ADA 10

14 2 2
                                    

Matahari kembali menyorot kedua mataku yang lelah. Mataku terbuka pelan menyesuaikan cahaya yang tidak menerima penolakan dariku yang masih ingin terpejam.

"diraa ayo bangun. Hari ini ada acarakan? Nanti telat nak" ucap bibi yang gemas melihatku tak kunjung bangkit.

"lima menit lagi bik. Adira masih ngantuk" ucapku malas

Bibi hanya terus membuka jendela kamar yang tadinya tertutup rapat. Sepertinya bibi benar-benar tidak ingin aku menikmati hidup dengan damai.

"jam berapa sih bik?" tanyaku malas seraya neregagangkan setiap inci badan yang terasa sangat lelah.

Aku menatap jam dinding yang terpampang tepat di depan tempat tidur.

"sial jam 06.15 wib" gumamku

Aku loncat tanpa aba-aba dari tempat tidur yang membuat bibi nampak sedikit terkejut.

"makanya kalau dibangunin tuh jangan lima menit limat menit" teriak bibikku penuh kemenangan.

Aku menghemat waktu mandiku. Memakai seragam, menyisir rambut seadanya, bedak tabur di wajahku dan sedikit lipbalm di bibirku. Aku rasa ini sudah cukup, ini hanya acara tahunan bukan pesta pernikahan.

Pagi ini hanya ada bazar, mulai dari makanan, pernak pernik sampai kerajinan dari tiap siswa siswi yang berpartisipasi. Puncaknya nanti malam di konser musik sekolah tentu dengan bintang tamu yang sudah kalian ketahui sebelumnya. Ah ya sebenarnya aku tidak ingin datang, manusia yang tidak menyukai kebisingan sepertiku mungkin akan sangat kesal berada diantara teriakan. Sekelompok Gadis-gadis yang mulai menata penampilannya hingga teriakan yang berlomba agar terpikat dengan dirinya secara terang-terangan.

***

Hari ini siswa siswi diperbolehkan datang dengan bebas. Tanpa perlu berlari mengejar gerbang sekolah dan membuat mereka berakhir dilapangan.

"Ra jangan lupa hari ini ada check sound sekaligus gladi bersih. Alsyar kemungkinan datang agak siang" ucap indra selaku ketua panitia.

Yah, hari ini aku akan bertemu lagi dengannya. Sungguh aku hanya tidak enak hati mengingat kejadian diatas jembatan layang. Secara terang-terangan dia menawarkan kedekatan, ah ya mengingat itu rasanya otak dan hati mendadak bimbang berdiskusi secara berlawanan..

Oya, kemana elvina. Apa dia tertelan keramaian sampai batang hidungnya saja tidak terlihat. Harusnya dia bertanggung jawab atas kesibukanku.

"el... " panggilku mendekat pada siswi yang sedang tertawa bersama siswi lain.

"ehh ya adira. Akhirnya kamu dateng. Ada apa?" tanyanya seperti tidak memiliki dosa kepadaku.

"siang ini bisa temenin aku di aula?" mintaku

"ngapain? Kan aula udah selesai"

"nungguin alsyar check sound sama gladi bersih" ucapku

"bolehlah klo aku gak sibuk" jawabnya saraya mengedipkan mata.

Sial, dia seperti mengejek perasaanku dengan hina. Aku memutar bola mataku malas, pagiku harus berjalan baik tekadku dalam hati.

"kamu dimana?" send

Aku belum menemukan sosoknya sejauh ini. Mustahil jika ia tidak datang, dia sangat menyukai keramaian seperti ini bahkan sangat menikmatinya. Mataku terus menelusuri setiap inci letak yang sedang berlangsung. Percayalah di situasi seperti ini biasanya dia akan membawaku lari dari keramaian.

Awal Dari Akhir Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang