32. Janji

101 13 14
                                    

Langit sore menjadi teman Bu Laila  duduk di kursi teras. Ia sedang menunggu kepulangan Reina. Wajahnya tampak tegang karena menahan marah. Tak beberapa lama kemudian, Reina muncul tanpa tahu kalau Bu Laila sudah mengetahui kebohongannya.

“Ibu!”, sapa Reina dengan ceria dan sambil berlari-lari kecil. Ia menyalami tangan Bu Laila. “Ibu kok duduk di sini? Lagi santai-santai sore ya?”

“Kamu dari mana?”, tanya Bu Laila tegas.

“Dari rumah Tiwi Bu.”

“Oh ya?”

“Iya. Kenapa Bu?”, tanya Reina lalu duduk di kursi sebelah. Ia membuka kedua tali sepatunya.

“Dari rumah Tiwi atau rumah Ryo?”, tanya Bu Laila, kali ini dengan suara bergetar menahan marah.

Bagaikan tersambar petir, Reina kaget bukan main. Ia menatap wajah Bu Laila yang sedang menatapnya tajam itu.

“Dari mana Ibu tau ya?”, tanya Reina dalam hati.

“Kok bengong? Kurang jelas ya Ibu nanyanya? Ibu ulangi lagi. Dari rumah Tiwi atau rumah Ryo?”, tanya Bu Laila dengan sedikit membentak.

“Ibu ...”, Reina merasa tak tenang karena dibentak oleh Bu Laila dan juga karena dirinya merasa bersalah.

“Rein?”

“Bu. Reina bisa jelasin.”

“Iya memang harus!.”

“Maafin Reina tadi Reina bohong Bu. Yang sakit itu bukan Tiwi tapi Ryo.”, jelas Reina sambil mulai menangis.

“Udah itu aja? Masih ada lagi.”

“Apa Bu?”

“Ada lagi.”

“Apa?”, Reina bingung. Air matanya masih mengalir.

“Ryo itu siapa kamu?”, tanya Bu Laila semakin tegas.  

“Ryo? Dia temen aku Bu.”

“Bohong!”, bentak Bu Laila.

Reina tersentak. Ia menelan air liurnya lantaran kaget melihat kemarahan Bu Laila. “itu...”

“Sejak kapan kamu pacaran?”, bentak Bu Laila lagi.

“Sebenernya ...”. Reina ingin menjelaskan bahwa ia hanya berpura-pura pacaran dengan Ryo, tapi Bu Laila memotongnya.

“Ibu kecewa sama kamu.”, kata Bu Laila dengan mata berkaca-kaca.

Mendengar itu, air mata Reina tumpah kian deras

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mendengar itu, air mata Reina tumpah kian deras.

Tiba-tiba, dari arah pagar, muncul Pak Ali dan Sisi. Keduanya datang membawa sekantong plastik berisi es krim.

Spooky Sweet BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang