Bab 9

568 28 0
                                    

Entah angin darimana, pagi ini langit telah ditutupi kabut hitam, tanda akan hujan lebat.

Faiz datang dengan mobilnya, Aurel yang menyadari itu langsung masuk ke dalam mobil Faiz, sebenarnya mereka telah membuat janji berangkat bersama sejak beberapa menit lalu.

.
.

Sampai di sekolah, faiz memaksa akan mengantar aurel ke kelasnya.

Permintaan faiz itu membuat beberapa orang berfikiran aneh tentang keduanya. Seperti ; "Loh, bukannya faiz udah di tolak?" atau "faiz ga punya malu ya?" dan lagi "Dasar muna!. Nolak faiz tapi masih bareng sama dia."

Langkah mereka terhenti karena ada seseorang yang menepuk pundak faiz.

"Hey Sob." Seru Alan, dialah yang menepuk pundak faiz.

"Siapa Lo?." Tanya faiz, karna Faiz sama sekali tak mengenal Alan. Walaupun nama Alan sudah populer semenjak dia masuk sekolah ini.

"Ingetin!, Alan angkasa," Sahut Alan sambil tersenyum paksa, "Hai rel.." sapa Alan dengan nada lembut, berbeda dengan ketika dia menyapa Faiz.

"Mau apa sih lo!?." Bentak faiz yang sudah tak nyaman. Faiz menangkap kode dari alan. Dia tau bahwa Alan mengincar Aurel.

Alan tersenyum, "Kita ngobrol di halaman belakang sekolah, gua tunggu."

.
.

"Gua denger lu suka sama Aurel?" Tanya Alan to the point, sedangkan faiz hanya diam yang berarti adalah 'iya'.

"Lo diem?. Tandanya 'iya'?" Tanya Alan lagi.

"Terus, kalo 'iya'. Lo mau apa?!" Gretak faiz . tidak berpengaruh sedikitpun pada Alan.

"Gua tantang Lo, tanding basket. Yang kalah, jauhin Aurel." Tawar Alan.

"Oke!." Terima faiz.

Mereka berjalan di koridor bersama. Sebelum masuk kedalam kelas, faiz berjalan disamping Alan "Gua tunggu. Pulang sekolah, di lapangan basket."

.
.

Bel istirahat berbunyi. Aurel sudah memiliki rencana akan ke kantin bersama faiz. Namun Alan merajuk saat ini.

Alan tidak membiarkan Aurel istirahat bersama faiz.

Karna tidak ingin memperkeruh suasana. Akhirnya aurel meminta maaf pada faiz. Karna dia akan istirahat bersama Alan.


....

Bel pulang pun berbunyi, kabar Alan dan faiz yang akan Sparing kini sudah tersebar dimana-mana, bahkan sampai kakak kelas pun ikut menonton.

Pertandingan dimulai ketika munculnya faiz, dia sedikit telat karena ada tambahan, katanya.

Mereka pun mengulang kesepakatan yang telah dibuat, mendadak nama Aurel menjadi paling atas.

"Siapapun yang kalah! Dia harus jauhin aurel!." Tegas Faiz.

"Siapapun yang menang! Maka yang kalah tidak ada hak menggangu pihak yang menang." Sambung Alan.


Andi, Galang, juna, mantan-mantannya Aurel yang ikut menyaksikan juga terkejut mendengar kesepakatan itu.

ALAN [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang