ADA 2

114 11 2
                                    

Selir waktu terus meradang memenuhi hariku yang tentram. Hari ini sepertinya aku akan sangat sibuk, benar-benar sibuk. Kenapa aku harus menyetujui permintaan elvina terlibat di acara yang akan membuatku sangat bosan? Waktuku akan tersita banyak dengan serangkaian rapat yang harus aku hadiri. Terpaksa mengalah aku menyingkirkan buku yang selalu lebih berhasil mencuri perhatianku.

"pagi panitia kesayanganku" sapa elvina dengan senyum paling menjengkelkan.

"Hentikan, kamu terlihat seram" jawabku tanpa senyuman.

"aelah masih pagi juga dir. Udah kusut aja tu muka"

"bodo amaaat" jawabku memutar bola mata malas.

Sebenarnya aku tidak begitu menyesali menyetujui permintaan elvina. Hanya saja memang aku tidak menyukai pekerjaan yang monoton dan menuntut. Aku lebih senang melakukan sesuatu yang membuatku berfikir bebas.

"Diraaaaaa" teriak seseorang yang sudah menggema ditelingaku.

Betul saja dia, Alendra anak kelas sebelah yang setiap hari hanya berteriak memanggil namaku. Bahkan seisi kelas sudah tidak heran dengan kebiasaannya itu. Sering kali teriakannya membuat seisi kelas seperti menatapku seakan berkata : Diraaaa kendalikan dia. Ya tuhan tolong aku, beri aku ketenangan di pagi yang damai dengan langit nan biru indah ini. Doaku dalam hati dengan mata yang ku pejam sebelum dia meriuhkan kedamaian.

"Hei, dengar- dengar kamu setuju jadi panitia acara sekolah? Sebentar, Sejak kapan kamu hobi ikut-ikutan kegiatan semacam itu?" tanyanya seraya tertawa.

"terus terusss .. Terus aja ketawa" kesalku

"Aelaaah, kan nanyak doank. Sewot amat anak gadis" ucapnya seraya mencubit kedua pipiku.

"dasar nyebelin. Kamu salah kelas ! Sana balik deh mendingan" dengan nada ketus.

"nanti siang kantin bareng ya, klo kamu gak keluar kelas. Aku bakal ..."

"berisik" ku bersiap siaga mengambil sepatu yang melekat dikakiku.

Dia bergegas berlari keluar menghindari sepatu melayang yang sudah siap kulemparkan. Oya, dia juga salah satu sahabatku. sebanarnya dia sangat baik, benar benar baik. Hanya saja dia cukup menyebalkan, Dia juga pendengar yang baik. Dia salah satu manusia aneh yang pernah aku temui. Aku tau kalian akan penasaran seperti apa dia. Alendra termasuk pria tampan di sekolah ini, rambutnya rapi dengan potongan undercut, kulitnya putih, gayanya tidak buruk cukup keren, kaum aktif sosial media dengan followers dominan wanita, tapi herannya sampai saat ini dia masih menjadi kaum sendiri. padahal jika dia menginginkan salah satu dari mereka bisa saja dia dengan mudah memilih. Anaknya cukup asik jadi itu sudah cukup menjadi modal awal untuknya.

Aku tau di balik tingkahnya yang cukup periang Sebenarnya dia tipe Manusia yang sulit mengungkapkan perasaan. aku tau dia sedang menyukai siswi kelas sebelah yang memiliki wajah blasteran, tentu siswi ini adalah salah satu pujaan dari seluruh kaum adam. Terkadang tanpa sengaja aku melihatnya teduh memandang gadis yang dia cintai. Sudah banyak sekali usaha yang dia lakukan, tapi tetap saja dia kembali gagal.
Sudah ah cerita tentang Alendra nanti dia kegeeran lagi karena terlalu banyak tentang dia di bagian ini.

"ehhh tumben udah keluar" sapa elendra

"Aku hanya mencoba sedia payung sebelum hujan" jawabku agak sinis

"aelah, mbak panitia ini marah marah mulu deh" ejeknya seraya merangkulku

Iya dia memang seperti itu, bahkan tidak peduli walaupun sepanjang perjalanan semua menatapku seakan berkata

"Dia siapa sih, deket-deket mulu sama Alendra"

Perhabatan kami yang cukup dekat ini selalu menjadi pertanyaan untuk mereka, sebagian lagi melihat dengan sinis dan berbicara buruk. Tapi itu bukan masalah besar, karena kami tidak memiliki kewajiban untuk memberikan jawaban dan juga tidak berhak mengatur mereka untuk menilai seperti apa kita akan terbentuk dipandangan mereka.

***

Kantin cukup ramai dengan segelintir siswa siswi yang berebut meminta dilayani terlebih dahulu. Aku hanya memutar mata malas dengan suasana yang cukup meriuhkan telinga. Tubuh mulai berkecamuk meminta asupan angin yang tak kunjung melewati walaupun dengan sekedar lewat menyentuh kulitku.

"buuu nasi pecel satu, ikan telor mata hati gak pakek patah hati ya .. " pesannya keras

Ibu kantin hanya tertawa mendengar ucapannya. Candaan dan hal-hal seperti ini rasanya sudah bersahabat dengan pendengaran mereka. Bahkan mereka buakan sekelompok manusia-manusia kaku.

"Mataa sapi woi" balasku setengah berteriak.

"biarin dah ibunya ngerti. Kamu pasti pesan bakso tanpa saos cuma pakek kecap sama sambel yekan" ucapnya dengan sangat hafal

"sok tau..." balasku

"bu pesan bakso satu. pakek kecap sama sambel aja sama es tehnya dua ya" pesanku menghampiri ibu kantin.

"aelah pesenan kamu gak pernah ganti, harusnya kamu bisa mengeksplor semua makanan yang ada dikantin ini. Udah lulus ntar nyesel. Oya es teh dua buat siapa satunya?"

"bodok, buat kamu. Ya kali aku minum dua gelas"

"cielahhhh perhatian amat" ejeknya

"ya udah gak jadi"

"gitu aja marah, sini sini peyuk abang" godanya seraya memelukku dari samping.

Tanpa sadar sepasang mata itu sedang melihatku seperti melihat sesuatu yang tak seharusnya dia lihat. Astaga, apa yang aku lakukan, aku sudah membuat citra buruk dihadapannya. Sekarang aku yakin dia tidak akan lagi mau melihatku.

Tatapannya seakan mengalihkan rotasi perputaran bumi. Astaga jantungku, riuh. Pasukan oksigen seakan makin menipis. Sial, apa semua orang sedang berebut oksigen? Siapapun tolong sisakan sedikit udara untukku.

Awal Dari Akhir Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang