Mas Rava

175 10 0
                                    

" Wah, ternyata jago yah aku buat anak? " Belum reda juga tawa Mas Rava akan lelucon yang beberapa menit yang lalu sudah berakhir.

" Biar senang ibunya Mas " Sekaligus buat ngodein kamu Mas, itupun kalau kamu nyadar

Karena terlalu over dalam berlari kesana dan kesini, Jojo menjadi kelelahan, ia hanya bisa bergantung dalam gendonganku, sesekali menguap. Bapak sama Emaknya yang asli belum ketemu, padahal kakiku udah pegal semua. Sebelumnya Mas Rava udah sempat nelfon Uda, katanya tunggu aja di parkiran. Dan sekarang menuju parkiranlah kami sekarang.

Tangan Mas rava terulur membelai kepala Jojo yang sudah hampir tertidur.  " Berat ga? Mau aku gantiin? " Tawaran Mas Rava aku tolak, kasihan kan Mas Rava udah cape juga ngasuh Jojo dari tadi, sekarang giliranku.

...

Ketika sampai di parkiran, kami tak perlu lagi menunggu Uda dan Istrinya dalam waktu yang lama karena kami semua sampainya itu berbarengan. Selama perjalanan pulang, aku yang selalu menggendong Jojo karena anak itu sudah ketiduran, nanti kalau dipindahin malah kebangun, kasihan kan, lagian kapan lagi aku kaya gini sama keponakanku.

Tak jauh berbeda dengan Jojo, sepertinya Mas Rava juga kelelahan mengasuh Ummmm.... ' anaknya'. Bukan cuma Mas Rava aja yang kelelahan, seluruh penumpang mobil ini juga kelelahan.

Mobil Uda akan mengantarkan kami semua ke rumahnya. Selama perjalanan pulang, hanya ada sebuah keheningan. Sudah gak ada semangat lagi buat sekedar ngomong doang.

Tapi buat intip-intip Mas Rava masih bisalah. Biar kujabarkan saja disini alasanku menyukai Mas Rava :
Pertama karena dia adalah pria sopan yang selalu kuidam-idamkan, dapat kulihat dari tutur katanya yang selalu dijaga agar tak menyinggung orang lain, bukan cuma itu kata Uda, Mas Rava juga seorang yang ramah kepada sesama

Kedua Mas Rava seorang pria yang cerdas, dengan pola pikir yang luas. Ia terbuka kepada semua perubahan di era globalisasi tanpa meninggalkan asal-usulnya. Kulihat di Instagramnya, Mas Rava sering sekali membuat masyarakat berubah pandangan seperti ia menegaskan bahwa HIV bukan terjadi karena kerusakan moral, terkadang seseorang terkena HIV juga karena penularan dari anggota keluarga maupun temannya yang lain.

Ketiga, Jiwa muda nan gemar sekali dnegan petualang dan tantangan. Mas Rava pernah bilang bahwa ia tak pernah puas dengan hasil yang diraihnya karena ketika bershasil meraih sesuatu, ia pasti memiliki target yang lebih tinggi

Keempat wajahnya yang tak kalah dengan pria-pria tampan. Mas Rava memiliki tinggi 188 cm dan postur tubuh nan berotot, karena 3 kali seminggu ia selalu nge-gym, diikuti makanan yang sehat. Memiliki kulit eksotis khas Indonesia banget. Hidung yang jauh lebih mancung daripadaku. Dan Senyum manis nan aduhai yang kerap kali membuatku terpukau.

Tapi, aku masih belum mau mengakui kepada orang lain bahwa aku menyukai Mas Rava. Jangan tergesa-gesa dulu, siapa tahu aku cuma sebatas kagum atau cuma suka. Lagian kalaupun suka aku juga ga bakal bilang, karena kata Mama kodratnya seorang wanita adalah menunggu dan dipilih.

" Kenapa? " Tanya Mas Rava membuyarkanku. Karena terlalu lama melamun, aku tak sadar bahwa sudah sedari tadi memperhatikan Mas Rava.

" Ga papa " Elakku dengan mengalihkan wajah kearah jendela.

Ini sudah jam 3 sore, kata Uda sebentar lagi kita akan sampai dan dia bilang hal itu dari setengah jam yang lalu.

...

Huffft.... Kubaringkan asal tubuhku ketika baru saja sampai di rumah Uda. Tubuhku langsung lebih enakan daripada sebelumnya. Uda tergopoh-gopoh meletakkan Jojo dikamarnya. Mas Rava duduk diatas sofa. Uni sari mengemasi barang-barang yang tadi dibelinya, banyak juga ternyata.

Mataku melayang-layang ngantuk karena karpet lembut Uda.
" Ga baik tidur dilantai Ri, dikamar aja " Tegur Mas Rava. Udah jadi calon suami perhatian dia

" Ga ngantuk kok Mas, cuma rebahan. Ini juga mau solat " Hamba macam apa aku yang mau solat tapi harus malas terlebih dahulu. Ya rabb, ampuni aku.  Dengan langgah enggan kulangkahkan kaki kearah kamar mandi, bersiap untuk sholat

...

Kalian ingat kata Mas Rava yang katanya ga baik tidur di lantai? Malah ia melanggarnya. Selesai sholat, Mas Rava sudah terkapar disana, kecapean kali yah.
Kulamati wajahnya yang dimana bagian mata ditutup dengan tangannya. Dia tampan

" Bagunin Rava dek, suruh sholat terus makan " Titah Uda Angga

Kasihan harus dibangunin, padahal Mas Rava kan cape. Kugoyang-goyangkan tubuhnya, berharap matanya segera terbuka.
" Mas, Sholat dulu trus makan " Ujarku ketika mata Mas Rava baru saja terbuka. Ia mendengarku dengan baik lantas mengangguk.

Kutunggu Mas Rava yang sedang sholat di meja makan bersama Uda dan Uni. Ketika Mas Rava selesai, ia menghampiri kami dengan mengusap hidungnya, tau kok mancung. Wajah Mas Rava menjadi lebih adem, ga sayu seperti sebelumnya.

" Udah yuk makan " Ajak Uda. Aku segera mengisi perutku yang mendemo ini.

A GuyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang