Disuruh Pulang

184 10 3
                                    

      Sekujur badanku terasa lemas, jadi kurebahkan saja diatas sofa. Semua orang berwajah muram karena kejadian yang baru saja kami alami. Aku tak mampu untuk sekedar berusara, mengatakan bahwa aku tidak apa-apa, yang ada aku malah dimarahi. Faktanya aku kenapa-napa,  kejadian tadi sungguh menakutkanku, mungkin aku terlalu meremehkan liarnya negri ini. Sial, mukaku pasi

       " Ga papa " Mas Rava duduk disampingku, menyentuh pundakku. Matanya menyiratkan kekawatiran terhadapku. Kucoba untuk tersenyum dan mengangguk menandakan aku baik-baik saja

         " Apanya yang ga papa, coba kalau tadi kami gak mencari kamu,kamu bisa bayangkan apa yang terjadi " Uda Angga berucap dengan nada dingin. Kalau Uda Angga sudah begini nyaliku langsung menciut. Ku hanya bisa memundukkan kepala pada lantai.

         " Dek, kamu itu cewek. Tinggal sendiri disini, jauh dari rumah dan nggak ada yang nemani kamu. Kalau terjadi apa-apa pada siapa kamu mengadu, sama siapa kamu minta tolong " Mas Malvin dam Mas Rava pun takut untuk bersuara ketika Uda Angga marah.

         " Kalau kamu masih tinggal disini, Uda gak bakal tenang. Sebaiknya kamu balik ke Indonesia " Akhir keputusan Uda Angga membuatku menganga. Padahal pekerjaan disini lebih menjamin hidupku daripada di Indonesia, menjadi sekretaris direktur pemilik perusahaan cukup besar di Sydney.  Yahh... Walau terkadang tinggal disini memang sedikit mengancamku

        " Aku gak mau " Tentu aku menolak perintah Uda Angga.

         " Kalau Uda bilang balik yah balik dek, jangan melawan Uda. Ini juga buat kebaikan kamu kan " Nada Uda Angga semakin mengaras, ia sudah berada pada puncak amarahnya. Nyaliku semakin bergetar ketakutan.

      Mas Malvin mendekati Uda Angga, mememgang pundakanya agar Uda Angga menenang dari amarahnya. Mas Rava tetap berada di sampingku, terdiam menatap temannya yang sedang memarahi adiknya

        " Siapkan semua keperluan untuk resign dari kantormu " Uda Angga tak mau berlama-lama marah kepadaku, diputuskannya untuk hengkang dari hadapanku dan berjalan kearah dapur.

       Aku terpaku dalam suasana yang sangat mencekam ini. Elusan tangan Mas Ravalah yang sedikit mencairkan suasana, ia mengelus puncak kepalaku.
        " Ada baiknya kata Angga Yu. Pulanglah " Mas Rava ternyata berada pada posisi Uda Angga. Hatiku terasa berat sekali ketika disuruh resign dan balik ke Indonesia

...

       Tiga hari lagi Uda Angga dan teman-temannya akan segera pulang ke Indonesia. Sedangkan aku masih pada ambang pilihan. Ruang ini tak sehangat beberapa hari yang lalu, hanya dipenuhi keheningan. Gak hening selalu sih, tapi hening lebih mendominasi.

       Uda Angga juga dari kemarin tak mau berkomunikasi denganku, baik lewat lisan ataupun hanya untuk sekedar menengokku saja. Beginilah Uda Angga sampai kemauannya kuturuti. 

       " Jadi gimana Yu? Kamu jadi balik ke Indonesia? " Mas Malvin bertanya ketika aku sedang memasakkan sarapan untuk penghuni ruangan ini.

       " Mungkin iya Mas, mau bagaimana lagi, keinginan Uda nggak bisa aku tangkasi. "

        " Umm... Kamu baliknya sama kami? " Mas Malvin menambah pertanyaanya

         " Nggak deh kayaknya Mas. Mungkin aku pulang setelah kalian " Sarapannya sudah siap, kuantarkan empat piring makanan itu ke tengah-tengah ruangan. Mempersilahkan pria-pria nan kelaparan itu mengisi perutnya untuk tenaga di siang hari.

       Mas Malvin sejenak memanggil Uda Angga dan Mas Rava yang sedang asik berduaan, entah apa yang mereka lakukan di dalam kamar itu.

       Ketiga pria itu datang menghampiriku,  langsung mencomot makanannya masing-masing.

        " Jadi kamu bakal pulang Yu? " Tanya Mas Rava tanpa ketika selesai menghabiskan segigit sarapannya. Sebelum menjawab pertanyaan itu, ku sempatkan menengok ke arah Uda Angga. Ternyata Uda Angga tak peduli, dia lebih peduli dengan sarapannya.

        " Iya Mas, tapi gak bisa cepat-cepat. Mungkin butuh waktu " Padahal untuk mendapat pekerjaan ini aku belajar mati-matian siang dan malam. Kini cuma gara-gara pria mabuk dan brengsek aku harus hengkang dari sini. Sedih sekali

        " Sudahlah Yu, di Indonesia juga banyak pekerjaan yang bisa menjaminmu, apalagi ketika kamu sudah mendapat gelar dan berpengalaman bekerja disini " Mas Rava tahu sekali alasanku gundah untuk kembali. Mungkin Mas Rava ada benarnya juga.

       Aku hanya mengangguk menanggapi saran Mas Rava.

....

         Seminggu sudah setelah kepulangan Uda Angga, Mas Rava dan Mas Malvin. Seminggu sudah aku memantapkan diri untuk kembali pulang ke Indonesia. Mungkin seminggu adalah waktu yang cukup untuk mengikhlaskan.

      Kakiku tak akan bisa lagi melangkah mundur. Pesawat ini sudah terbang dari beberapa jam yang lalu. Semoga saja, kehidupanku lebih baik ketika di Indonesia

A GuyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang