34 - Jawaban

99 13 2
                                    

“Rein. Yang kemarin itu beneran.”

Reina menyimak dengan saksama.

“Gue nyaman dan seneng kalau lagi sama lo. Gue bahkan bisa berbagi rahasia gue selama ini ke lo.”

Reina masih menyimak.

“Gue suka sama lo Rein.”, ucap Ryo sambil menyodorkan cokelat dan bunga itu tapi Reina hanya diam dan belum mengambilnya.

Ryo bingung dengan respon Reina yang cenderung dingin. “Oh mungkin harus lebih jelas.”, katanya dalam hati.

“Kita pacaran beneran yuk Rein!”, ajak Ryo sambil tersenyum manis dan merekah.

Reina terdiam mendengar itu. Ia menunduk menyembunyikan kesedihannya. Ya sedih. Ia bersedih karena ia tahu betul kalau dirinya juga menyukai Ryo. Tetapi, ia sudah berjanji pada Bu Laila untuk tidak pacaran dulu sebelum berhasil masuk PTN.

“Rein?”. Ryo semakin heran dengan sikap Reina yang terlihat tak senang sama sekali.

Reina berusaha menahan kesedihannya. Ia menenggakkan kembali kepalanya dan memandang Ryo dengan tatapan dingin.

“Ryo. Sorry, gue gak bisa. Gue gak bisa jadi pacar palsu lo lagi. Gak bisa juga jadi pacar beneran lo. Sorry ya.”

Reina berdiri dan berjalan cepat meninggalkan Ryo.

Ryo ikut berdiri,
“Tapi Rein kenapa?”

Reina terus berjalan. Ia tak mengubris pertanyaan Ryo. Yang ada di dalam pikirannya hanya lah ingin segera pergi ke toilet untuk menumpahkan tangisannya yang begitu meletup di dada.

Ryo masih berdiri di tempat yang sama. Ia juga masih memegang bunga dan cokelat di kedua tangannya. Perasaannya kini campur aduk antara bingung, sedih, dan tak percaya dengan apa saja yang baru terjadi. 

Tak lama kemudian, beberapa murid memasuki kelas. Ryo segera memasukkan bunga dan cokelat itu ke dalam tas kertas itu lagi. Ia lalu meninggalkan kelas Reina dengan sejuta tanya di pikiran.

“Gue ditolak? Kenapa? Bukannya dia juga suka sama gue? Terus bahkan dia gak mau jadi pacar palsu gue lagi? Apa-apaan ini?”

Emosi Ryo makin memuncak. Ia membuang bunga itu ke dalam tong sampah yang letaknnya tak jauh dari kelas Reina. Ia juga hendak membuang cokelat itu tapi ia urungkan niatnya.

“Eh, cokelatnya jangan deh.”

Ingin sekali rasanya Ryo berteriak menumpahkan semua gejolak perasaannya yang makin tak karuan itu. Tetapi, sekolah masih terlalu ramai baginya untuk bisa melakukan itu. Terpaksa, ia hanya bisa mengepalkan kedua tangannya saja dan menekannya dengan sangat keras.

Sesampainya Ryo di kelas, ia memberikan kantong kertas berisi cokelat itu kepada Hery.

“Buat lo!”

“Apaan nih?”, tanya Hery tapi Ryo diam saja. Karena itu, ia penasaran dan melihat sendiri isinya.

“Wow! Cokelat? Valentine masih lama bro!”

“Iya.”, jawab Ryo singkat lalu menyembunyikan wajahnya di balik kedua lengan yang ia lipat di atas meja.

“Kenapa lo? Masih sakit?”

“Gak. Ngantuk.”

“Lo sih browsing sampai malam banget. Udah tau hari ini sekolah.”

Spooky Sweet BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang