Setelah kejadian itu gue jadi canggung di dekat Yoonbin, semalem itu untuk pertama kalinya Yoonbin bicara panjang lebih dari lima kata.
Dari tk sampai sekarang gue gak pernah denger Yoonbin bicara panjang, dia lebih sering menganggukan atau menggelengkan kepalanya dari pada menggunakan mulut dia. Aneh, tapi ada kemajuan buat dirinya.
"Yoonbin, papa mu udah berangkat dari pagi, terpaksa kalian naik bus. Ayo cepet sarapan nanti telat lohh!" ucap mama. Yoonbin jalan kearah pintu tanpa mempedulikan mama.
"Changbin udah berangkat, ma?" tanya gue. "katanya gak ada jam hari ini, mau mama bangunin buat nganter kamu?" gue langsung menggelengkan kepala, buru-buru gue minum susu yang udah di siapin mama dan langsung keluar dari rumah dengan tangan memegang dua roti.
"Yoonbin tunggu!" teriak gue yang ada di belakang Yoonbin.
Yoonbin membalikan tubuhnya menghadap gue, dia tersenyum miring. Yoonbin kembali berjalan, gue pun mengejar dia untuk mensejajarkan langkah kakinya.
Bugg
"aduh maaf, maaf." ucap orang yang baru aja menabrak gue. Ini baju berjalan atau apa? Gak kelihatan batang hidungnya, wajahnya ketutupan sama topi hoodie yang dia pakai.
Tanpa mempedulikan orang itu gue langsung lari ke pemberhentian bus, gak butuh waktu lama cuma memakan lima menit dari rumah. Sesampainya di pemberhentian bus gue melihat seorang cewek yang mengulurkan ponselnya ke Yoonbin, tapi gak di terima.
SUMPAH CEWEKNYA CAKEP BANGEEEEET CUYYYY!!
Boleh sombong gak sih, soal gue bisa satu rumah sama cowok yang menang award dalam kategori pria ganteng paling gagu dari lahir.
Wait.. T-tadi gue bilang Yoonbin ganteng?
"gak, gak!" gue menggelengkan kepala membuat Yoonbin menatap kearah gue dengan wajah datarnya, "apa?!" ketus gue.
Gak lama bus datang buru-buru gue naik, naik ke dalam bus harus berjuang karena dorong-dorongan untuk mendapatkan bangku kosong.
"Na—Loh Yoonbin?"
Mampus ketauan Yeji. Gue belum cerita ke dia tentang gue dan Yoonbin jadi saudara tiri.
Yoonbin cuma menatap wajah Yeji sekilas terus dia ke belakang mencari bangku kosong, sedangkan gue duduk di samping Yeji dekat jendela.
"gimana ngedatenya bareng doi? Sumpah ya ka Mark tambah ganteng aja dari Ca—"
"gue udah putus ehe," gue menatap keluar jendela bus dan menghelakan nafas. "cowok bukan cuma dia doang, ok?" Yeji mengusap punggung gue sambil tersenyum manis.
"sejak kapan Yoonbin tinggal di daerah sini?" tanya Yeji yang fokus dengan ponselnya.
"eh? Hm.. P-pindah kali ke daerah sini? Lagian gue kan gak deket sama dia, walaupun dari tk sampai sekarang?" jawab gue.
"gue baru tau kalau kalian dari tk udah kenal?" Yeji beralih menatap kearah gue dengan tatapan sinisnya. Sial, sebelumnya yang Yeji tau Yoonbin itu temen gue dari smp.
"ahh gue baru inget, k-kalo dia temen gue dari tk. Ya lo kan tau sendiri Yoonbin orangnya kaya gimana?"
Yeji menganggukan kepalanya mendengar ucapan gue, semoga aja dia percaya. Jujur, walaupun gue deket sama Yeji tapi gue gak selalu curhat ke dia. Ya gak semua masalah atau apa gue curhat ke dia, gak baik juga sih curhat ke orang lain.
Setelah dua puluh menit perjalanan akhirnya sampai di pemberhentian bus, gue sama Yeji langsung jalan ke sekolah dan posisinya kita ada di belakang Yoonbin.
Yoonbin gak mau sosialisasi sama sekitarnya apa ya, setiap hari sendirian terus?
"eh!" Yeji menepuk pundak gue membuat gue tersadar dari lamunan, "kenapa?" tanya gue.
"dari tadi gue ngomong gak lo dengarin? Lagian lo kenapa jadi merhatiin Yoonbin terus?" tiba-tiba Yeji senyum jail, "jangan bilang lo suka sama Yoonbin, hayo ngaku!"
"dih gila! Lagian gak bisa lah!"
"wah parah, dengan mudahnya lo ngelupain ka Mark? Salut!" Yeji menggelengkan kepalanya sambil menatap gue dengan gak percaya.
"apa sih Mark, Mark terus!" gue jalan mendahului Yeji. Sumpah gue kecewa banget sama Mark, line gue dari kemarin sama sekali gak di bales, jangankan di bales di lihat aja gak.
Harusnya gue sedikit lebih peka kalau Mark itu udah bosan dengan gue, lagian aneh aja cowok kaya Mark bisa suka sama cewek kaya gue? Mustahil.
Langkah kaki gue terhentikan saat sampai di koridor. Sial cowok kelas sebelah pada berdiri di depan kelasnya, dan parahnya salah satu cowok di sana ada yang pernah gue tembak. Walaupun gue di tolak sama dia.
"lah kenapa diem? Ah si kaparat? Ya udah sih, lo udah gak suka ini kan?" ucap Yeji yang ada di samping gue.
Ya bener, ngapain juga gue menghindar dari cowok itu? Gue jalan di belakang Yeji sambil mainin ponsel, biar aman aja dari pada lihat wajah cowok itu.
"kalau jalan jangan sambil main ponsel dong, nanti jatuh gimana?" Damn! Langkah kaki gue terhentikan dengan sendirinya, gue menatap ke orang yang baru aja bicara. Lagi, dengan mudahnya dia tersenyum kearah gue.
"Iya ni, soalnya kalau lihat wajah lo bawaannya mau ngatain." gue langsung jalan ke kelas yang udah deket.
Hal yang paling menjijikan dalam hidup gue adalah menembak cowok yang bernama Kim Sunwoo. Untungnya ada Mark yang nolongin gue, saat itupun gue sama Mark mulai dekat sampai gue menaruh hati ke dia dan mungkin karena itu Mark terpaksa atau kasian sama gue.
INI KENAPA MARK TERUS???
"na, cepet!" panggil Jeno saat gue baru masuk ke dalam kelas. Gue pun jalan menghampiri Jeno yang duduk di bangkunya, "kenap-Mina?"
Gue cuma bisa terdiam dengan mata yang membulat melihat foto Mark bersama Mina, foto itu di Cafe saat Mark mutusin gue dan pakaian Mark pun sama.
Yeji merebut ponsel Jeno melihat foto Mark yang bermesraan bersama Mina, "jadi karena ini dia mutusin lo?" tanya Yeji. Gue menarik tangan Yeji untuk duduk di bangku kita.
if we were destined
KAMU SEDANG MEMBACA
if we were destined;yoonbin
Fanfic❝𝘑𝘪𝘬𝘢 𝘪𝘵𝘶 𝘴𝘦𝘣𝘶𝘢𝘩 𝘵𝘢𝘬𝘥𝘪𝘳 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘥𝘪𝘢𝘵𝘶𝘳 𝘰𝘭𝘦𝘩 𝘛𝘶𝘩𝘢𝘯, 𝘬𝘪𝘵𝘢 𝘵𝘢𝘬 𝘣𝘪𝘴𝘢 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘶𝘣𝘢𝘩𝘯𝘺𝘢 𝘣𝘢𝘩𝘬𝘢𝘯 𝘱𝘦𝘳𝘵𝘦𝘮𝘶𝘢𝘯 𝘱𝘦𝘳𝘵𝘢𝘮𝘢 𝘬𝘪𝘵𝘢. 𝘑𝘪𝘬𝘢 𝘤𝘪𝘯𝘵𝘢 𝘬𝘪𝘵𝘢 𝘣𝘪𝘴𝘢 𝘮𝘦𝘮𝘣𝘶𝘢𝘵 𝘥𝘰�...