#5

5.2K 406 23
                                    


"Malam-malam gini kalian minta ijin nikah, bukannya nggak setuju Pandu, Kia, tapi nikah itu bukan main-main,  sekali seumur hidup," ujar Bu Mia menatap wajah Kia yang terlihat bingung dan Pandu yang seperti biasa,  datar,  tenang dan damai.

"Begini maksudnya Pandu,  intinya om dan tante setuju,  tapi apakah kalian sudah benar-benar yakin akan melangkah ke jenjang itu, beda usia kalian cukup jauh, 8 tahun, nggak masalah sebenarnya yang penting kalian saling memahami," ujar papa Kia berusaha menengahi kepanikan istrinya.

"Justru karena saya yakin om,  makanya saya ngajak Kia menikah dan minta ijin pada om dan tante untuk menikahi Kiara, sejak saya mulai bisa tersenyum,  saya sadar bahwa Kia yang bisa mengembalikan hidup saya menjadi kembali berwarna," Pandu menoleh pada Kia dan Kia mengangguk ragu.

"Gimana kamu sayang?" tanya mama Kia kawatir.

"Kia mau mama,  Kia mau nikah sama kak Pandu, Kia lelah juga pacaran tapiii diputusin mulu," mata Kia terlihat berair.

"Loh siapa yang berani-beraninya nyampakin anak cantik mama,  kamu kok nggak pernah cerita sama mama," suara Bu Mia terdengar meninggi.

"Ngapain juga cerita ke mama,  kan cuman pacaran," suara Kia terdengar memelas.

"Ya nggak gitu Kia, kamu kurang apa,  cantik,  pintar, heran deh apa yang bikin mereka mutusin kamu?" tanya Bu Mia penasaran.

"Kiaaa.. Kiaaa nggak mau dicium sama digrepe-grepein," suara Kia terdengar semakin lirih.

"Bagus,  anak papa mesti tahu mana yang pantas sama yang nggak, mending nggak usah pacaran nak dari pada kamu dirusak seperti itu, biarlah dikatakan kuno, jomblo atau apalah" suara papa Kia terdengar lembut.

"Makanya pa,  Kia akhirnya setuju nikah sama kak Pandu emmm yaaa biar nggak dosa juga kalo digrepe-grepein kan sudah sah kalau jadi istrinya," papa dan mama Kia hampir saja tertawa mendengar kata-kata anaknya. Pandu hanya menunduk dan menahan senyumnya. Bu Mia menatap Pandu dengan wajah kaget.

"Eeeh iya beneran,  si Pandu bisa senyum juga akhirnya meski dikit," ujar mama Kia pelan. Dan kembali menemukan wajah datar Pandu.

"Ok gini, besok atau ntar lagi Pandu nelpon ke mama yah,  biar nanti gimana-gimananya kami yang berembuk," ujar Bu Mia akhirnya memutuskan.

Pandu pamit pulang dan diantar Kia sampai teras. Pandu menatap Kiara yang masih terlihat bingung. Mengusap bahu Kia perlahan.

"Kamu ragu? kakak akan selalu bersamamu Kia, kita akan selalu mengatasi apapun yang kita alami bersama, kamu percaya kan,  kalau kakak tidak akan pernah membiarkan kamu sendiri?" ujar Pandu dan Kia mengangguk menatap wajah tampan tanpa senyum di depannya.

"Kakak pulang dulu Kia,  besok kakak antar ke kampus ya,  mumpung besok kakak gak gitu sibuk, mau ya?" pinta Pandu. Dan lagi-lagi Kia mengangguk.

***

Jam istirahat kantor, Pandu segera menjemput Kiara ke kampusnya. Saat memarkirkan mobil di depan gerbang kampus Kia, ia melihat dari jauh Kia berusaha melepaskan tangannya dari genggaman seorang cowok seumuran Kia.

Pandu berjalan tenang mendekati mereka. Terlihat si cowok memelas dan masih menggenggam lengan Kiara, sementara Kia menatap dengan penuh kebencian.

"Maaf, tolong lepaskan tangan anda dari lengan calon istri saya," suara berat mengagetkan keduanya dan seketika Kia merapatkan badannya di belakang Pandu.

"Terima kasih, enam bulan lagi anda akan kami undang ke pernikahan kami," Pandu menggenggam tangan Kia dan melangkah menuju mobilnya. Meninggalkan Felix yang menatap Kiara dengan pandangan penuh tanya.

RAINY DAYS AND YOU Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang