Bab 13

488 21 0
                                    

Berlalunya waktu ke waktu membuat olimpiade yang akan di ikuti Aurel semakin mendekat.

Beberapa hari lalu Alan merasa terabaikan oleh Aurel. Dia selalu bertanya dimanakah letak kesalahannya sehingga Aurel tak mempedulikannya.

Kemarin sudah cukup membuat Alan kesal. Pagi ini Alan berniat untuk mengungkapkan kekesalannya pada Aurel. Dan pagi ini pula, Aurel tak ada dikelas, padahal 5 menit lagi bel.

Aurel gak masuk? -batin Alan ketika mendengar bel masuk berbunyi.

Tak lama dari bel berbunyi, Bu Rahma-Guru ekonomi masuk ke kelas, bersama dengan Aurel dan Olla yang berada di sampingnya.

Kedatangan keduanya di sambut oleh senyuman dari satu kelas, kecuali Alan.

"Pagi, semua." Sapa Bu Rahma, sesudah mengambil posisi berdiri yang paling nyaman.

"Pagi, Bu" jawab seisi kelas, dengan senyum yang merekah. Mungkin suasana hati mereka sedang baik.

"Iya, seperti yang kalian tau. Aurel dan juga Olla, akan mengikuti lomba tepatnya pada hari ini. Ibu mengharapkan kalian semua membantunya dengan doa." Sahut Bu Rahma.

Alan terkejut, dia baru menyadari lomba yang akan berlangsung. Saat itu juga Alan mengurungkan niatnya untuk mengungkapkan kekesalannya.

"Ibu bangga sama kalian, kalian yang berlomba untuk mendapatkan yang terbaik dari yang baik." Sambung Bu Rahma sambil tersenyum banggga.

"Ada yang mau bertanya?," Sahut Bu rahma, ketika melihat anak kelasnya tak ada yang berkutik sama sekali.

"Bu," Seseorang yang bernama Hani mengangkat tangannya ke udara.

"Iya," Jawab Bu Rahma.

"Kalau Aurel sama Olla menang, satu sekolah PARTY dong!!" Ucapnya, sambil menekan kata party.

"Wahhhh!! Iya dong! Masa enggak." Jawab Bu Rahma tak kalah antusias dengan Hani.

"Boleh dong Bu, kelas kita di SPESIALKAN, kayak martabak gitu." Goda Ari pada gurunya itu.

"Kalo itu," sahut bu rahma tak yakin, "Kalian harus bujuk pak Sigit dulu, kalo gitu."

"Kok gitu Bu?" Tanya muti. Mengingat kepseknya bukanlah orang yang suka membeda-bedakan

"Kan kalo kalian yang minta pasti di turutin, kalo ibu.. belum tentu." Jawab Nissa, dengan meniru gaya bicara Bu Rahma.

"Tepat sekali!," Sahut Bu Rahma, "Nissa!! Besok ibu kasih kamu nilai tambahan!." Ucapnya. Bu Rahma sudah sering sekali mengatakan hal itu, kelas ini sudah mengenal Bu Rahma sepenuhnya.

"ALWAYS IBU TER-THE-BEST!!" Teriak Nissa dengan mata berbinar-binar. Bu Rahma yang melihat tingkah Nissa hanya terkekeh geli.

"Yaudah, takut telat. Aurel atau Olla ada yang mau di sampaikan?" Tanya Bu Rahma pada keduanya.

"Kita minta doanya aja." Sahut Olla.

"Kalo kita gagal, maaf ya." Ucap Aurel dengan tak percaya diri.

"Pasti menang!." Sorak Nissa dari tempat duduknya.

"FIGHTING!" Seru beberapa orang dengan kompak.

Setelah semua selesai berbicara, Bu Rahma mempadu Aurel dan Olla menuju sebuah mobil yang telah di persiapkan.

Semua guru yang berkumpul di dekat gerbang sekolah, tersenyum melihat kedatangan keduanya bersama seorang guru yang mendampingi.

Olla dan Aurel hanya tersenyum kaku, melihat mata semua gurunya yang memberikan mereka kepercayaan atas kemenangan.

Guru-guru hanya memberikan beberapa nasihat dan semangat sebelum Olla dan Aurel berangkat, setelah itu keduanya masuk ke dalam mobil.

Di dalam mobil ada pak Sigit-kepala sekolah dan di sampingnya ada pak jeno-satpam sekolah yang duduk di kursi pengemudi.

"Pak, kalo kita menang kas-" sahut Olla terpotong, tadinya dia ingin meminta agar kelas mereka di spesialkan seperti yang di inginkan teman sekelasnya.

"Kita bakal party! Dan kelas kalian bakal dapet martabak spesial, itu kan mau kalian?" Tebak pak sigit-kepala sekolahnya.

"Jangan bilang bapak beneran mau kasih martabak?" Tebak balik Aurel.

"Tadinya," jawab pak sigit dengan senyuman geli. "Tapi bapak tau, nanti yang ada kelas kalian demo lagi!. Gak akan bapak biarkan." Sambungnya dengan muka yang amat serius.

tahun lalu pernah ada kakak kelas yang mengikuti lomba-dialah Ali, di dampingi oleh temannya yang bernama Joshua.

Saat mereka pulang membawa piala dan piagam. di adakan lah party oleh pak Sigit, teman sekelas mereka membuat ulah karna keinginan mereka tak di turuti. Sebagian ada yang meneror pak Sigit lewat sosmed, dan ada juga yang menakut-nakuti pak Sigit yang sedang berada di ruangannya. Sampai ada kertas yang bertuliskan "kita mau di spesialkan, bapak yang peka dong!". Semuanya membaik ketika pak Sigit memberikan kejutan untuk mereka diakhir.

"Nah iya pak, kita bakal bikin demo lebih parah daripada satu tahun lalu!." Ancam Olla.

.
.

Sampainya di sebuah Gedung putih yang menjulang tinggi seperti gedung pada umumnya. Ketiga orang itu turun, tak lupa dengan supir yang mengantar mereka ke tempat ini.

"Bapak, gapapa di tinggal?" Tanya pak Sigit pada pak jeno.

"Monggo pak, Rapopo." Jawab supir itu dengan bahasa jawa yang sungguh medog.

Setalah mendapat jawaban, ketiganya pergi menuju tempat khusus Perseta, Olla dan Aurel di pandu dengan baik oleh pak Sigit, dia juga menjelaskan fasilitas dari gedung ini.

Lomba pun dimulai setalah satu jam menunggu. Waktu satu jam di pergunakan dengan baik oleh Aurel dan Olla, sehingga mereka dapat menjawab pertanyaan dengan baik.

.
.

Total ada 45 Soal yang harus dijawab dengan tepat dan cepat. Dari seluruh soal itu, aurel dapat menjawab 21 soal dan Olla menjawab 13 soal. Dan sisa 11 soal yang di jawab sekolah lain.

Selepas dari itu semua, mereka menunggu para panitia yang sedang menghitung skors, yang lalu panitia itu mengumumkan kemenangan pada sekolah Aurel.

Pak Sigit memeluk kedua muridnya dengan bangga, "Kita PARTY!!." Sahutnya. Siapa kepsek yang tidak senang ketika sekolahnya mendapat gelar SMA Terbaik Se-Provinsi.

Bersambung

ALAN [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang