02: suaramu

1.4K 221 24
                                    

"suaramu bagus, kenapa jarang bicara?"

pertanyaannya itu sontak membuatku menengok. "memangnya kamu pernah dengar aku nyanyi?"

"bukan begitu, maksudku, suaramu... enak di dengar." ia memegang tengkuknya, aku tidak tahu kenapa, tapi ia terlihat lucu bila seperti itu.

"kamu kira suaraku makanan?"

"nah, gitu dong." ia tersenyum lebar hingga menunjukkan deretan giginya yang rapi dan putih itu.

"gitu gimana?"

"ngomong. aku suka dengar kamu ngomong."

sial. dia berhasil membuat jantungku berdetak seperti seribu kali lebih kencang dari sebelumnya. pipiku merona bagai mawar yang mekar, dan aku harap dia tidak menyadarinya. aku mengalihkan tatapanku ke arah seberang halte bus.

ya, aku sedang duduk bersama si pangeran sekolah itu sekarang. sudah seminggu sejak kejadian tak terduga di kantin itu, dan sekarang dia dan aku selalu menempel kemana-mana, seperti...  permen karet?

"lain kali kamu harus nyanyi, ya." katanya, "pokoknya sebelum aku meninggal, aku harus dengar suara nyanyianmu."

"kamu terlalu lebay, tahu, tidak." aku menghela nafas, menggeleng-geleng mendengar rangkaian kata-katanya.

"tapi benar, aku ingin sekali dengar suara nyanyianmu."

seharusnya, aku sadar ada sesuatu yang salah padanya saat itu, di hari itu. seharusnya, aku lebih peka.

Untold  ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang