You're my Fairy Tale

30 3 4
                                    

Darimana saja aku ini?
-----------------------------------------------------------------

Malam yang dingin. Tapi, itu tak membuat langkah kaki yang terlanjur jauh berjalan untuk berhenti. Bukan tidak mau berhenti. Hanya saja langkah kaki ini tak di ijinkan untuk berhenti. Anggap saja ini terpaksa. Anggap saja ini kesengsaraan. Tapi, gadis ini suka melakukannya. Entah karna terlalu terbiasa melewati jalanan ini atau karna apa. Yang pasti malam ini sungguh berbeda dari malam malam sebelumnya.

Tepat beberapa meter di depan. Terdapat seorang anak laki laki yang seumuran dengan gadis ini. Mereka berdua memakai seragam sekolah yang sama.

Rasanya malam ini sama seperti kemarin. Walaupun suhu udaranya dingin, tapi gadis ini tak merasa dingin sedikitpun. Tubuhnya seakan menghangat diantara hembusan angin dingin. Tak dapat dipungkiri kebahagiaannya yang meluap. Dapat di tebak penyebabnya adalah manusia yang ada di depannya. Entah apa yang ada di pikiran gadis ini.

Sungguh ia sangat senang saat mendapat pesan dari ibunya bahwa ia disuruh mengambil pesanan baju di penjahit. Dan bertepatan sekali, seseorang yang selalu membuat pikirannya buyar kapan saja itu lewat tepat di depannya tadi. Menyungging senyum singkat yang membuat gemuruh dadanya tambah tak karuan.

Lee Min ah menyukai anak laki laki itu. Perasaan yang sudah sangat banyak di rasakan remaja remaja diusianya. Sepertinya ia memang harus mencoba menuruti beberapa perasaannya yang kadang hilang kendali. Seperti perasaan ini. Kadang kadang ia merasa seperti cacing kepanasan saat berada dekat dengan laki laki itu. Padahal tak ada satupun hal yang terjadi.

Emang aneh bukan? Tapi, mereka sama sama menikmatinya. Entah perasaan sang lelaki. Tapi, ada saja harapan semua akan baik baik saja di setiap do'a.

Jalanan yang dilalui cukup sepi. Ya tentunya karna memang sekarang sudah larut.

Gadis ini sempat merinding kala lampu di depan toko yang barusaja di lewati itu mati-hidup sendiri. Sedikit menambah langkah guna mempersingkat jarak. Ia agak takut sekarang.

Berusaha menghiraukan bayangan yang sejak tadi sebenarnya sudah membuatnya berpikir yang tidak tidak. Dari sini bisa dilihat bahwa anak laki laki itu sesekali menoleh ke belakang. Itu membuat Min ah sedikit terhibur. Merasa sedikit ada perasaan ge er yang sebenarnya ia suka.

Tak terasa ini sudah hampir sampai di rumah anak laki laki itu. Ya, Min ah memang mau kesana. Setelah mendapat pesan dari bundanya untuk menuju kesana.

Ceklek

Suara pintu di tutup. Anak laki laki itu sudah masuk ke dalam rumah dan menutup pintu cepat.

Min ah menunggu selang waktu sebentar untuk menetralkan detak jantungnya.

Tok tok tok

Ketukan ringan itu terdengar sangat keras. Memenuhi telinga dan pada tarikan nafas terakhir, Min ah tak bisa apa apa. Jantungnya terus terusan berdetak keras. Ia khawatir jika ada orang di dekatnya orang itu bisa saja mendengarnya.

"permisi"

Kata itu keluar karna sudah tak sabar menunggu pintu itu terbuka. Disusul suara kunci kenop memutar pelan. Menampilkan seorang laki laki yang masih menggunakan seragam sekolah. Tak tau lagi, dia tampan.

"mau mengambil pesanan"

Min ah berkata seadanya. Ya karna itu memang tujuannya. Bibirnya tersenyum manis. Mencoba terlihat biasa saja saat laki laki di depannya tersenyum paham dengan ucapan gadis itu.

Lelaki berbadan tegap itu kembali masuk untuk melakukan permintaan gadis tadi. Dan sedetiknya dirinya sudah mengipas ngipasi badannya tak sabar. Ternyata ia sudah kepanasan sendiri daritadi. Tubuhnya bergerak tak jelas seperti cacing kepanasan. Tubuhnya seakan di bakar saat itu juga. Raganya tak terima memiliki perasaan ini. Sungguh menyiksa, tapi ia menyukainya.

"maaf ya lama, pesanan punya kamu ketutupan yang lain" suara itu mengalun lembut. Dan seorang Min ah sangat menyukai itu.

"gapapa kok, makasih ya" ucap gadis itu sudah bersikap biasa lagi. Hingga tanpa sadar mereka telah bertatapan lama. Segera Min ah mengalihkan pandangan. Dirinya tak sanggup untuk tetap seperti itu dalam jangka waktu lama.

Bibirnya meminta di basahi berkali kali. Tak ada kalimat yang terbentuk di kepalanya. Hingga pilihan terakhir adalah mengatakan pamit dengan tak rela.

"perlu di antar?"

"ah, ngga usah. Gapapa" ucap Min ah sembari tersenyum simpul

"berani?"

"iya dong"

Sedetiknya tawa mulai mengisi keheningan. Malam gelap dan moment yang tak terlupakan. Bersama awan yang berkumpul untuk berdiskusi kapan waktu yang tepat untuk menurunkan hujan. Keheningan itu benar benar berhenti bersama teriakan banyak orang yang berusaha membantu pertolongan pertama di ujung jalan sana. Tepat di depan rumah yang barusaja Min ah kunjungi.

Orang orang berisik membuat sesak kembali menjalar sampai relung hati. Tubuhnya bergetar hebat. Meyakinkam diri agar tidak hancur saat itu juga. Menggenggam hati yang tiba tiba retak. Air matanya ingin keluar sedari tadi. Tapi, nyatanya tidak bisa. Dan hanya satu yang terlintas dipikirannya.

"Han seo!?"

Nama yang harus dia ingat sampai kapanpun itu.

20.13

***

P.A

Semoga suka :v

ALTERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang