Pelajaran yang cukup membosankan. Hanya mendengarkan guru yang asik dengan teorinya sendiri. Dua pasang mata seisi kelas serasa sangat menjenuhkan. Mereka seperti ingin tertelan di dasar bumi untuk berhenti mendengarkan pasang surut ilmu yang di sampaikan tidak begitu menarik.
"Pak nonton film donk" pinta seorang siswi yang di angguki seisi kelas.
Sorot mata seisi kelas mendadak berbinar seaakan mendapatkan isi kepala yang baru saja di dinginkan. Guru hanya menatap iba melihat mata yang tak ingin ia kecewakan. Guru di sekolah kami memang cukup bersahabat dengan siswa siswinya yang begitu menyebalkan. Sekumpulan guru terkadang menawarkan pertimbangan bagaimana proses pembelajaran akan berjalan dengan perjanjian yang menyenangkan.
"Baik, tapi sebelum itu. Bisakah kita bekerja sama untuk memperhatikan materi ini selama 10 menit saja? "
Tentu jawaban itu sontak mengisi riuh pemikiran yang akhirnya duduk tegap, menampilkan senyuman yang tidak kunjung usai.
10 menit berlalu....
"pak tolong putarkan film yang bagus" Yang di jawab senyuman oleh guru kami. tentu seisi kelas tidak ingin jika yang di putar justru film di luar ekspetasi mereka.
Kemudian film berjudul "Taare Zameen" film india mengenai seorang anak yang tidak mampu memahami pelajaran dalam bidang akademik. Orang tuanya tidak mendukung bagaimana usahanya yang gigih. Usahanya yang berulang kali gagal justru berhasil dengan bakat yang lain. Seisi ruangan mendadak sunyi dengan antusias yang tidak bisa di sentuh. di pertengahan film beberapa terisak terdengar dengan tangis yang sudah mereka tahan kemudian seketika pecah.
Sepertinya guru kami begitu sengaja mempermainkan perasaan kami yang angkuh dengan kesempurnaan yang tuhan beri.
"Dir, nanti istirahat ada rapat" bisik Elvina.
***
Kringgggg......
Keheningan mendadak ramai setelah film berakhir bertepatan dengan bel istirahat terdengar. Seisi kelas berhamburan keluar dengan perut kosong yang menuntut untuk segera di isi.
"Dir, ayo. Bentar lagi rapatnya dimulai. Kamu nyusul aja ke ruang osis. Aku duluan" pamit elvina
Buku yang bergelatan di atas meja segera ku masukkan ke dalam tas. Aku tidak ingin tumpukan buku itu akan mendadak hilang tanpa permisi.
Bergegas segera menyusul Elvina yang sudah pasti sudah menungguku dengan panitia yang lain. Aku tidak ingin citraku buruk hanya karena membuat mereka menunggu.
"woi, mau kemana? " suara yang mendadak membuatku tersentak kaget.
"mau rapat" jawabku dan melangkah cepat
Selanjutnya ku abaikan suara yang mengusik isi kepalaku yang tidak enak hati karena menjawabnya begitu ketus. Sungguh aku tidak menyukai kesibukan yang menggangguku sebab kewajiban yang menuntut.
***
Tepat di depan ruang osis yang sudah tertutup rapat, mungkin mereka sudah mulai membahas perkembangan acara yang akan diselenggarakan.
"Permisi " ucapku seraya membuka pintu
"Hai semuanya, wah lagi rapat. Boleh ikutan gak?" sapa alendra yang mendadak muncul dari belakangku yang sontak membuat mataku membulat
"Ahh ya tentu alendra. Silahkan, kami hanya membahas persiapan acara pekan seni" jelas ketua panitia yang begitu manis menjelaskan.
Alendra menerobos masuk tanpa permisi. "dasar manusia gak tau diri" grutuku
"gak boleh marah-marah dalam hati nanti jomblo seumur hidup" bisik alendra tepat di telingaku yang membuat sedikit geli
Aku hanya membalasnya dengan tatapan tajam. aku tidak ingin berdebat lebih panjang di situasi yang tidak memungkinkan. Jika ruang ini hanya berisi aku dan alendra mungkin saat ini dia sudah ku buat babak belur tanpa ampun. di tengah kekesalanku yang memuncak, mendadak dua sorot mata kembali bertemu dengan senyum yang teduh. Amarahku membisu terlupakan berganti senyum tersipu malu. Aku rasa pipiku memanas entah aku seperti ingin mengubur diri tanpa perlu dia melihatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Awal Dari Akhir
Teen FictionHarusnya ketika perasaan di suakan maka bahagia akan merangkul erat. Sedangkan yang ku lihat adalah akhir dari sebuah kebahagiaan. Gambar : Pinterest