Kehidupan Aru dan Dipa baik-baik saja, proses belajar mereka di lingkungan baru sama baiknya. Hubungan antara Dipa dan keluarga Jaya juga semakin baik.
Tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Semua berjalan lancar sampai Aru bertemu dengan mahasiswi cantik bernama Mega Restu Pradana. Mereka teman satu kelas, Dipa juga mengenalnya. Tapi hanya Aru yang mulai membentuk rasa untuk Mega.
Aru terjerat oleh pesona Mega. Tenggelam oleh mata sayu Mega yang memikat.
Mulai mendekati gadis manis berambut hitam panjang itu dengan lembut. Tidak terburu-buru, halus, pendekatan cerdas ala Aru.
Dipa ingat, saat pertama kali mereka bertiga makan bersama di kantin fakultas. Tentu saja atas ajakan Aru.
Aru tampak salah tingkah. Dia bergerak kikuk, kaki panjangnya sesekali terbentur bawah meja, dan Mega juga harus berkali-kali kaget olehnya.
"Kalian makan berdua ya, aku kenyang. Aku tunggu di depan ya, Ru," ucap Dipa, tiba-tiba dia bangkit dari duduk, dan berjalan ke arah pintu keluar kantin. Tangannya melambai santai, saat Aru berteriak. "Jangan jauh-jauh Dip!"
Dipa tahu Mega juga memiliki rasa yang sama seperti Aru. Karena sejak mereka bertiga duduk di kantin, Mega juga terus bergerak gelisah. Sesekali dia melirik ke arah Dipa. Mungkin berharap Dipa paham kodenya, dan tanpa diminta membiarkan Aru dan dirinya menghabiskan waktu berdua saja.
Sepertinya kode Mega terbaca oleh Dipa. Walau awalnya dia ragu bisa memisahkan dua saudara yang terkenal di seluruh penjuru kampus karena kedekatannya tersebut. Siapa yang tidak tahu si cerdas Aru dan si tampan Dipa, yang kemana-mana harus berdua. Bahkan ke toilet sekali pun.
Ternyata bukan hanya Mega yang sempat ragu. Dipa pun sama. Awalnya dia tidak yakin jika harus menjauh dari Aru, tapi dia sadar, mereka tidak bisa selamanya seperti ini.
Masing-masing dari mereka pasti akan sampai di tahap ini. Pasti akan datang juga di hidup Dipa, seorang gadis cantik yang akan membuatnya lupa jika dia membutuhkan Aru untuk tetap hidup. Gadis cantik, kurus, dengan tinggi semampai, juga rambut hitam pendek yang terus menggodanya untuk meninggalkan Aru demi berduaan dengannya.
Andai gadis itu benar-benar datang di kehidupan Dipa. Apa yang harus dia lakukan?
Jadi, di malam harinya, saat burung hantu yang menetap di pohon dengan dahan besar di belakang rumahnya kembali mengeluarkan suara seram yang menyebalkan. Dipa berinisiatif untuk mengajak Aru bicara serius berdua.
"Aru sepertinya kita harus bicara serius sekarang."
"Hmm ...?"
Aru yang semula hanya bermain ponsel mulai membenahi duduknya. Menghadap ke arah Dipa yang duduk di balik meja belajar mereka. Nada bicara Dipa serius, begitu pula raut mukanya. Aru yakin, kali ini pasti benar-benar pembicaraan yang penting.
"Ini soal Mega?" Aru mendahului.
"Bukan, ini soal kita."
Hal seperti ini tidak bisa dianggap remeh. Tanpa berpikir panjang bagaimana ke depannya nanti, bagaimana jalinan yang mulai terikat kuat, padahal ada penjara yang mengekang mereka. Dipa rasa bukan keputusan yang bijak.
Aru saja yang baru sebulan dekat dengan Mega, sudah seperti orang kasmaran, kemana-mana membawa ponselnya. Belum lagi foto besar Mega yang dia jadikan wallpaper, ah ... menggelikan sekali.
Bagaimana kalau mereka sudah official nanti?
Dipa tidak sanggup membayangkan jika dia harus mengikuti kemana pun mereka pergi, apalagi saat mereka berkencan.
"Mari kita coba sesuatu yang belum pernah kita coba sebelumnya, Ru!"
Percobaan ini memang baru muncul di otak Dipa saat ada Mega di antara mereka. Namun, Dipa juga tidak mau gegabah. Dia sudah memikirkan risiko terburuk ketika mereka akan benar-benar mencobanya.
Dipa tidak tahu hingga berapa lama hubungan ajaib di antara mereka akan bertahan. Bisa sebentar, atau malah untuk selamanya. Jika seperti ini terus, Dipa tidak bisa membayangkan bagaimana kehidupan percintaan mereka di masa depan. Jadi, berbekal sebuah ide sederhana, dan sedikit antisipasi kecil, Dipa beranikan diri untuk membujuk Aru melakukan percobaan tersebut.
"Aku tidak akan melakukannya, itu bahaya Dip."
Seketika hilang sudah semua bayangan indah mengenai Mega di otak Aru. Tertutup bayang-bayang mengerikan saat bibir tipis bergetar Dipa memintanya untuk sedikit demi sedikit memperlebar jarak mereka.
Aru tidak habis pikir. Setelah lebih dari dua tahun tidak sedikit pun mereka membicarakan keanehan ini, kenapa harus sekarang? Apa karena Mega?
Jika benar, Aru ... bingung.
Di satu sisi, dia menikmati sensasi menggelitik aneh saat Mega muncul di kehidupannya. Namun, di sisi yang lain dia tidak akan pernah bisa jika harus berjauhan dengan Dipa. Tidak pernah sekali pun terlintas dalam benaknya.
Bahkan jika Aru harus kencan bertiga dengan Dipa sekalipun.
Aru akhir-akhir ini mulai memikirkan cara yang bisa dia terapkan. Dia bisa menikmati waktu berdua dengan Mega tapi dengan Dipa yang tetap di dekat mereka. Tanpa memikirkan bagaimana perasaan Dipa.
Haruskah Aru mengiyakan permintaan Dipa?
"Kita coba pelan -pelan, sedikit demi sedikit, aku janji kita berdua enggak akan kenapa-napa."
Dipa kembali coba meyakinkan Aru.
Kekhawatiran Aru memang ada benarnya, selama ini bahkan mereka tidak pernah berjauhan, tidak lebih dari 10 meter mungkin.
"Kita coba sekarang hmm?"
Dipa coba, sekali lagi.
"Berapa jauh?"
Senyum Dipa mengembang, sepertinya dia berhasil meyakinkan Aru.
"Kamu di rumah, dan aku akan ke minimarket di depan rumah."
"Tidak itu terlalu jauh Dip, halaman belakang, aku di ruang tamu dan kamu ke halaman belakang."
"Ok. Jika berhasil, dan kita baik-baik saja. Kita perjauh jaraknya."
"Ok, tapi ...."
"Jangan terlalu banyak tapi, Ru, pikirkan saja Mega! Kita pasti bisa melakukannya."
Hampir saja Aru meledak marah, jika tidak mengingat bagaimana watak Dipa yang luar biasa menyebalkan.
Dipa kira pemikiran Aru akan sedangkal itu, hanya karena seorang wanita Aru rela membahayakan nyawa mereka berdua. Dasar gila.
Aru merasa memang inilah saatnya mereka mencari tahu sesuatu tentang misteri yang terjadi di antara mereka. Jika sulit untuk mencari tahu sumber atau alasan kenapa mereka harus terjebak dalam situasi seperti sekarang. Mungkin mereka bisa mendapatkan informasi lain, seperti seberapa jauh jarak aman mereka bersama.
"Ini enggak ada hubungannya sama Mega, Dip! Aku mau melakukannya asal ada orang yang mendampingi kita."
"Boleh, aku bakal ngajak Angga, dan kamu! Pastikan ada Pak Yanto di sampingmu!"
Dipa putuskan untuk mengajak Angga, tukang kebun mereka. Angga terpilih bukan tanpa alasan, badannya yang kekar dipastikan bisa mengangkat tubuh kurus Dipa jika sesuatu yang buruk terjadi.
Malam itu juga, mereka berdua bergerak cepat, menuju pondok belakang rumah untuk membangunkan Angga, juga Pak Yanto.
20.04.19 (tanggal selesai edit)
Habi 🐘
KAMU SEDANG MEMBACA
CHEMISE (Complete)
Historia Corta"Bangunlah Andaru Jaya! Aku sudah di sini sekarang." "Si ... siapa kamu?" "Dipa, Dipa Estu Jatmika, kamu butuh otakku, dan aku membutuhkan detak jantungmu. Kita saling membutuhkan sekarang." A big love to @ramviari for create this beautiful cover 😍...