26

467 34 6
                                    

Aku tidak menjawab pertanyaannya. Dan untuk kali ini aku tidak menemukan alasan yang tepat. Aku tidak memiliki pembelaan diri kenapa aku begitu egois.

Tidak ada yang bisa kukatakan.

Aku menghela nafas, berpaling dari Harry sejenak lalu kembali padanya. Aku tidak tahu apa yang kupikirkan tapi bibirku seolah bicara sendiri. "Kau mau bermalam di tempat baruku?"

Pertanyaanku seperti membuatnya terkejut karena Harry sekejap mengubah ekspresinya. "Ya," jawabnya singkat.

Sepanjang perjalanan kami berdua sama-sama diam. Sungguh tidak biasa karena Harry biasanya memiliki sesuatu untuk diajak bicara denganku. Aku sendiri diam karena sibuk bergulat dengan isi kepalaku dan rasa bersalah kepada Harry yang entah datangnya darimana.

Sialan karena hari ini rasanya begitu kacau.

Kami tiba cepat karena lokasinya yang tidak jauh. Aku turun, mengambil gitarku dan melangkah masuk ke dalam gedung flat, berjalan hingga ke pintu dan membukanya, mempersilakan Harry masuk terlebih dahulu. Aku meletakkan kunci di atas meja kecil dekat pintu dan meletakkan gitarku di kamar.

"Hanya ini ranjangnya. Kau bisa memakainya. Aku akan tidur di bawah." Ucapku ketika aku tahu Harry mengikuti masuk ke kamar.

"Tidak, kita bisa berbagi ranjang." Harry menjawab serius. Lalu ekspresinya berubah frustasi. Dia menghela nafas. "Aku tidak mengerti, Belle. Kau tidak harus pindah kemari dan tinggal di tempat kecil. Tapi kenapa?"

"Sudah kukatakan, rencanaku sejak awal hanyalah menumpang di rumahmu, Harry. Bukan pindah dan tinggal disana." Jawabku menatapnya sejenak. Aku bergerak menuju lemari pakaianku dan mengambil baju ganti.

Aku sadar, jauh di dalam hati ada jawaban yang lebih dari sekedar itu. Jawaban yang entah kenapa tidak bisa kukatakan kepadanya.

Padahal jawabannya cukup sederhana. Karena aku membutuhkan ruang dan jarak darinya.

Aku menyadari semuanya ketika aku bernyanyi tadi. Bersama Harry menjadikan segalanya berbeda. Dan aku butuh jarak untuk mengembalikan semua kerasionalan yang ada. Namun yang lebih dari itu, adalah bahwa Harry tidak bisa mengetahui bagaimana dia terhadapku. Apakah dia memiliki perasaan padaku, ataukah seluruh bentuk kasih sayang dan perhatiannya itu karena aku adalah seorang target challenge-nya?

Jika harus jujur, ya, sebenarnya aku ingin mengatakan padanya bahwa aku pindah. Aku ingin memberi tahukannya. Aku ingin Harry tahu. Tapi sesuatu menghalangiku. Menahanku untuk tidak melakukan itu.

Harry menghela nafasnya lagi. Dia meletakkan kunci mobil, ponsel, dan dompetnya di atas meja. Dia melepas sepatu, membuka jaket, kaus, serta celananya lalu naik ke ranjang. Satu-satunya kain yang dikenakanannya hanyalah boxer.

Aku tidak tahu kenapa aku digelisahkan dengan hal ini, padahal tidur bersama Harry sudah biasa kulakukan. Ini aneh. Aku keluar dari kamar, mengganti bajuku di kamar mandi dengan baju untuk tidur, lalu kembali lagi ke kamar.

Ranjang kecil ini benar-benar penuh tak tersisa. Aku meringkuk di dada Harry, lengannya membungkusku dengan hangat. Sekali ini, kusadari bahwa berada di pelukannya terasa begitu nyaman.

Sial. Kenapa begitu banyak hal mengenai Harry yang baru kusadari?

Aku memejamkan mata, mencoba mengistirahatkan pikiranku. Tidak ada dari kami yang mencoba bicara sejak aku bergabung dengan Harry di ranjang.

"Sialan, Belle. Kau membuatku begitu frustasi malam ini. Kau membuatku bingung." Aku membuka mata seketika ketika mendengar ucapannya. Aku mendongak dan Harry dalam gerakan cepat membungkam bibirku dengan bibirnya.

Damn It's Styles! (Slow Update)Donde viven las historias. Descúbrelo ahora