6. It Hurts ...

215 23 13
                                    

"Hery, Vino, kalian lama banget sih datengnya? Gue udah kedinginan ini.". Ryo memeluk badannya yang agak menggigil karena bajunya kebasahan terkena hujan tadi. Waktu sudah menunjukkan pukul 10 malam.

Tak lama, terdengar suara pintu ruangan dibuka. Hery dan Vino tiba, membawa dua tas besar milik Ryo dan Reina.

"Itu yang namanya Reina, Bro?", tanya Vino dengan suara agak keras.

"Sssssttttt!!!!", Ryo dan Hery kompak meminta Vino mengecilkan volume suaranya.

Reina terbangun karena suara berisik itu. Ia terkejut melihat ada dua laki-laki yang tidak ia kenal. "Siapa kalian?!", Reina berteriak.

"Buset! Suaranya kayak toa!", Vino refleks.

"Aduh berisik banget sih anak dua!", ucap Ryo tidak nyaman. "Eh Reina, ini yang berisik ini namanya Vino. Nah, yang agak dieman tapi muka kayak preman ini namanya Hery!"

Reina yakin tidak pernah melihat Vino sebelumnya, tapi sepertinya ia pernah melihat Hery meski tidak yakin kapan dan di mana.

"Gue mandi dulu di hotel. Kalian berdua jaga di sini ya!", Ryo mengambil tas ranselnya.

"Loh loh. Gue ikut lo ah! Gue gak pernah jagain orang sakit. Lagian kan gue ke sini mau liburan.", Vino protes.

Reina ikut protes "Gue sendirian aja deh!". Ia tidak nyaman jika harus ditemani orang asing. Terlebih penampilan Hery dan Vino yang urakan.

Vino senang mendengarnya tapi Hery hanya menampakkan ekspresi datar.

"Ya udah Her, lo di sini aja dulu ya. Nanti kalau gue udah balik ke sini lagi, lo ke hotel aja nyusul Vino."

"Setuju!!", Vino teriak

"Ini tuh rumah sakit, peka dikit dong kaleng sarden!", Ryo kesal karena volume suara Vino sangat besar. Ia tidak ingin mengganggu pasien lain termasuk Reina. Vino menutup mulutnya, menyesal.

"Gue bebas aja Yo!". Vino pasrah jika harus menjaga Reina.

"Lo yakin temen lo ini gak akan macem-macem?", tanya Reina

"Lo tanya aja sama orangnya sendiri", balas Ryo kesal karena Reina tidak percaya.

Reina sadar ia kembali membuat kesal Ryo karena pertanyaannya itu.

Reina merasa jadi tidak enak hati juga kepada Hery yang kini terlihat cemberut. "Biar penampilan gue kayak gini, gue bukan tipe cowok yang kayak gitu kali", ucap Hery ketus.

"Lagian lo sok kecakepan banget sih? Selera kita itu tinggi kali! High class!", balas Vino

"Bodo amat! Gue mau tidur.", Reina tidur membalkkan badannya agar tidak melihat ketiga cowok itu. Dalam hatinya, "Gue kan gak jelek-jelek amat. Kata abang angkot gue manis kok."

Ryo dan Vino keluar dari ruangan. Suasana pun menjadi hening, suara jarum jam sampai terdengar jelas.

"Lo belum tidur kan?", tanya Hery tapi Reina pura-pura tidur. "Gue harap lo jawab jujur," Hery serius. Reina mendengarkan dengan seksama meski masih membelakangi Hery.

"Lo sengaja mau deketin Ryo kan?", tanya Hery lagi.

Reina terkejut mendengar pertanyaan itu.

"Kayak cewek-cewek lain di sekolah.", lanjut Hery

Reina sangat kesal, ia bangun dan memandang Hery dengan tatapan tajam. Keduanya saling berpandangan - Hery berpandangan penuh curiga sedangkan Reina memandang penuh kemarahan.

Reina duduk di atas tempat tidur, menghadapkan wajah marahnya ke Hery. "Percaya atau nggak, gue baru tau dan kenal Ryo tadi."

Reina berujar sendiri di dalam hati, "Oh begini ya rasanya dicurigain untuk hal yang salah. Pantes tadi Ryo marah banget.". Tiba-tiba Reina terbayang wajah Ryo.

"Tapi kalau misal dia minta lo jadi pacarnya, lo mau kan?",
lanjut Hery.

Reina tertawa malas.
"Gue bukan orang yang suka mengandai-andai. Kalau lo mau, lo aja!", balas Reina tegas.

Hery merasa jijik mendengar ucapan Reina. Ia membayangkan sedang berbicara mesra dengan Ryo, saling bertatapan mesra lalu Ryo meletakkan kepala di pundaknya lalu mencium pipinya.

Hery sadar sendiri dari khayalannya. Kepalanya sampai geleng-geleng karena geli, wajahnya jelas nampak jijik.

"Udah lah gue mau tidur!", ucap Reina mengakhiri percakapan panas tadi. Ia merasa sakit dituduh seperti itu. Ia menutup kedua matanya mencoba menenangkan diri.

#

Sementara itu di salah satu vila rombongan sekolah, ada segerombolan siswi yang sedang berkerubung tak jauh dari api unggun. Karena gelap, wajah mereka jadi tidak nampak. Hanya ada bayangan-bayangan yang terefleksi di pohon dan di tanah dekat mereka berkumpul. Tidak jelas juga apa yang sedang mereka bicarakan, sepertinya rahasia karena mereka sengaja merendahkan volume suara mereka.

Bersambung ...

                                ****
Author Thoughts
Si Reina ini emang bawaanya gitu, kalau ngomong langsung keluar tanpa pikir panjang. Orangnya curigaan juga. Karena itu, tanpa sadar, dia suka mancing keributan. Hadeeh!🤐

Btw, itu yang ngumpul-ngumpul sendiri padahal lagi ada acara api unggun itu siapa dan ngapain ya? Sepertinya mencurigakan🤔

Vote dan komen biar perasaan penulis juga gak ikut sakit kayak perasaannya Reina! Huhu😭😁

💜 Makasih banyak udah baca 🤗
Semoga kamu suka dan baca terus cerita ini sampai tamat ya 😊💜

Spooky Sweet BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang