Dari tadi perut gue bunyi terus karena tadi gak sempet sarapan di rumah, bukan gak sempet lebih tepatnya gue berangkat sebelum semuanya terbangun. Menghindar dari mama dan om Seungwoo.
Di kelas pun gue sendirian karena belum pada datang, gue berangkat ke sekolah gak bareng Yoonbin. Gue menatap jam dinding yang jarum pendeknya ke angka tujuh dan jarum panjangnya ke angka sembilan.
Gue memilih menidurkan kepala di atas meja dengan kedua telinga gue yang terpasang earphone tanpa memutar lagu, masih banyak waktu buat gue tidur sebelum bel masuk. Gue memejamkan mata, tapi berapa detik kemudian gue mengangkat kepala karena mendengar sebuah helaan nafas yang ngos-ngosan gitu.
Kening gue mengkerut melihat Jeno yang berjalan cepat kearah gue, tiba-tiba ibu jari tangan kirinya menyentuh ujung bibir gue dan tangan kanannya menangkup rahang gue membuat kedua mata gue membulat.
Perlahan-lahan Jeno membungkukan tubuhnya, dia deketin wajahnya dengan wajah gue membuat kita seperti orang yang lagi ciuman. Bukan, Jeno bukan cium bibir gue, bibirnya menempel di ibu jarinya sendiri.
Gue menatap wajah Jeno dengan matanya yang memejam. Berapa detik kemudian Jeno menjauhkan wajahnya dari gue, dia membalikan tubuhnya kemudian menatap gue dengan kedua ujung bibirnya yang tersenyum dan tangannya yang menggaruk leher belakangan.
Sedangkan gue hanya bisa menatapnya menunggu penjelasan dari dia. Tapi gue beralih menatap ke pintu kelas, lagi-lagi kedua mata gue membulat melihat sosok Yoonbin.
Yoonbin tersenyum miring kemudian masuk ke dalam kelas, dia menidurkan kepalanya di meja dengan beralaskan tasnya setelah berhasil duduk di samping kiri gue.
"maaf na, tadi ada Siyeon." ucap Jeno yang berdiri di samping kanan gue.
"ah? Oh," sahut gue dengan menundukkan kepala, sedetik pun gue mengangkat kepala dengan kedua mata gue yang membulat. "HAH? SIYEON?"
Jeno tersenyum dengan tangan kanannya mengusap kepala gue, setelah itu dia keluar kelas gitu aja. Brengsek, bisa-bisa gue di labrak lagi sama Siyeon.
Gue menghentakan kedua kaki dengan tangan gue yang memukul meja, gue memilih menidurkan kepala di atas meja. Kedua mata gue mengerjap menatap punggung Yoonbin, ini lebih berat bagi gue.
"bin..." gue menarik seragam Yoonbin masih dengan posisi sebelumnya, "tadi kan denger sendiri dari Jeno. Yoonbin marah, ng?"
Yoonbin mengangkat kepalanya menatap gue, perlahan-lahan dia dekatin wajahnya dengan wajah gue sama seperti yang di lakuin Jeno sebelumnya. Tapi bedanya Yoonbin beneran mencium bibir gue.
"maaf na, tadi ada Siyeon," Gue mengkerutkan kening melihat Yoonbin yang mengulang ucapan Jeno. "CIH! URUSANNYA APA SIYEON SAMA CIUMAAAAAAAN?!"
Gue membulatkan kedua mata mendengar Yoonbin yang teriak, untung aja belum ada yang dateng.
Yoonbin menekukan bibirnya ke bawah, kemudian kembali menidurkan kepalanya dengan posisi memunggungi gue. Berapa detik kemudian dia kembali mengangkat kepalanya menatap wajah gue dengan kedua kakinya yang menghentak ke lantai.
Tiba-tiba Yoonbin terbangun dari duduknya, "si Jeno mau ngajakin berantem atau gimana?" ucapnya dengan penuh emosi.
"bin... Yoonbin," Gue menahan tangannya saat Yoonbin mau berjalan. "Jeno tuh cium jarinya yang nempel di bibir aku."
"gimana ceritanya dia cium jarinya sendiri?" tanya Yoonbin dengan kedua matanya yang membulat.
Gue terbangun dari duduk, kemudian berdiri di depan Yoonbin. Ibu jari gue menyentuh ujung bibir dia, kedua kaki gue menjijit dan perlahan-lahan gue majuin wajah sampai bibir gue menempel di ibu jari gue yang menyentuh ujung bibir Yoonbin. Mengulang apa yang Jeno lakukan sebelumnya.
"udah paham?" tanya gue setelah menjauhkan jarak wajah gue dan Yoonbin. Gue kembali duduk sambil menggelengkan kepala dengan kedua ujung bibir gue tersenyum.
Yoonbin kembali duduk tapi raut wajahnya masih ngegemesin banget buat gue, gimana gak gemesin Yoonbin menekukan bibirnya ke bawah gitu. Tangan gue mencubit kedua pipi Yoonbin membuatnya meringis kesakitan.
"ke kantin yuk aku laper..."
"gak mauuuuu, suruh siapa gak bareng berangkatnya?" Yoonbin menyenderkan tubuhnya di bangkunya dengan melipatkan kedua tangannya di atas dada. "lagian udah sarapan tadi di rumah," Yoonbin menjulurkan lidahnya memuat gue mencibirnya.
Gue terbangun dari duduk kemudian segera berjalan kearah pintu kelas, gue membalikan tubuh menatap Yoonbin saat berdiri di pintu kelas. Cowok itu hanya bisa mengangkat kedua pundaknya dan bersikap gak peduli.
Gue menjulurkan jari tengah, setelah itu gue langsung keluar dari kelas buat turun ke kantin beli makanan. Yoonbin brengsek.
Tapi waktu gue berjalan berapa langkah tiba-tiba muncul sosok Kim Sunwoo membuat gue menghentikan langkah kaki. Please ini masih pukul delapan pagi kenapa udah ada yang dateng ke sekolah? Gue kira cuma gue doang yang baru dateng.
Kalau kaya Jeno yang udah dateng gak heran, soalnya rumah dia bener-bener jauh banget. Lah ini Sunwoo? Dari sebelumnya yang gue tau dia itu selalu telat datengnya.
"mau kemana?" tanya Sunwoo saat gue berjalan melewatinya, membuat langkah kaki gue terhentikan juga.
"ke kantin beli makanan," jawab gue. "kenapa?"
"ya udah bareng, kebetulan gue juga mau ke kantin." ucap Sunwoo membuat gue mengumpati dirinya di dalam hati. Sunwoo berjalan menghampiri gue, dia mengangkat alisnya sebelah melihat gue yang hanya terdiam. "gak mau makan bareng lagi, kaya dulu?"
"gak usah di inget deh," gue tersenyum kemudian berjalan mendahului Sunwoo. Dengan cepat dia mensejajarkan langkah kakinya dengan gue membuat kita berjalan berdampingan.
"masih marahkah sama gue?"
"YA LO PIKIR AJA NJIR?"
Ok, gue udah gak bisa menahan emosi lagi.
Gue menghelakan nafas kemudian berjalan dengan cepat. Saat di tangga tiba-tiba Sunwoo memegang tangan gue, dia menuruni satu anak tangga menyamai posisi berdiri gue. Sunwoo menatap wajah gue membuat jantung gue goyang dumang di tatapnya.
Satu hal yang membuat diri gue lemah dan bodoh, di tatap cowok.
"sorry," Sunwoo menggigit bibir bawahnya sebelum melanjutkan ucapannya. "gue pinjem uang dong dompet gue ketinggalan, males ke kelas."
Entah kenapa sebuah kepingan memori muncul di pikiran gue. Kalimat dan cara pengungkapannya sama percis seperti waktu itu.
"gak mau! Lagian lemah banget tinggal balik ke kelas aja," gue melepaskan genggaman Sunwoo kemudian kembali menuruni anak tangga.
Gue tersenyum kemenangan dan membanggakan diri gue sendiri di dalam hati karena gak mengulang kejadian sebelumnya.
"ya elah gue gak selemah itu kali," ucap Sunwoo yang berjalan di belakang gue. "bawa kok, gue bawa dompet. Gue bayarin deh yang lo makan di kantin!"
Gue menghentikan langkah kaki kemudian membalikan tubuh dengan tersenyum kearah Sunwoo, tangan gue mengulur mengisyaratkan agar cowok itu segera berjalan di samping gue. Kedua telinga gue dapat mendengar Sunwoo yang mencibir.
"yang gratis aja gercep," celetuk Sunwoo dengan tangannya yang mengusap kepala gue.
"ngaca om, lo juga suka yang gratis!" sahut gue sambil mendorong tubuhnya ke samping.
Kenapa gue jadi sama Sunwoo? Brengsek, gue merasakan nyaman lagi. Ya Tuhan kuatkan hatiku dengan manusia satu itu.
if we were destined
KAMU SEDANG MEMBACA
if we were destined;yoonbin
Fanfiction❝𝘑𝘪𝘬𝘢 𝘪𝘵𝘶 𝘴𝘦𝘣𝘶𝘢𝘩 𝘵𝘢𝘬𝘥𝘪𝘳 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘥𝘪𝘢𝘵𝘶𝘳 𝘰𝘭𝘦𝘩 𝘛𝘶𝘩𝘢𝘯, 𝘬𝘪𝘵𝘢 𝘵𝘢𝘬 𝘣𝘪𝘴𝘢 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘶𝘣𝘢𝘩𝘯𝘺𝘢 𝘣𝘢𝘩𝘬𝘢𝘯 𝘱𝘦𝘳𝘵𝘦𝘮𝘶𝘢𝘯 𝘱𝘦𝘳𝘵𝘢𝘮𝘢 𝘬𝘪𝘵𝘢. 𝘑𝘪𝘬𝘢 𝘤𝘪𝘯𝘵𝘢 𝘬𝘪𝘵𝘢 𝘣𝘪𝘴𝘢 𝘮𝘦𝘮𝘣𝘶𝘢𝘵 𝘥𝘰�...