4. Mencari Reina

231 27 20
                                    

Ryo berjalan cepat meninggalkan Reina dengan perasaan kesal. Ia menendang kerikil di depannya sampai terpelanting cukup jauh. Namun, setelah beberapa menit berlalu, tiba-tiba muncul perasaan ibanya lagi pada Reina. "Tapi kasian juga tuh anak".

Ryo melihat langit, matahari nampak sedang terbenam. "Bentar lagi gelap".

Ryo menoleh ke belakang lalu berlari untuk menghampiri Reina.

Namun, saat tiba di atas tanjakan, ia tidak melihat Reina ada di bawah tanjakan itu. Ia lanjut berlari ke bawah, menuju tempat terakhir Reina berdiri. Ia mencari ke dekat-dekat situ tapi Reina tak nampak. Ryo panik. "Di mana dia?"

Ryo terus mencari Reina tapi belum ketemu juga padahal langit sudah gelap dan bulan purnama sudah menampakkan dirinya.

Kemudian, dari kejauhan Ryo melihat ada bangunan kecil yang di depannya ada tulisan toilet. Ryo berpikir jangan-jangan Reina ada di dalam toilet itu. Tetapi, karena lampu depan toiletnya remang-remang, Ryo menjadi ragu. Ia takut ada sesuatu yang menyeramkan di sana.

Ryo teringat kata-kata terakhir yang ia ucapkan pada Reina.
Flashback - "Ya ampun, mulut lo ya, sama kotornya kayak otak lo!."

Ryo juga ingat mata Reina yang bekaca-kaca saat mendengar ucapannya itu. Karena rasa iba dan bersalahnya yang sama-sama besar, akhirnya Ryo memberanikan diri melangkah mendekati toilet. Ia ingin menemukan Reina dan membawanya ke rumah sakit.

Beberapa meter dari depan toilet, Ryo mendengar suara tangisan wanita dari dalam toilet wanita itu. "Itu Reina bukan ya?"

Suasana mencekam. Lampu bohlam yang remang-remang itu malah mati nyala, membuat suasana semakin tidak nyaman bagi Ryo.

Tiba-tiba tangisan wanita itu membesar, membuat Ryo tersentak. Refleka, ia berlari menjauhi toilet.

Saat membalikkan badan, ia melihat sosok seperti Reina sedang tersenyum padanya. Tetapi, Ryo merasa itu bukan lah Reina lantaran kulitnya terlalu pucat dan matanya melotot tidak normal.

Ya, itu memang hantu, bukan Reina

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ya, itu memang hantu, bukan Reina. Reino juga merasakan udara dingin yang tidak nyaman di seluruh tubuhnya.

Kali ini Ryo yakin, yang menangis di dalam toilet memang Reina yang sesungguhnya, bukan wanita yang ia lihat sekarang.

Ryo berlari kencang masuk ke dalam toilet wanita. Ia membuka satu per satu pintu bilik toilet dengan sangat cepat.

Akhirnya, Ryo menemukan Reina sedang menangis di bilik toilet paling pojok. Reina menangis sejadi-jadinya saat melihat Ryo. "Gue gak bisa jalaaaaan."

Ryo yang masih ketakutan karena melihat hantu tadi segera mengendong Reina di punggungnya. Ia membawa Reina keluar dari toilet dengan sangat cepat. Bahkan, saat melewati tanjakan, juga sangat cepat. Ryo benar-benar takut.

Ryo baru melambatkan langkahnya saat sudah melihat penampakan kantor administrasi kebun bunga yang berada di depan gerbang kebun bunga. Nampak ada beberapa orang yang sedang mengobrol di depan kantor.

"Tenaga lo oke juga ya. Bisa gendong gue sampai sini, cepet banget lagi. Kayak dikejar setan atau anjing. Haha", Reina memuji sambil mengencangkan pegangannya ke Ryo agar ia tidak jatuh.

Ryo menghentikan langkahnya lalu menoleh ke belakang, melihat wajah Reina yang sangat dekat dengan wajahnya. "Stop sebut itu please.."

"Apa? Anjing?"

"Bukan"

"Apa? Setan?"

"Ya, itu"

"Kenapa?"

"Gak suka aja."

Reina ingin meledek Ryo lagi tapi ia takut Ryo akan kembali marah. Jadinya, ia menahan diri, tidak bicara apa-apa lagi.

Akhirnya, keduanya sampai di depan kantor admnistrasi kebun bunga.

Bersambung ...

                               ****
Author Thoughts

Selain sensitif, ternyata makin keliatan ya kalau Ryo parno banget sama mahluk astral.

Bahkan denger kata hantu atau setan aja dia gak mau. Kenapose?

Sebelum lanjut, vote dan komen diepersilakanl loh!😜

💜 Makasih banyak udah baca 🤗
Semoga kamu suka dan baca terus cerita ini sampai tamat ya😃💜

Spooky Sweet BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang