Bab 5.2

609 28 0
                                    

"Lu lebih suka hujan atau senja?" Tanya Alan sambil menatap sendu ke arah jendela kelas.

"Hah?" Heran Aurel, lalu menatap jendela yang ditatap Alan.

"Hujan yang selalu kembali walau tau rasanya jatuh berkali-kali. Atau senja yang selalu pergi tapi pasti kembali?"

Aurel masih diam, Alan juga hanyut dalam lamunannya.

"Lupain aja.." ucap Alan tiba-tiba.

"Gua lebih suka hujan. Dia berjuang walaupun jatuh, dan dia berhenti ketika lelah. Daripada senja yang terus menerus pergi, walaupun ia pasti kembali." Jawab Aurel dengan lancar.

Alan tersenyum mendengarnya.

"Istirahat nanti, makan bareng gua aja ya.." Ucap Alan, "gua gak tau denah sekolah." Sambungnya, itu hanyalah alasan Alan untuk bisa istirahat bersama.

"Masih banyak orang lain." Tolak Aurel

"Kan gua kenalnya lu doang." Gerutu Alan, tapi tak dapat respon lagi dari aurel.

"Ayolah,Lia.. temenin gua ya plisss.." sahut alan dengan nada lembutnya.

"Hah?Apa?." Sinis Aurel.

"Iya, nama Lo kan?" Tanya Alan dengan senyum jailnya.

"I-iya..tapi- Gak! Lo gak boleh manggil gua Lia!, Cuman orang orang tertentu yang boleh manggil gua Lia!." Ketus Aurel.

"Gua termasuk tertentu kan?" Sahut Alan dengan mengangkat satu alisnya.

"Sumpah deh!, Terserah elu."

DUARRRR!!!!

Suara petir itu refleks membuat Aurel memegang erat lengan kanan Alan dan menutup matanya seolah orang ketakutan.

"Lo- takut sama petir?" Tanya Alan terbata-bata. Aurel yang menyadari tindakannya langsung kembali ke posisi semula.

"Gak!." Jawab Aurel ketus.

"O-oke.." sahut Alan yang masih kaget dengan kejadian barusan.

Reflek Aurel memukul pundak Alan ketika mengetahui ekspresinya, "Gak usah gitu mukannya!, Kesel gua liatnya." Cibir Aurel.

"Iyaudah, istirahat ini lo mau ikut bareng gua gak? Gua mau istirahat bareng Satya, adiz, sama Akmal."

"Siapa mereka?" Tanya Aurel bingung.

"Temen gua." jawab Alan.

"Nah itu lu ada temen, jadi lu istirahat bareng temen lu aja." sahut Aurel dengan entengnya.

"Iya ada. Tapi mereka juga anak baru disini," jawab Alan dengan tersenyum tanpa dosa, mau gak mau Aurel harus mengiyakan ajakan Alan.

....

Jam istirahat pun tiba, Aurel dan Alan sudah keluar kelas dan kini mereka menuju kelas adiz, Akmal, Satya. Di kelas XI IPA 2.

Alan dan Aurel masuk kedalam kelas XI IPA 2, mereka mendapati 3 orang yang sedang berkumpul di salah satu meja paling depan.

"Woi!!." Teriak Alan kencang, tiga orang yang sedang mengobrol langsung menatap kesal ke arah alan.

"Ngapain s-" ucapan Akmal terpotong oleh kata-kata adiz yang super heboh.

"Ini cewek yang kemaren di cafe kan bro?! Gila!. Kenapa bisa ada Mak lampir disini!!." Celetuk adiz dijawab tatapan tajam dari Aurel dan Alan.

"Shutttt!, Omongan Lo adiz!." Omel Alan.

"Lo berdua akur?" Tanya Satya dengan nada selidik namun tenang.

"Seperti yang Lo Liat.." jawab Alan dengan bangga, sedangkan Satya hanya menangguk pelan.

"Jadi Lo ngapain ke sini?" Pertanyaan akmal yang tadi terpotong karna adiz kini ia tanyakan lagi.

"Gua cuma mau ngajak lo bertiga istirahat." Jawab Alan.

"Bareng mak lampir?!." Cibir adiz lalu mendapat sorot tajam dari Akmal.

"Yang penting istirahat, zayenggg muachhb!." Sahut Akmal. Dengan nada menggoda.

"Jijik Tau gak mal!!" Cibir adiz sambil memutar bola matanya.

"Emm.., gua gak ikut, gua mau ke perpus dulu, ada yang perlu gua cari." Sahut satya dengan nada rendah.

"Tumben," ucap Alan, "tapi, okelah.. semoga cepet dapet yang Lo cari!." Sambung alan.

"Oke, thanks.." tanpa waktu lama keempat orang itu langsung pergi meninggalkan Satya, dan Satya langsung pergi menuju perpus.

Di sepanjang koridor, banyak sekali orang-orang yang lewat lalu memperhatikan satya, Satya dengan kulit putih, rambut coklat, dan bibir yang berwana sedikit merah, membuat banyak orang yang tertarik untuk melihat karya Tuhan yang lewat itu..

Sedangkan Alan, adiz, akmal, dan Aurel masih berjalan menuju kantin. Banyak yang iri dengan Aurel karena berada di tengah laki-laki tampan.

Setelah memesan makanan, mereka berempat duduk sambil bercanda dengan berbagai topik, tak lepas dari itu adiz selalu memanggil Aurel dengan sebutan 'mak lampir' ,

Aurel mengirim pesan pada teman-temannya dan menyuruh mereka bergabung.

Tak lama olla, Salma, Nissa datang secara bersamaan. Mereka duduk di samping aurel, kecuali Salma dia duduk disamping akmal.

"Eh, kalian berdua kok ada disini?" Pertanyaan dari Nissa untuk adiz dan Akmal.

"Iya, kita juga baru pindah, ada Satya juga, tapi dia baru aja ke perpus tadi." Jawab Akmal jujur.

"Kalian ngikutin Alan atau Alan yang nyuruh kalian?" Tanya Salma to the point karna Salma sudah tau baik buruknya Alan. Salma dan Alan sudah kenal sejak kecil, namun mereka tidak terlalu dekat saat dewasa.

"Lo mau jawaban jujur atau bohong?" Tanya balik Akmal,

"Gak perlu!." Jawab Salma karna tau kalau jawaban yang akan diberikan adalah 'Alan yang nyuruh.'

"Ngomong-ngomong, Satya itu yang tadi bilang mau ke perpus kan?" Tanya Aurel dijawab dengan anggukan dari Adiz dan Akmal.

"Btw, dia cakep.." jujur Aurel dengan mata yang berbinar.

"Lo suka Lia?" Tanya Salma dengan senyum lebar, sedangkan Aurel hanya tersenyum sambil mengedikan bahunya.

"Hati-hati kalo suka sama Satya!, Dia udah punya pacar." Celetuk adiz memperingatkan, Aurel hanya diam memahami ucapan adiz.

"Kalau Lo tanya siapa, jawabannya buku!. Dia sayang banget sama buku, tiap hari sama buku, jalan sama buku, ketemuan sama buku, semua sama buku, dibilang kutu buku? Jarang ada yang bilang begitu, karna fisik beda sama sifat." Jelas adiz panjang lebar, sedangkan Aurel hanya membulatkan mulutnya berbentuk huruf 'o'

Bersambung.

ALAN [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang