" Udah dong marahnya Ri " Bujuk Uda Angga yang sudah tak terhitung berapa kali. Hasilnya masih sama, Rosmarie tetap cuek dengan permohanan maaf Uda Angga.
" Emang nama Mas sebenarnya siapa Mas? " teman Uda Angga bukan keturunan Minang, tapi keturunan Jawa, jadi ku panggil aja Mas
" Nama saya Rava, Rosmarie itu nama belakang saya " Jelas Mas Rosmarie... Eh Mas Rava maksudnya.
Dibelakangku Uda Angga dan Mas Malvin terus saja menertawakan Mas Rava yang sudah mati-matian menahan marah. Ketika kaki-kaki kami selesai melewati tangga, kami sampai didepan apartemenku.
Kubukakan pintu untuk mereka, dan mempersilahkan mereka masuk. Uda Angga langsung menerobos masuk, mengistirahatkan tubuhnya diatas sofa tanpa membuka jaketnya terlebih dahulu. Mas Malvin dan Mas Rava lebih disiplin, mereka meletakkan barangnya dan jaketnya di tempat penggantung jaket yang berdiri tegak didekat pintu.
" Aku lelah " Keluh Mas Angga memejamkan matanya. Sepertinya ia benar-benar kelelahan. Mas Malvin dan Mas Rava menghampiri Uda Angga dan duduk disebelahnya, ikut mengistirahatkan tubuhnya.
Kutawarkan mereka secangkir teh yang kubeli sepulang kerja. Ya, mereka menginginkannya. Aku berjalan kearah dapur, menyiapkan tiga cangkir teh untuk mereka. " Sini saya bantu " Tawar Mas Rava sambil berdiri dari duduknya, menghampiriku.
" Tak usah, Mas pasti lelah, duduk saja " Tolakku malu. Mas Rava melemparkan tersenyum, senyum yang cukup manis. Ia mendengar perkataaanku hanya saja tak melakukan perintahku yang menginginkannya segera duduk.
Selesai membuat teh, mas Rava mengantarkan cangkir-cangkir itu pada dua temannya yang duduk kelelahan diatas sofa. Aku merutuk ketika melihat Uda Angga yang langsung mengesap tehnya rakus, kenapa Abangku ini tak ada malunya.
" Dek, di dalam tas ada plastik hitam. Coba ambil dek, isinya rendang disuruh kasih sama Mama " Mendengar kata rendang yang keluar dari mulut Uda Angga, aku langsung terkesiap. Sangat susah mencari bahan-bahan rendang disini, lagian rendangku tak seenak rendang buatan Mama
" Rendang apa Da? Rendang daging? Rendang ayam? Rendang telur? " Ucapku riang sambil mengusai tas Uda Angga
" Dedak rendang " Jawab Uda Angga menimbulkan tawa halus dari dua temannya. Tak kuhiraukan lelucon recehnya, aku malah gembira menemukan gumpalan rendang di dalam kotak berbungkus plastik hitam.
" Makasih " Aku berjalan riang kearah dapur, menyimpan rendang. Lalu ikut bergabung bersama teman-teman Uda Angga.
Uda Angga memulai percakapannya denganku " Gimana kerjanya? "
" Ya gapapa, gitu-gitu aja "
" Umm... Terus kamu gak liat bule-bule buat diajak ke pelaminan? " Ejek Uda Angga
" Gak ada yang menarik Da, mereka beda agama "
" Dek, kamu itu harus sadar dong, udah gede kaya gini. Kamu tuh pendek, pesek, dekil juga. Nikah sama bule aja yah, buat perbaiki keturunan kamu " Uda macam apa yang dilahirkan Mama, gak pernah kelar buat bully aku. Aku tak seburuk itu, tinggiku 160 bisakah itu dibilang pendek? Aku gak dekil, malah putih. Kalau pesek.... iya pesek dikit.
" Yeee... Uda juga jelek ga tau apa? Keling gini " Balasku. Tapi bukan Uda Angga saja yang tersinggung, teman-temannya juga. Mendadak suasana menjadi canggung. Bukan maksudku menghina kulit teman-teman Uda
" Maksudku... Kulit Uda Angga aja yang keling. Kulit Mas-Mas ini bukan keling tapi eksotis " Kugaruk kepalaku yang sejujurnya tak gatal sama sekali. Hanya saja aku merasa salah tingkah, maknya garuk-garuk
" Tapi Ngga, Yuri ga jelek kok. Yuri cantik " Ucap Mas Malvin memecah rasa bersalahku. Mataku berbinar menengok Mas Malvin.
" Malvin, kamu rabun? " Uda Angga manangkup kepala Mas Malvin untuk menghadap kepadanya, bertanya dengan nada yang sungguh dramatis. Mas Malvin yang risih menepis tangkupan tangan Uda Angga dipipinya, Setelahnya, ditoyol kasarnya kepala Uda Angga menjauh darinya. Mas Rava tertawa melihat tingkah dua temannya yang tak sesuai umur. kulirik Mas Rava yang sedang tertawa sambil melerai temannya, Mas Rava itu kalau diperhatikan lebih dalam lagi cukup menarik
" Kenapa? Ada yang salah? " Tanya Mas Rava yang mencydukku sedang menatapnya. Sontak Uda Angga dan Mas Malvin melirik pula kearahku
" Ahaha... Nggak ada apa-apa kok " Aku tertawa paksa
" Napa dek? Rava ganteng yah? Hati-hati dek sainganmu banyak " Uda Angga menggodaku.
" Apa sih Uda ini " Aku kesal sekaligus malu
Uda Angga mendekat pada Mas Rava, merangkul Mas Rava.
" Tapi kalau adek mau Uda bantuin deh, mumpung singgle nih " Mas Rava tak memberontak dirangkulan Uda Angga. Ia malah menatapku lamat-lamat dengan seukir senyum tipis di bibirnya" Hah? Mas Rava masih singgle? Kok belum nikah? " ku sambet tidak yah?
" Umm.. Menurut saya pernikahan itu bukan suatu hal yang harus ditargetkan. Saya juga belum menemukan orng yang tepat " Mas Rava berucap tenang. Sepertinya ia sudah sering dilontarkan pertanyaan seperti ini.
" Nahhh... Kebetulan Ri, coba deketin orang didepan kamu ini. Siapa tahu tepat buat kamu. Lagian Angga udah izinin kok " mas Rava menatap tajam Mas Malvin yang kambuh memanggil dirinya Rosmarie. Sedangkan aku dag dig dug sendiri membayangkan kalau beneran Mas Rava deketin aku.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Guy
RomanceRava Gio Rosmarie namanya. Pria tampan berkulit eksotis khas Indonesia itu mampu membuat Yuri terjatuh dalam pesonanya. Waktu sedikit demi sedikit membuat Yuri menaruh harapan kepada Mas Rava. Tapi, waktu jugalah yang sedikit demi sedikit memaparka...