[15] sinting!

1.9K 555 34
                                    

Telapak tangan gue merasakan kehangatan. Gue berniat melepaskan genggaman Yoonbin, tapi dia bener-bener kuat banget genggam tangan gue. Kedua mata gue melirik wajah Yoonbin yang tertidur dengan poni rambutnya yang menutupi matanya.

"Yoonbin?" panggil gue membuat Yeji membalikan tubuhnya ke belakang, tangan gue yang kanan mencoba menyentuh kening dia. "aduh tolong dong yang kuat bawa Yoonbin ke uks!" ucap gue membuat sekelas menjadi sunyi.

Respon temen sekelas gue biasa aja, bahkan mereka gak bergerak atau mengubah posisi mereka. Entah hanya perasaan gue doang atau bukan, selama ini mereka gak menganggap Yoonbin ada. Mungkin karena Yoonbin yang terlalu cuek dan gak berbaur sama yang lain membuat semuanya masa bodo sama dia.

Gue pun mencoba membopong tubuh Yoonbin di bantu Yeji, perlahan-lahan gue membawa dia keluar dari kelas untuk ke ruang uks yang ada di lantai dasar. Saat di tangga tiba-tiba tangan Yoonbin yang kiri memegang pundak gue yang kanan membuat kita berpelukan, Yoonbin letakin kepalanya di pundak gue membuat wajahnya sembunyi dan hembusan nafasnya terasa banget di leher gue.

"Bin masih kuat jal— nyamuk!" panggil gue membuat Fellix yang lagi lari di koridor lantai dasar terhentikan. "bantu gue, tolong..."

"siapa?" tanya Fellix yang jalan menghampiri gue. "Yoonbin temen lo!" jawab gue membuat Fellix langsung kalang kabut jalannya.

Fellix gendong Yoonbin di punggungnya, dia langsung bawa Yoonbin ke ruang uks. Langkah kaki gue terhenti saat melihat Sunwoo yang berjalan di koridor lantai dasar sama Hyunjin, gue langsung balik ke kelas.

"Yoonbin pingsan!" teriak Fellix yang masih bisa gue denger suaranya.

Gak, gue gak kembali ke kelas. Dari tadi gue naik turun tangga sampai sepuluh kali, mungkin. Sumpah gue mau ke uks lihat Yoonbin, tapi pasti di sana ada Sunwoo.

Gue menghelakan nafas, langkah kaki gue langsung bergerak menuruni anak tangga. Sesampainya di depan ruang uks gue terdiam dengan menggigiti bibir gue yang bawah, kedua mata gue membulatkan saat tiba-tiba pintu ruang uks terbuka.

"baru gue mau ke kelas manggil lo. Yoonbin nyebut nama lo terus, sana masuk!" ucapnya. Gue tersenyum canggung, dengan cepat gue langsung masuk ke dalam ruang uks di ikuti Sunwoo dari belakang.

Gue melihat Yoonbin yang terbaring di ranjang uks dengan keningnya yang tertempel plester penurun panas. Kedua mata gue beralih menatap ke cowok yang lagi tiduran di ranjang sebelah Yoonbin dengan tangannya yang mengetik layar ponselnya, Hwang Hyunjin saudara kembarnya Yeji.

Tangan gue menyentuh tangan Yoonbin, masih panas walaupun gak sepanas sebelumnya. Gue berniat kembali ke kelas, tapi tangan gue langsung di tahan sama Yoonbin.

"mau kemana?" tanya Yoonbin.

"gue mau beli bubur," alibi gue agar bisa keluar dari ruang uks.

"Fellix lagi beli," sahut Hyunjin dengan kedua matanya yang masih menatap layar ponselnya.

"mereka di sini gak guna, kamu temenin aku..." ucap Yoonbin membuat gue menatap kedua pria itu, lebih tepatnya mau tau ekspresi wajah Sunwoo.

"bin, dia gak nyaman!" celetuk Sunwoo. "iya gak nyaman ada cowok brengsek di deketnya!" sahut Hyunjin.

"siapa cowok brengseknya?" tanya Sunwoo membuat gue meneriaki namanya di dalam hati.

"bukan siapa-siapa, dan bukan urusan lo!" jawab gue dengan ketus. "mending lo istirahat, gue mau ke kelas. Kalau nyamuk datang langsung—"

"bubur Ha Yoonbin dataaaang!" teriak Fellix yang baru masuk ke ruang uks dengan mengangkat plastik yang ada di tangan kanannya ke atas. Fellix mengantur nafasnya, kayanya dia lari beli buburnya.

if we were destined;yoonbinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang