[21] permainannya

1.5K 498 119
                                    

Kedua mata gue mengerjap, tangan gue mengambil ponsel yang ada di atas keyboard laptop. Sial terbangun di jam dua belas lewat dua belas malam.

Masih ngantuk tapi perut laper banget, habis pulang sekolah gue langsung tiduran padahal niatnya cuma pejamin mata doang tapi keterusan. Terpaksa gue turun ke dapur buat masak mi, saat gue menuruni anak tangga kedua mata gue menangkap Changbin yang lagi berdiri di dekat kompor masak sesuatu.

"belum tidur?" tanya gue yang lagi ngintip Changbin masak, ternyata masak mi. "mau dong..." gue memilih duduk dengan kepala gue yang menidur di atas meja makan.

"Yoonbin tidur di kamar lo?" tanya Changbin. "enggak," jawab gue.

"lah dia belum pulang?"

Gue mengangkat kepala menatap punggung Changbin, "maksudnya?"

"selama gue ngerjain tugas, belum denger dia pulang. Apa nginep di rumah temennya?"

"mungkin," gue menghelakan nafas kemudian kembali menidurkan kepala di atas meja makan.

Berapa menit kemudian mi matang, Changbin letakin panci yang isinya mi di hadapan gue, gak lupa dia ambil nasi dari rice cooker buat gue dan dia. Gue mengambil sebutir nasi dengan sumplit kemudian mengarahkan ujung sumplitnya ke mulut.

Changbin menghelakan nafas membuat gue menatap kearahnya, "udah tau papanya sama mama nikah, kenapa kalian jadi saling suka? Move on dari Mark boleh, tapi kan cowok banyak. Masa sama saudara lo sendiri?"

Gue cuma bisa terdiam tanpa membalas ucapan Changbin, gue berjalan ke kulkas mengambil minuman kaleng kemudian kembali duduk lagi. Entah kenapa gue jadi teringat ucapan Yoonbin yang di dalam ruang uks, belum lagi dia bilang kalau gue gampangan dan bodoh.

"lo juga marah?" tanya gue dengan tangan yang mengaduk-aduk mi, jadi malas buat makan. "kecewa," jawab Changbin dengan mulutnya yang penuh dengan mi.

"lagian kemarin udah tau di rumah, berani-beraninya kalian mesra-mesraan? Lo sama dia otaknya cetek atau gimana?" tanya Changbin membuat gue tertohok. "mending lo sama temen kampus gue aja, Yohan."

"Yohan? Yang baru pindah di samping, bukan?" tanya gue mengingat cowok itu yang tadi pulang bareng Changbin.

Changbin menganggukan kepala sambil menyuap mi, "oh iya..." Changbin minum sebelum melanjutkan ucapannya. "dia minta id line lo, kasih gak?"

"dia siapa?"

"Yohan, gimana boleh gak?"

"kasih aja," gue berjalan kearah tangga kembali ke kamar mau tidur lagi.

Sesampainya di kamar gue merebahkan tubuh di kasur, tapi rasanya kedua mata gue sulit banget untuk memejam. Gue mengubah posisi menjadi duduk agak bersandar dengan di tompang satu bantal di belakang punggung, gue memilih memainkan ponsel di kamar yang gelap.

Ibu jari gue menyentuh sisi kiri layar ponsel kemudian bergerak ke sisi kanan berulang-ulang hanya di menu ponsel, tapi pikiran gue berlawanan memikirkan hal lain. Gue memilih beranjak dari kasur, kedua kaki gue melangkah ke balkon kamar.

Kepala gue mendongak ke atas membuat kedua mata gue menatap bintang-bintang yang bertebaran di langit. Hembusan angin malam yang dingin membuat gue mengingat hari itu, dimana gue bersama Yoonbin berduaan di saat listrik padam.

Bahkan pikiran gue saat ini membayangkan Yoonbin yang back hug gue dengan kedua tangannya yang melingkar di pinggang gue, kepalanya yang ada di pundak gue dan bagian area leher gue merasakan hembusan nafasnya. Kedua ujung bibir gue membentuk senyuman memikirkan hal tersebut, ternyata perlakuan manisnya selama ini hanya sekedar candaan.

if we were destined;yoonbinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang