[13] seekor nyamuk

2.1K 546 23
                                    

"maaf.." Yoonbin mengubah posisinya menjadi duduk menatap wajah gue, berapa detik kemudian dia menundukkan kepalanya dengan menekukan bibirnya ke bawah.

Melihat gue yang gak menanggapi permintaan maafnya Yoonbin mencoba menggeserkan tubuhnya mendekat ke gue yang berdiri di dekat nakas, tangannya melingkar di pinggang gue dan kepalanya bersandar di perut gue dengan posisi dia yang masih duduk di atas kasur.

Gue mengalihkan pandangan saat tiba-tiba dia mengangkat kepalanya keatas menatap wajah gue, Yoonbin menggoyang-goyangkan tubuh gue ke kanan dan ke kiri membuat gue menatap kearahnya.

"marah banget?" tanya Yoonbin.

"mama udah pulang, jaga sikap!" ucap gue tanpa menjawab pertanyaannya.

Detik itupun Yoonbin melepaskan tangannya yang melingkar di pinggang gue lalu beranjak dari kasur. Yoonbin berjalan kearah pintu untuk segera keluar dari kamar, tapi dia malah mengunci pintu kamar bukan keluar.

Gue mengkerutkan kening melihat Yoonbin yang membalikan tubuhnya kearah gue dengan senyumannya, perlahan-lahan kaki gue menggeser mundur sampai tubuh gue terjatuh duduk di atas kasur karena Yoonbin yang berjalan kearah gue.

Yoonbin menghempaskan tubuhnya di kasur dengan kedua mata yang menatap langit kamar gue, helaan nafas pun keluar dari mulutnya. Tiba-tiba Yoonbin mengubah posisi tidurnya, dia letakin kepalanya di paha gue dengan kedua matanya yang memejam.

Di saat Yoonbin tertidur kedua mata gue mengabsen wajahnya dari alisnya yang tebal, bulu matanya yang panjang, hidungnya yang mancung, sampai bibirnya yang terluka karena gue gigit sebelumnya.

Kenapa gue jadi inget waktu dia mengecup bibir gue berulang-ulang? Seorang Ha Yoonbin yang terkenal jutek, gagu dan sebagainya cium bibir gue duluan?

Gue membulatkan kedua mata saat melihat ujung bibir Yoonbin yang membentuk senyuman, tiba-tiba Yoonbin membuka kedua matanya membuat mata kita bertemu, spontan gue mendorong tubuhnya sampai dia terjatuh ke bawah kasur.

Yoonbin mengubah posisinya menjadi duduk di depan gue yang masih duduk di ujung kasur, dia majuin bibirnya lalu menekukan bibirnya ke bawah dengan kedua matanya menatap kearah gue.

"Yoonbin, ada temen kamu!" teriak mama membuat gue mengkerutkan kening.

"lo punya temen?" tanya gue yang keheranan.

Yoonbin mencubit kedua pipi gue, lalu mengusap kepala gue sebelum dia keluar dari kamar tanpa menjawab pertanyaannya gue.

Gak salah, Yoonbin punya temen?

Seketika gue jadi panik, panik seandainya temen Yoonbin ternyata temen sekelas gue. Tunggu, Yoonbin kan sekelas sama gue otomatis ...

Gue terbangun dari kasur berjalan kesana kemari dengan mulut yang menggigiti kuku ibu jari, tangan gue beralih menggaruk kepala dengan frustasi. Kalau ketauan gue sama Yoonbin satu rumah, gimana?

Yoonbin kok bodoh banget?!

Mendengar suara temen Yoonbin gue pun berjalan kearah pintu, berdiri dengan telinga yang menempel di pintu kamar. Mungkin Yoonbin menyuruh temennya masuk ke kamar karena Changbin lagi pergi keluar.

Tunggu, tunggu, telinga gue gak salah dengar ada suara tawaan Hwang Hyunjin? Ok, Hyunjin skip! Mungkin dia udah tau kalau gue sama Yoonbin saudara tiri dari kembarnya, Hwang Yeji.

Kedua mata gue membulat dan tangan gue menutup mulut yang terbuka saat mendengar suara Kim Sunwoo. Gue menghelakan nafas dengan frustasi, lalu menempelkan kening gue ke pintu kamar.

Gue mengambil hoodie yang tergantung di dekat pintu kamar, dengan cepat gue pakai hoodie dan gak lupa menutup kepala gue dengan topi hoodie. Saat merasa temen Yoonbin udah pada masuk ke kamarnya gue pun keluar dari kamar dengan tangan yang memegang ponsel.

Pelan-pelan gue buka pintu kamar dan pelan-pelan gue menutup pintu kamar, saat gue membalikan tubuh untuk berjalan kearah tangga kaki gue gak bisa di gerakin karena di depan gue ada tubuh seseorang.

Gue menggigit bibir bawah dan perlahan-lahan gue mengangkat kepala untuk melihat wajah orang yang ada di hadapan gue. Kedua ujung bibir gue membentuk senyuman, dia pun membalas senyuman gue.

"temennya Yoon—"

"Lix!"

Dengan cepat gue lari kearah tangga saat mendengar teriakan Hyunjin. Sialan si doer bikin jantung gue melemah.

Langkah gue terhentikan saat menuruni anak tangga berapa detik kemudian kembali berjalan, ternyata Yoonbin mainnya sama anak kelas sebelah. Tapi gue baru lihat wajah cowok yang tadi, dan karena itupun gue berani senyum kearah dia.

Gue menghampiri mama yang lagi mengupas buah-buahan di meja makan, tangan gue meraih garpu lalu menancapkan garpu ke buah apel yang udah mama kupas.

"na, minuman sama buah-buahannya bawain ke kamar Yoonbin!" ucap mama. Gue langsung menggelengkan kepala, "gak mau!" tolak gue.

Gila aja, gue mati-matian buat gak ketauan tanpa dosanya mama menyuruh gue tunjukin wajah gue ke temennya Yoonbin. Belum lagi di sana ada Sunwoo.

"suruh Yoonbin aja turun ke bawah!"

Gue pun meline Yoonbin agar dia turun ke bawah mengambil minuman dan buah-buahan untuk temennya, kedua mata gue membulat membaca balasan dari Yoonbin.

Yoonbin: anterin ke kamar

Sinting, ternyata Yoonbin mau temennya tau kalau kita satu rumah? Ok!

Gue menggulung tangan hoodie keatas lalu memegang nampan yang di atasnya ada minuman dan buah-buahan yang mama kupas sebelumnya, kaki gue melangkah kearah tangga untuk mengantar ke kamar Yoonbin.

Gue menggigit bibir bawah dengan kedua mata menatap pintu kamar Yoonbin, gue menghelakan nafas lalu meletakkan nampan ke bawah lantai. Tangan gue mencoba mengetuk pintu kamar Yoonbin, tepat saat ada orang yang membuka pintu gue pun masuk ke dalam kamar.

Mending yang buka pintunya Hyunjin atau cowok yang tadi, kalau Sunwoo? Lebih baik gue berurusan sama cowok yang modelan Noel atau Vinxen! Trauma banget gue sama Kim Sunwoo, tapi sumpah gue masih gak percaya Yoonbin temenannya sama Sunwoo.

Gue memilih keluar ke balkon kamar menatap ke balkon rumah keempat yang ada di depan rumah gue, balkon kamar Renjun. Tanpa gue sadar cowok yang tadi gak sengaja ketemu lagi duduk di balkon kamar Yoonbin dengan tangan kanannya yang memegang ponselnya.

Tunggu, wajah cowok itu gak asing. Gue menyipitkan kedua mata sedetik kemudian gue membulatkan kedua mata sambil mengumpat diri gue sendiri di dalam hati, tepat saat dia mengalihkan pandangannya dari layar ponselnya gue pun masuk ke dalam kamar.

"anjir itu si nyamuk?"

Tapi bukannya si Yongbok tinggal di Australia, kenapa ada di sini? Dan bodohnya tadi gue senyum ke dia? Demi apa cowok yang dulunya buluk berubah jadi ganteng gitu?

Semoga aja Yongbok gak inget wajah gue, wajah cewek yang dulunya suka ledekin wajah buluknya dia, wajah cewek yang suka panggil dia dengan sebutan nyamuk karena wajah dia gak jauh beda dari seekor nyamuk.

Jadi malu sendiri lihat Yongbok yang dulunya buluk berubah ganteng gitu, lah gue masih kentang. Kenapa cowok kalau udah puber bikin cewek gak ngenalin?












if we were destined

if we were destined;yoonbinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang