tidak bersosialisasi. Aku mati pun tidak akan ada yang peduli." Tandasku tajam. Tapi itu memang benar. Aku tidak punya siapa-siapa. Tidak akan ada yang khawatir atau pun peduli. Aku jadi sedikit iba jika nanti aku mati. Siapa yang akan menguburku? Siapa yang akan merawat makamku?

Bukan waktu yang tepat memikirkan masalah itu. Aku kembali fokus, mengenyahkan pikiran yang belum penting itu. "Dan kedua, aku ingin kau membatasi bantuanmu terhadapku, oke? Kau tidak memiliki tanggung jawab untuk mengurusku. Jadi, hidupku adalah tanggung jawabku. Menolongku bukan kewajibanmu."

Harry mendesah frustasi. Lihat. Kami tidak akan bisa akur. Akan selalu berdebat. Meski pun tidak ada emosi, tapi berdebat tetap berdebat. Lama-lam nanti akan menjengkelkan juga. Tapi ku harap malam ini tidak demikian. Aku ingin mengakhiri malam ini dengan baik dan tenang, jadi aku bisa pergi besok tanpa beban. "Pertama, aku peduli padamu, Mirabelle Dawson. Atau aku harus mengubah nama belakangmu menjadi Styles untuk meyakinkanmu?" What?! Apa-apaan?! "Kedua, kau punya kami. The Boys. Ketiga, berhenti mengatakan hal yang tidak menyenangkan. Keempat, menolongmu memang bukan tanggung jawabku. Tapi aku menginginkannya, dan aku tidak akan membatasinya. Kelima, memang kau mau kemana sampai memakan waktu tiga hari?"

"Hell, Harry! Ck. Aku tidak bisa mengatakan kemana aku pergi."

"Kemana? Apa satu hari tidak cukup bagimu?"

"Tidak. Aku hanya ingin menenangkan diri, Harry. Ku akui makan malam ini membantu mengalihkanku dari pikiran dan masalahku. Tapi aku tetap butuh untuk menenangkan diri dari semua kekacauan ini. Aku harus menata hidupku, dan aku butuh ketenangan untuk memikiran semuanya dengan benar. Kau mengerti? Tiga hari sebenarnya tidak cukup. Tapi aku tahu aku harus sekolah. Aku tidak ingin dicari dan ditemukan oleh siapa pun. Aku benar-benar ingin sendiri untuk sementara ini. Mencoba mencari kesegaran di tengah kepahitanku."

Harry terdiam sejenak. Mungkin mencoba mengerti kondisiku. Tapi kemudian dia membuka mulutnya. "Tapi kau bisa mengatakan tempatnya. Aku tidak akan mengganggumu."

Aku menggeleng. Mengapa susah sekali untuk membuatnya mengerti?! "Aku butuh privasi, Harry. Ayolah, jangan hancurkan malam ini dengan berdebat lagi. Aku hanya pergi tiga hari. Dan hari selasa, aku sudah akan tiba di sini lagi. Oke? Kau tidak perlu berpikir yang aneh-aneh karena aku tidak melakukan hal bodoh."

Damn It's Styles! (Slow Update)Where stories live. Discover now