" Uda, makanan di kulkas kok ludes semua? " Tanya Yuri sedikit kesal karena kulkasnya sudah tak berisi makanan lagi.
" Yahhh... Karena " Uda Angga tak selesai menjawab, malah menggantungkan kata-katanya ditengah kalimat. Yuri berdecak, beralih berjalan kedepan Uda Angga
" Karena apa? " Yuri mengulang kalimat Uda Angga dengan nada kesal
" Yah karena dimakan lah " Uda Angga ciut, menjawab dengan pelan
" Hah? Apa? Gak kedengar " Yuri merengek
" Tadi dimakan sama malvin sama Rava juga " Uda Angga menuduh dua temannya yang tak tahu apa-apa. Mas Malvin melongo tak percaya jika Angga menuduhnya sebagai pencuri makanan di kulkas Yuri. Sedangkan Mas Rava yang duduk didekat Uda Angga langsung saja melayangkan tangannya ke kepala Uda Angga
" Dari tadi kamu yang bolak-balik kulkas mulu, ngaku aja napa? " Mas Rava memberi kesaksian. Yuri memasang muka datar sedangkan Uda Angga menunduk bersalah
" Ya udah, ga papa lah, bisa dibeli lagi "
" Kalau bisa dibeli lagi napa kamu marahin aku? " Uda Angga protes
" Yahh.. Gak terima aja, makanan di kulkas hilang begitu saja " Yuri berjalan mengambil jaket dan dompetnya.
" Trus kamu mau kemana? "
" Beli makanan di kulkas, juga bedakku udah habis "
" Ga papa nih, udah larut lho " Uda Angga menyusul Yuri, ia berdiri dibelakang adiknya yang sedang memasangkan jaket untuk menghangatkan tubuhnya nanti
" Ga papa Uda, udah biasa " Setelah selesai memakai jaket, Yuri menghadap kearah Uda Angga
" Ohh... Hati-hati dek, beli cemilan sekalian "
" Duit? " Yuri menjulurkan tangannya
" Pake duit kamu " Dan Uda Angga melontarkan senyuman lebar kepada Yuri.
...
Udara semakin dingin ketika malam semakin larut. Asap-asap menggepul selalu keluar bersamaan dengan helaan nafas Yuri. Tangan-tangannya yang sudah mulai membeku terus menggenggam erat kantong plastik berisi keperluannya. Karena tak kuat lagi menahan dingin, Yuri memutuskan mengambil jalan pintas saja. Melewati gang sempit sebagai pemisah antara bangunan dan bangunan.
Disepanjang gang masih ada lampu, jadi tak ada yang perlu ditakutkan. Biasanya Yuri juga lewat disana dan pulang dengan keadaan selamat wal'afiat. Suara kucing-kucing liar tertangkap oleh telinga Yuri, juga deruman beberapa mobil yang melewati jalan raya masih bisa didengar.
Kaki-kaki Yuri semakin menelusuk masuk ke dalam gang. Tapi terhenti Ketika melihat siluet bayangan yang berjalan terhuyung-huyung. Tak lama, pemilik bayangan terekam di mata Yuri. Seorang pria dewasa, mungkin tingginya 187 cm dan mungkin saja umurnya sudah 30 tahun keatas.
Wajah pria itu sudah merah padam, matanya pun tak terbuka sempurna. Sesekali dia mengeluarkan suara seperti menggerutu. Setelah berjalan beberapa langkah dengan terhuyung-huyung akhirnya pria itu roboh. Tubuhnya terduduk bersandar pada dinding pada sisi kiri gang.
Yuri mengeratkan jaketnya dan berjalan lebih cepat daripada langkah awalnya. Itu cukup menakutkan, tapi bukankah Guri sudah biasa. Kaki-kaki Yuri melewati pria itu.
" Help me " Suara serak pria itu berhasil membuat Yuri kembali menengok kebelakang. Perasaan khawatir dan iba menyelimuti Yuri sehingga hati nuraninya memilih untuk mendekati
" Are you ok sir? " Mau tak mau Yuri bertanya memastikan Pria itu tak terhunus pisau di perutnya. Korban drama mah si Yuri
" Heii... Ladies, come play with me " Gila, pria ini gila. Yuri berniat segera berlari ke apartemennya, tapi tangannya berhasil dicekal duluan oleh si pria. Yuri memberontak tapi tak bisa karena tenaga mereka yang tak sebanding
" let me go " Yuri mencoba menarik-narik tangannya dari cengkraman si pria gila. Tangannya sudah sakit dan kemerah-merahan karena pria itu menggenggam tangannya dengan begitu kuat dan kasar.
" Just one night baby " Kepala pria itu mendekat kearah kepala Yuri. Sontak Yuri memalingkan wajahnya tak mau disentu oleh pria bejat itu
" Noo... Let me go to home "
" you want to play at home? "
" Fuck you "
" you will enjoy it "
Yuri menggelengkan wajahnya dengan kencang agar si pria tak semakin dekat dengannya. Hatinya terus berdoa agar Tuhan menyelamatkannya.
" Dont move sweety, i will give you pleasure "
" go away from me " Kini Yuri menciba mendorong wajah pria itu darinya.
Tapi syukurlah, pria itu melepaskan cekalannya. Seseorang telah mendorong pria itu menjauh dari Yuri, sehingga pria itu terjungkal. Yuri sangat bersyukur dan lega akan hal itu. Orang yang mendorong itu adalah Mas Malvin diikuti dua pria lokal lainnya, siapa lahi kalau bukan Uda Angga dan Mas Rava.
" Ssstt " Uda Angga segara memeluk Yuri, memberi ketenangan kepada adiknya. Dada Yuri masih berdentum dengan kencang sekali, ditenggelamkan kepalanya di dalam dada Udanya. Yuri tak menangis hanya sekedar terkejut. Tak bisa ia membayangkan apabila ketiga pria otu tak datang menyelamatkannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Guy
RomanceRava Gio Rosmarie namanya. Pria tampan berkulit eksotis khas Indonesia itu mampu membuat Yuri terjatuh dalam pesonanya. Waktu sedikit demi sedikit membuat Yuri menaruh harapan kepada Mas Rava. Tapi, waktu jugalah yang sedikit demi sedikit memaparka...