37. Kesedihan yang Tersembunyi

123 13 12
                                    

Reina dan Ryo saling terdiam dan membuang muka. Keduanya sama-sama memasang wajah masam.

"Uhuk Uhuk!"

Suara batuk Pak Bagus yang baru saja kembali itu memecahkan kesunyian dan kekakuan suasana di ruang perpus yang sepi itu.

"Ryo kok kamu diem aja? Tanya dong temen kamu butuh apa." , pinta Pak Bagus.

".........."

Ryo hanya diam. Ia gugup dan mulai berkeringat dingin, begitu juga dengan Reina.

"Tanya atuh.", pinta Pak Bagus lagi.

"Emmm.. Ma...Mau apa?", tanya Ryo agak gelagapan.

"Kok gitu nanyanya? Ada yang bisa saya bantu? Gitu.", protes Pak Bagas.

Reina berdebar bersiap-siap mendengar pertanyaan ulang dari Ryo.

"Ada yang bisa saya bantu?", tanya Ryo dengan gaya formal dan kaku.

"Gak ada!", jawab Reina ketus lalu berjalan menuju deretan rak-rak buku.

Ryo jadi terpancing emosi mendengar jawaban Reina seperti itu.

"Biasa aja kali. Gak usah ngegas!", gerutu Ryo.

Ternyata, Reina mendengar itum Ia langsung menoleh ke arah Ryo, memasang wajah makin jutek. Ryo jadi makin terpancing. Kini, keduanya saling melotot kesal.

"Kok malah berantem sih?", tanya Pak Bagus.

"Maaf Pak.", ucap Ryo.

"Oh iya, sudah selesai inputnya?"

"Sedikit lagi Pak."

"Kalau begitu, biar saya yang lanjutkan. Kamu bereskan buku-buku di meja itu aja. Kembalikan ke raknya masing-masing sesuai kode ya."

"Siap Pak!"

Ryo menumpuk buku berantakan itu di atas troli dan mulai mengembalikannya ke rak buku. Beberapa kali ia bersisian dengan Reina yang masih saja belum menemukan buku yang ia cari. Tetapi, keduanya terus saja saling memasang wajah ketus setiap kali berdiri berdekatan.

"Ngapain sih?", protes Reina.

"Gak liat gue lagi ngapain?", balas Ryo ketus sembari mengangkat salah satu buku yang di ambilnya dari troli.

Ryo yang kian kesal pergi menjauh dari Riena sembari mendorong troli itu.

Menit demi menit berlalu hingga suara bel berbunyi, tanda jam istirahat siang sudah selesai. Ryo sudah selesai melakukan tugasnya tetapi Reina belum juga mendapatkan buku yang dicarinya. Karena itu, Reina berinisiatif menghampiri Pak Bagus untuk bertanya.

"Pak, buku pesiapan ujian PTN ada di mana ya? Kok saya cari-cari dari tadi gak ada?"

Ryo yang sedang mendorong troli ke dekat meja duduk Pak Bagus itu ikut mendengar.

"Oh. Itu semuanya udah dipinjem. Baru balik seminggu lagi. Mungkin akan diperpanjang. Kamu beli aja kalau mau buru-buru."

"Yaaah. Gitu ya Pak?", ucap Reina kecewa.

Ryo ingat kalau tadi ia melihat dan mencatat ada buku persiapan ujian PTN yang baru masuk. Tetapi, ia ragu untuk memberitahukannya pada Pak Bagus dan Reina. Perasaan kesalnya pada Reina karena menolak cintanya masih menguasai dirinya.

"Kalau gitu, makasih ya Pak.", kata Reina lalu pergi.

Tak lama, Ryo juga berpamitan pada Pak Bagas, hendak kembali ke kelas.

Dari jarak beberapa meter, Ryo berjalan di belakang Reina tapi tak menyadari hal itu.

"Gue gak ngerti kenapa lo nolak gue Rein?",
tanya Ryo dalam hati sembari memperhatikan gerak rambut panjang Reina yang sedikit tertiup angin.

"Sekarang, kita jadi makin jauh begini."
lanjut Ryo dengan perasaan sedih yang dalam.

Siang yang berangin dan berawan redup itu membuat suasana menjadi melankolis bagi Ryo yang sedang dirundung patah hati. Ia terus saja memperhatikan Reina berjalan dari belakang.

#

Malam harinya, angin berhembus kian kencang hingga dedaunan pohon besar di depan panti asuhan Reina jatuh berguguran. Udara dingin juga kian aktif berhembus, menggoda para penghuni panti untuk tidur lebih cepat.

Namun, Reina masih terjaga di balik selimutnya. Ia gelisah karena terus terbayang kejadiaan saat Bu Laila memintanya untuk tidak pacaran dengan Ryo dan lebih baik fokus belajar agar lulus UN dan ujian masuk PTN. Ia juga juga terbayang kejadian saat Ryo 'menembak'nya di kelas dan saat ia melihat foto Ryo dan Cherry yang disebar akun gosip.

Perasaan Reina campur aduk antara sedih, kesal, dan kecewa. Tak terasa, air matanya mengalir dan kian lama tangisannya semakin hebat hingga suara isakan tangisnya terdengar di depan pintu kamarnya.

Sama dengan Reina, di kamarnya, Ryo juga merasa galau hingga tak bisa tidur. Ia memandangi terus fotonya bersama Reina yang pernah ia pajang di laman facebook-nya.

"Hapus gak ya?",
tanya Ryo lirih.

Ryo menekan tombol pilihan hapus. Tetapi, saat muncul pilihan lagi 'apakah kamu yakin menghapus foto ini?', ia mengurungkan niatnya. Entah mengapa, itu terasa begitu berat baginya.

Malam kian larut, Reina dan Ryo yang masih terjaga tak sadar kalau waktu sudah menunjukkan pukul 02.00 pagi. Kesunyian menyelimuti mereka berdua dan malam kian terasa dingin. Akan tetapi, dingin yang dirasakan Reina berbeda. Perasaannya juga semakin gelisah dan tak nyaman. Karena itu, ia memutar posisi tidurnya ke kanan dan ke kiri, berharap ia menjadi lebih nyaman untuk tidur. Tapi sayangnya, itu tak berhasil.

Reina mencoba tidur dengan posisi terlentang. Namun, ia justru terkejut dan refleks berteriak.

"Aaaaaaaa!!!!!!"

Hantu perempuan itu muncul lagi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hantu perempuan itu muncul lagi. Kali ini, ia tergantung dengan posisi terlentang, tepat di atas langit-langit di atas kasur Reina. Wajah hantu itu sejajar dengan wajah Reina dan tiba-tiba dengan sangat cepat hantu itu melayang tepat di atas tubuh Reina.

Kemudian...
Reina kerasukan.

Bersambung ...

****
Author Thoughts
Kesel kesel, marah marah, padahal mah sayang ya. Siapa yang kayak gitu juga hayo?😉

Reina kerasukan huhuhu. Kayak gimana kelanjutannya? Baca terus makanya!😆

Vote dan komen ya biar makin banyak yang baca. Jadi, penulis happy lagi dan lagi🐥

Spooky Sweet BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang