35. Puisi tentang Kita

125 12 2
                                    

“Ini aja!”,
teriak Della dengan bahagia saat menemukan judul puisi yang menurutnya paling pas untuk menggambarkan kesedihan Reina.

Della memberikan buku kumpulan puisi itu kepada Reina dengan senyum riang.

Reina melihat judul itu ‘Akhir Kisah Kita’.

“Rese banget nih orang!”, umpat Reina dalam hati sambil menatap Della yang sedang tersenyum bahagia.

Della duduk manis di kursinya sambil terus tersenyum kepada Reina.

”Bacanya yang menjiwai ya!”, pinta Della, masih dengan senyum bahagianya itu.

Reina menghela napas dalam yang panjang, berusaha menenangkan dirinya sendiri. Kemudian, ia mulai membacanya.

Akhir Kisah Kita

Orang asing
Itu kita dulu
Lalu kita memulai kisah
Berbagi cinta
Tawa dan air mata
Semua cerita

Dan kini, kita akan kembali begitu
Karena perpisahan pilu

Terima kasih cinta
Ini lah akhir kisah kita

Sepasang anak muda
Yang pernah bersama
Menjalin cinta
Cinta sesaat

Bunga dan langit akan tetap indah dipandang
Matahari dan air akan tetap jadi sumber kehidupan
Aku dan Kau akan tetap berjalan ke depan
Meski jalur dan tujuan tepatnya berbeda
Meski duka perpisahan pasti menyiksa

Tapi ku pastikan
Kau akan selamanya ada
Dalam kenangan masa muda
Cinta pertamaku di sekolah

Terima kasih cinta
Ini akhir kisah kita

Della bertepuk tangan dengan begitu meriahnya. Beberapa murid lain mengikuti jejak Della hingga kelas menjadi riuh karena tepuk tangan.

Puisi itu membuat Reina semakin sedih. Ia segera mengembalikan buku kumpulan puisi itu kepada Pak Budi lalu berjalan cepat menuju kursinya yang ada di bagian paling belakang.

“Rein, lo kenapa?”, tanya Tiwi.

“Gak apa-apa kok.”, jawab Reina sembari mengambil buku bahasa Indonesia dari dalam tas. Ia berusaha sebisa mungkin menahan kesedihannya itu.

“Tapi kayak abis nangis gitu.”, lanjut Tiwi.

Reina tak menghiraukan ucapan Tiwi. Ia pura-pura sibuk membuka bukunya.

“Belajar Tiwi Belajar”, ucap Reina pelan.

Tiwi prihatin melihat kesedihan Reina. Ingin sekali rasanya ia memeluk Reina. Sayangnya, jam sekolah belum usai. Alhasil, ia hanya bisa mengelus tangan kiri Reina sebentar.

Reina tersenyum pada Tiwi, masih tetap berusaha menyembunyikan perasaannya.

#

Hari yang sama, pukul 16.20.

Hery baru saja turun dari angkot. Tetapi, saat baru mulai berjalan menuju rumahnya, ia melihat Reina sedang berjalan di depannya, tak begitu jauh.

Karena searah, Hery mengikuti langkah pelan Reina. Ia berjalan sambil menjinjing tas kertas berisi cokelat pemberian Ryo.

“Rein!”, sapa Hery, tak sengaja membangunkan Reina dari lamunan.

Spooky Sweet BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang