ADA 1

215 14 2
                                    

Akhirnya aku memberanikan diri menulis ini dengan perasaan yang sunyi. Kisah yang akhirnya membuatku menutup diri dan menjauhkan diri dari pembahasan perihal perasaan. Tentang cinta, tentang rindu, tentang kekecewaan, tentang kepercayaan yang akhirnya membungkamku dengan kehilangan. Aku membenci jika harus membahas soal pertemuan erat yang dibumbui oleh perpisahan yang lenyap. Disana lahir banyak bahagia bercampur aduk bersama kekecewaan yang ditikam.

Aku Adira, mereka memanggilku Dira pemilik perasaan emosional terbaik dan pemilik sunyi dengan kebahagiaan seutuhnya. Aku menatap langit indah yang nampak sunyi. Tidak ada yang berharga di sana, Nampak sama dan tidak menarik. seperti perasaan yang tidak perlu menjadi alasan utama kenapa seseorang harus berduka atas kehidupan yang telah tuhan beri.

Kehidupan manusia dimulai dari satu biji yang ditanamkan. Dibesarkan oleh dua tangan yang keras, dengan belas kasih yang lembut, dinanti oleh kebahagiaan yang utuh dan di pertemukan oleh perpisahan ranting dan dedaunan yang akhirnya gugur.

Ini perjalanan pertamaku, memilih kehidupan dengan keberanian yang mustahil, dengan kebiasaan baru yang akan sulit aku hadapi. Dari sekian banyak pilihan yang baik, aku memilih memisahkan diri dari semesta yang curang. Aku tidak mengerti bagaimana kehidupan seperti ini bisa hadir dengan bahasa yang baik dan lugu.

Wajahku memerah ketika di tatap begitu intim dan lekat. Aku sudah lama bersembunyi dalam ruangku sendiri dengan kebahagiaan yang sering kali tak sengaja ku bagi. Aku gadis periang dengan senyum yang tidak akan habis oleh waktu yang menyiksa. Ah sungguh, aku tidak bermaksud membuat diriku seperti amnesia pada perasaan sendiri.

Alsyar laki-laki yang akhirnya berhasil membuat pandanganku teralih, Dingin dan misterius. Pusat pembicaraan yang merombak banyak isi kepala, salah satu lelaki kebanggaan Medika Sastra, usianya satu tahun lebih tua dariku, bahkan dia tidak berada di satu atap belajar denganku tapi ntah dengan cara apa namanya justru tidak asing bagi teman-teman sekolahku. Untuk pertama kalinya dia terlihat jelas di depanku dengan senyum tipis yang menghiasi wajahnya yang tegas. dia menatapku ringan seakan menyapa dengan kabar bahagia. Senyumnya mengusik jantungku yang tenang. Aliran darah dalam tubuhku seakan memacu tanpa ampun. Ah ya ingin sekali aku menyembunyikan diri dari riuh yang tidak ada dalam daftar harianku.

"Kalian pesan saja" ucap alsyar terdengar jelas dengan keberadaanku di seberang bangku kantin.

Dia begitu mengagumkan, ketika gerak tubuhnya tidak menunjukkan sesuatu yang angkuh dan dingin seperti kicau yang terdengar. Kabar baiknya dia adalah salah satu list manusia yang berada di daftar pengisi acara tahunan sekolah.

"Diraaa.. Adira... hei liatin apaan sih?" teriak elvina yang sedikit menggema di telingaku

Elvina, ntah sejak kapan aku bersahabat baik dengannya. Aku manusia beruntung bisa bertemu dengannya, bercerita banyak hal dan melibatkan dia dalam setiap langkah yang aku pilih. Dia pendengar yang baik dengan segudang saran yang kupikir tidak salah untuk dicoba. kacamata yang tak terlepas dari wajahnya dengan rambut setengah terikat. dia satu-satunya orang yang dengan senang hati mau menerimaku, mau menuruti segala bentuk keinginan dan cerita imajinasiku yang tinggi dan sering kali berakhir jatuh. Tapi dia selalu setia mengulurkan tangannya dan membuatku mencoba lagi.

"eh, iya el. Ada apa?"

"astaga.. kamu liatin apa sih sampe segitunya"

"ngak.. ngak.. gakpapa.. udah yuk" ajakku untuk segera menghabiskan makanan yang tadinya kami santap santai.

Bukan tanpa alasan aku mengajak elvina untuk kembali ke kelas. Aku hanya gugup saat tatapan yang kosong terbalas olehnya dengan heran. Ah memalukan !

***

Jam sekolah telah usai sekitar jam 14.00 wib. Seperti biasa aku lebih senang berjalan kaki karena jarak sekolah dan tempat tinggalku tidak cukup jauh. Cuaca cukup terik siang ini, aku hanya mempercepat langkah untuk melewati asap debu yang semakin menjadi setiap harinya karena kendaraan yang semakin padat. Aku tidak mengerti kenapa di tanah airku semua penduduk buminya berebut memiliki kendaraan berasap dan bising. Pejalan kaki seakan tidak memiliki ruang untuk berpijak dengan selamat.

"bang, es kelapanya satu gak pakek gula, gak pakek susu ya. Air kelapa sama es aja" pesanku seraya duduk dikursi kecil yang memang disediakan untuk pembeli.

"tumben sendirian neng. Temannya kemana?" tanya bang totok

"iya bang, dia lagi ada rapat katanya"

"ini neng es kelapanya gak pakek gula, gak pakek susu, spesial untuk neng yang lagi haus karena kepanasan" ucapnya seraya tertawa dan aku juga.

Oya es kelapa di bang totok ini cukup murah Cuma lima ribu, porsi penuh, dan tentu air kelapa asli. kalau di tempat lain harganya sekitar delapan ribu. Bang totok memang penjual es kelapa langgananku dan elvina. Selain es kelapanya yang murah, orangnya juga sangat menyenagkan.

***

Langsung saja kurebahkan tubuhku di kasur kesayanganku. Menyalakan kipas angin yang cukup kencang. Terik matahari benar-benar membuat lelahku menjadi dua kali lipat.

"Senyumnya benar-benar candu" sial, membayangkannya saja sufah membuatku tersipu malu.

Astaga dira, pikiran macam apa ini. Dia hanya menatapmu sekali dan kamu mengingatnya sampai saat ini, tidak sopan.

Malam rasanya sunyi, apa setelah panas kali ini mendung? Tidak ada bintang satupun ataupun bulan yang sering sendirian.

Drrrrrt... drrrtttt.... Elvina

"Haloo dira, udah tidur?"

"klo aku tidur, jangan-jangan hantu yang mengangkat telfonmu"

"Diraaaaaaaa" teriaknya cukup kesal.
"oya dir, Tadi pas rapat buat acara sekolah ternyata kita kekurangan anggota di bagian perlengkapan gitu"

"terusss?"

"ya, kamu mau ya jadi panitia, Itung-itung bantu sahabatmu ini"

"ngak ah, harusnya kamu tau aku tidak berbakat dalam hal ini" jawabku ketus

"ayolah, untukku.."

Akhinya aku mengiyakan rayuan elvina berkat rengekannya seperti meminta uang jajan kepada ibunya. Sebenarnya aku kurang suka dengan kesibukan semacam itu. Aku lebih menyukai keheningan dengan musik yang akan mengusik kegelisahanku. Jika saja aku bisa kabur dari dunia yang berisik ini, aku akan melakukannya sejak lama.

***

Hari ini kamu menatapku tanpa sengaja
kau berhasil mengusik isi kepalaku.
seperti rumus matematika

Tulisku di dinding story intagram.

------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

NOTE:

Bahasa, Alur Cerita, dan Bagian bisa berkali-kali diperbarui.
maaf karena masih baru belajar. mohon kritik dan sarannya.
terimakasih teman-teman

Awal Dari Akhir Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang